Senin, 27 Desember 2010

treeeeettt . . . teeettt . . . tetttt . . . teettt . . . tett . . . KITA SAMBUT


Hai, bro . . . man, sist, sob, gan, coy, and anymore . . . hahaha . . .
Nih, blog . . . bakal jadi ajang nampang buat gua. ini adalah kawasan kekuasaan gua . . . haahaaa . . . becanda, ding. Gua sebetulnya lagi banyak tugas. Banyakkkkkk . . . banget . . . gua . . . hampir . . . streessssss . . .
Sebenarnya tugas gua hanya 4. Dikit, sih . . . apalagi kalau gua ngarang bebas. Yah, itulah gua yang setiap kali dapat tugas selalu nekat berksperimen dengan mencampurkan zat-zat yang agak berbahaya seperti . . . browsing . . . dan mengarang bebas. Tapi intinya selesai juga, lah tuh tugas. Tapinya lagi tuh tugas baru gua selesain bagian BAB Inya doang alias bagian pendahuluan aliasnya lagi gua baru mulai . . . heeu.

tapi sebelum gua bercerita dan mengacaukan semua sistem saraf elo, elo dan elo dengan cerita-cerita gua . . . gua mau ngenalin diri gua dulu. gua salah satu Praja IPDN, eeiiiittt . . . jangan kabur dulu lo!!! apa yang orang ceritain tentang kampus gua terkhusus yang jelek-jeleknya, perlu lo filter, man. gak semua yang lo denger itu bener. gak usah percaya sama cerita orang-orang yang belum pernah hidup siang dan malam di kampus gua. buktinya . . . gua masih bisa muter-muter dan berbagi cerita demi cerita buat lo semua.

gua Praja IPDN tingkat 3, gua cinta damai, santaaaiiii . . . yup, kalau mau ngasih saran dan kritik pedas, atau yang rasa paprika ijo dan yang rasa lada hitam maupun putih . . . SIAP! gua terima dengan lapang dada dan senyuman yang mempesona. hahaha . . . semoga pengalaman ini bermanfaat. gak usah dikoment juga gak masalah. yang penting udah dibaca, itu udah lebih dari cukup buat gua. oke, man . . . BHINNEKA NARA EKA BHAKTI!!!

libur yang penuh tugas . . .




Ngelihat tugas pas libur, wah . . . mulai edan, nih kampus gua . . . kenapa harus ada tugas ketika libur???? Kenapa??? Kenapa???? Gua udah ngabayangin liburan gua yang tragis oleh tugas. Oohhhhhh, kejaaammmmm . . .
Tapi tenang, man. Gua positif thinking aja, tuh tugas pasti bertujuan baik buat gua. minimal biar gua gak seperti siput yang lupa cangkangnya (*&*&^**&?????) gua rasa, ada efek bagusnya juga Dosen gua ngasih tugas. Intinya adalah sebagai peserta didik, nih . . . jangan sampe lupa dengan pelajaran di kampus walaupun lo lagi liburan.
Hhhhhmm, gambarannya gini. Misalkan lo lagi mangkal di terminal, lo lihat banyak banget orang yang lagi nyari duit dengan berjualan nasi pecel . . . dan lo lihat yang ngamen ternyata dikit banget . . . nah, karena ada tugas yang bikin lo gak lupa sama mata kuliah lo . . . lo bakal langsung ingat dengan tugas lo, peristiwa itu pun bakal lo hubung-hubungkan dengan tugas lo, tugas lo yang sering bikin lo ketiduran di kelas . . . mata kuliah perencanaan pembangunan daerah . . . busseeettttt, gua ada tugas di mata kuliah itu . . . hhhhmmmm, nampaknya daerah ini harus secepatnya dibangun dengan strategi jitu, supaya jumlah pengamen dan penjual nasi pecel dapat diminimalkan.
Mantab toh analisa gua???? (gua geto lohk)
Okeh, gua tuh bukan mau ngomongin tugas. Tugas gua masih dalam tahap perampungan. Gua juga gak tau kapan rampungnya. Yang jelas gua udah nyelesain bab 1 yang pendahuluan.

dream is . . . JAVA



Gua mau certain pengalaman gua mengarungi pulau Jawa.
Menurut lo??? Biasa aja??? Yah, itu kan menurut lo. Menurut gua yang asli dari Kalimantan Selatan, itu merupakan hal yang luar biasa. Karena itu adalah impian gua sejak dulu, sejak gua masih berseragam putih biru . . . ketika itu gua sering banget denger cerita tentang Pulau Jawa yang penuh pesona (tssaaahhh . . .) tapi gua sadar banget, gua belum punya daya buat mengelilingi Pulau Jawa walaupun hanya separuhnya pun gua gak yakin bisa. Gua pesimis waktu itu, gua akui . . . gua lemah . . .
Pulau Jawa seperti sebuah dream island buat gua. kayaknya susah buat ngegapainya. Lama-lama kalau gua pikirin . . . mungkin gua bakal menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu . . . pikiran gua tentang pulau Jawa . . . menghilang. Mungkin karena waktu itu gua lagi focus sama ujian akhir nasional gua yang hampir bikin gua kayak professor berIQ 1000 . . . tapi, kayaknya kalau ada yang ngira gua seperti professor, mungkin orang tersebut gak bisa ngebedain mana professor dan mana orang parno gak lulus ujian, wuhahahaha . . .
Tentang Pulau Jawa kembali teringat, ketika gua berhasil menjadi bagian dari tempat ini:
Apakah lo kenal dengan tempat ini????
Tempat ini udah mengajarkan gua banyak hal, salah satunya adalah . . . belajar mengambil resiko. Itu bahasa kerennya, bos. Tapi bahasa konyolnya adalah . . . gua belajar nekat. Yah, cukup bermanfaat. Gua sering termakan sugesti di tempat ini. Tapi sugesti yang gua telan perharinya adalah sugesti-sugesti yang baik. Misalnya, waktu dituntut jalan juang yang jaraknya 50km PP dari kampus. Tadinya gua pikir gak mungkin, eh, ternyata bisa juga.
sama kayak naik gunung, udah lama banget gue nggak naik gunung. terakhir muncak pas pertengahan SMP. sebelumnya, waktu kebun kakek gue yang di gunung belum di jual . . . gue sering banget ke kebun kakek gue yang di gunung itu. itu terakhir ya pertengahan SMP. setelah itu . . . hampir nggak pernah muncak lagi gue. dan untuk mengembalikan keberanian yang sudah cukup lama terpendam setelah masa SMP itu emang cukup sulit. tapi . . . yang namanya sugesti . . . ternyata keberanian itu masih ada. subhanalla banget . . .
Sugesti untuk bisa mengarungi separuh pulau Jawa begitu kuat mendorong keinginan. Tekad pun udah tertancap pasti dalam benak gua. hingga tertorehlah sebuah janji . . . entar libur gua mau mencoba mengarungi pulau Jawa, my dream island (hhhaaaalaaahhh . . . sok imut lo)
Perencanaan gua gak terlalu matang waktu itu. Sambil mematangkan rencana, gua pun ikut nebeng temen gua yang namanya Istiqomah, dari namanya aja udah ketahuan gimana orangnya . . . hahhaaaa. Nih, orang blasteran. Bapaknya Kaltim, Emaknya Sleman, lha dia anak yang edan tenan. Mbak ini mau ke Mojokerto, okeh . . . gua ikut . . .
Padahal sebelumnya, dari kampus kami berdua udah merencanakan bakal ke Bromo. Gua udah browsing soal Bromo. Dari rutenya, anggarannya, perlengkapannya, segalanya lah pokoknya. Mbak Qomah juga udah setuju banget ke Bromo. Tapi . . .
Pagi-pagi gua beli Koran Tempo, yang headlinenya “BROMO AWAS”
Seketika hasrat untuk ke Bromo seperti lenyap dan raib ditelan gelombang pasang (gubbbbraaaaakkk . . .) ke Bromo pun batal total. Makanya kita putar haluan ke Mojokerto dulu, baru ke Malang. Tadinya kita mau langsung ke Malang, biar deket sama Bromo.
Okeh, senggaknya kita mau bersabar dan berdoa, semoga suatu hari nanti Bromo bisa kami taklukan. Karena biar bagaimanapun Bromo adalah impian (sok sweet lo, jek)

Mojokerto ngojek . . .



Di Mojokerto sasaran keberingasan kita adalah . . . rumahnya Mbak Ria. Dari depan kampus tercinta, gua sama Mbak Qomah juga Mbak Ria, kita nunggu angkot ke Gedebage, kali ini gua yang jadi ketua rombongan . . . hahahaa, karena yang tau rut eke stasion hal dari kampus cuma gua, man. Kebetulan Mbak Qomah belum pernah naik kereta api, jadi gua ajakin dia naik kereta api dari bandung ke Mojokerto. Biar dia tau gimana rasanya naik ular besi, hahahaa . . .
Waktu itu Bandung lagi diguyur aspal, (buset, gua boong. Hahha) lagi diguyur hujan, lah sob. Tapi dalam angkot kita pada kepanasan. Terus bukan Bandung namanya kalau gak macet, ya udah lah. Dalam angkot arah ke gedebage kami bertiga tellllleeeeerrrr . . . perut kayak mie yang dikocok. Gua mau muntah.
Nah, nyampe di stasiun hall . . . kami langsung berangkat naik kereta api ke Mojokerto dengan perjalanan 15 jam harga tiket Rp. 150.000,-. Ini perjalanan gua yang ke dua bersama ular besi. Waktu dari gambir ke Stasiun Hall, hanya 4 jam. Yang ini 15 jam, dalam perjalanan gua dapatkan suasana baru. Yang paling menarik tuh, waktu pagi-pagi banget. Pas tuh kereta berhenti di stasion Madiun dan Nganjuk, banyak banget para penjual nasi pecel yang masuk kereta menawarkan pizza dan burger (hahahaha . . .) yah, nawarin nasi pecel lah, geblek juga . . . hehe.
Yang nawarin kopi hangat dengan beraneka rasa, teh hangat, juga ada yang nawarin wingko, dan makanan khas Jawa lainnya. Para penumpang kereta api yang masih terlelap pagi itu, membuat suasana kereta menjadi hening. Tapi lumayan rame ketika para pedagang itu berdatangan. Gua gak tertarik beli. Sekedar mau ngirit (halaaahh, sok perhitungan) ya iya lah gua mesti gitu. Namanya juga survive. Lagian ada seonggok roti (macam melarat gitu, ya?? Hahaha) lumayan buat mengganjal perut lah.
Gak lama kemudian, kami bertiga dan berempat dengan ular besi tentunya nyampe juga di stasiun Mojokerto. Hhhhh . . . lwegaaaagaggaaa banget. Dari stasiun kami naek beca bertiga . . . dari 3 orang itu, sebenarnya bukan karena tiga-tiganya punya badan kecil sehingga kami PD naek beca bertiga. Hahaha, lihat-lihat kota Mojokerto yang lagi sepi di pagi itu dengan dibawa beca, hhhhh . . .
Di Mojokerto inilah . . . gua naek motor . . . hahaha, lo boleh percaya boleh gak, gua di Bandung aja udah kuliah hampir 3 tahun, gak pernah naik motor, paling bagus juga gua dibonceng, paling bagus lagi gua hanya memegang kaca spion punya Aa-aa yang sering nongkrong di kantin kampus gua wahahahaha . . . tapi di Mojokerto gua naek motor. Terharu . . . terharu banget gua, man.
Dari tanggal 5 desember kami berangkat tiba tanggal 6 desember dan selama 2 hari jadi orang Mojokerto. Kami diajak jalan-jalan ke . . . museum Truwulan. Museum yang waktu gua masih SMA sering banget diceritain sama Guru sejarah gua. gua juga sempat ke Lembah Brantas . . . ini kali juga sering banget diceritain guru sejarah gua.
Giiilllaaaaaa . . . gua bisa ke kali brantas. Cuma lewat sih, tapi gak masalah. Yang penting udah lihat. Padahal sebelumnya gua juga sempat nyasar, man. Ceritanya Mojokerto lagi macet. Gua berdua naik motor, gua sama Mbak Ria mau nganterin motor temannya Mbak Ria yang kami pinjam buat jalan-jalan (emang gak punya modal banget, ye??? Heheheu) Mbak Ria bawa motor Bapaknya Mbak Ria, sedangkan gua bawa motor punya temannya Mbak Ria.
Mojokerto lagi macet banget, udah itu ujan pula. Pas di tempat yang macet, Mbak Ria ngebut. Ya, udah . . . gua juga ngebut. Eeehhhh . . . gua terjebak diantara truck-truck. Entah gimana caranya, gua nyelip aja ke sebelah kiri. Alhamdulillah . . . gua bisa lihat Mbak Ria di depan. Nah, pas kami lagi di suatu ruas jalan, macetnya parah banget. Sehingga Mbak Ria berinisiatif untuk putar arah. Dia ngasih kode ke gua buat muter arah.
Sok-sok tau gitu, gua langsung mengangguk dan puter arah juga. Posisi gua waktu itu ada di depan Mbak Ria, trus selanjutnya gua belok kanan. Nah, adegan ini nih yang menjadi awal kesesatan gua. tuh jalan cukup sepi. Saking sepinya gua gak lihat Mbak Ria.
“GUA SALAH JALAN!!!” pekik gua dalam hati. Ya, oke . . . gua balik arah. Udah balik arah gua salah jalan pula. Untuk gak dikejar pak Polisi. Karena ternyata jalan yang gua lewatin itu Cuma gua yang ngelewatin, pengendara yang lain pada lewat jalan samping. Haaaaa, edan. Tapi Polisi yang lagi jaga di depan kayaknya gak lihat kebodohan gua yang melanggar peraturan lalulintas. Hohoho . . . geblek pisan uy. Mana gua gak bawa hape, apeeessss . . . tapi gua gak bakal nyerah, man. Nyerah itu bukan takdir gua . . . gua optimis pasti bisa menaklukan Mojokerto. Dengan bermodalkan pengalaman nyasar berkali-kali . . . gua yakin bisa . . . yakin banget, man. Akhirnya . . . gua jalan lurus sambil mengingat-ngingat jalan pulang menuju rumah Mbak Ria. Tujuan gua adalah pulang dan ngambil hape.
Dan ternyata saudara-saudara . . . gua nyampe di rumah Mbak Ria. Langsung lah gua ambil hape dan sms Mbak Ria. Alhamdulillah . . . dengan perjuangan dan ketulusan hati (ppprrreeeeetttt . . .) kami pun bertemu kembali, tempat pertemuan kami adalah di depan warung sea food Lamongan. Hahaha, mantabbb.
Kami langsung meluncur ke rumah temannya Mbak Ria. Nah, menuju ke rumah itu gua melewati Lembah Kali Berantas dan pabrik Ajinomoto. Hhhmmm, sayang gua gak bwa kamera dan waktu itu juga lagi malam.

WIND CITY


Puas ngojek di Mojokerto, gua lanjut lagi ke Nganjuk. Hhhhmmmm, kata temen gua Nganjuk is Wind City. Entah benar atau gak . . . gua gak mau ambil pusing.
Dari Mojokerto, gua sama Mbak Qomah dianterin sama Mbak Ria dan Bapaknya ke Terminal Mojokerto. Di terminal itu terjadilah adegan yang sangat berbahaya. Pas turun dari Mobilnya Mbak Ria, kami nunggu bis, bisnya jurusan Kediri kalau gak salah. Nah, pas itu bis datang dengan gaya sok-sok miring macam pembalap simpang empat geto . . . keneknya langsung teriak
“KEDIRI . . . KEDIRI . . . HAYOOO . . . KEDIRI . . .”
Gua sama Mbak Qomah bersiap naik. Eh, ternyata Mbak Ria nyalamin gua sambil nyelipin uang 20 ribu perak ke tangan gua. ya jelas gua langsung tolak. Tapi gua dikejar gitu sama Mbak Ria. Terjadilah adegan kejar-kejaran gak jelas di terminal. Gua menolak dikasih 20 ribu, bukannya gua mau uang lebih (hahahaha . . .) tapi guanya aja yang gak enak. Udah numpang, dikasih makan, dipinjamin motor, sekarang . . . dikasih ongkos pulang. Baru pas gua sama Mbak Qomah patungan buat ngasih uang ke Mbak Ria sebagai wujud belas jasa kepadanya, malah dia tolak. BAHKAN, Mbak Qomah yang ngasih kerupuk yang terbuat dari kulit sapi ke dia, dia tolak juga. Busseettttt . . .
Yah, gua ngerasa jadi teman yang kurang ajar aja.
Kami langsung bersiap, dan kami pun naik. Eeehhhh, pas naik posisi kita berada tepat di pintu depan. Dan kami tuh gak tau kalau ternyata posisi kami tersebut telah menyulitkan 4 orang ibu-ibu yang mau keluar alias turun dari bis itu. Baru 4 orang ibu tersebut ngomong. Ngomongnya pake bahasa Jawa, mana gua ngerti, bow. Gua cuma bisa ber ha?? Hi?? Dan hu?? Sumpah gua gak ngerti. Yang jelas 4 orang ibu-ibu tersebut terkesan bernada marah dan dongkol sama gua dan Mbak Qomah.
Untungnya Mbak Qomah lumayan ngerti Bahasa Jowo, terus dia bilang sama gua bahwa gua di suruh duduk sama tuh 4 orang ibu-ibu, dikarenakan posisi gua berdiri telah menghalangi 4 orang ibu-ibu yang ingin turun ketika di pemberhentian yang gak terlalu jauh dari terminal Mojokerto. Ya, udah lah . . . gua langsung duduk pasrah.
Di saat seperti inilah, krupuk yang terbuat dari kulit sapi milik Mbak Qomah ketinggalan. Dia baru sadar kalau oleh-olehnya itu tertinggal di mobilnya Mbak Ria. Hahaha . . .
Hhhmmm, dengan mengeluarkan kocek sebesar Rp. 7000,- kami nyampe di terminal. Gua lupa itu terminal namanya apa. Selanjutnya kami harus naik bis jurusan Kedari untuk berhenti di Kecamatan Pace. Nah, di sanalah saudara-saudara . . . di tengah gemuruh hujan yang sangat deras . . . petir bersahutan . . . kilat menyambar . . . (lebaayyyyy . . .) gua sama Mbak Qomah nyampe di Kecamatan Pace dengan kocek Rp. 3000,- pas kami berdua turun di pinggir jalan besar, kami sempat diguyur hujan . . . Qomah yang membuka jalur Komunikasi dengan Mbak Us, akhirnya mengatakan.
“Mbak Us bakal jemput di sini.” Katanya gitu.
Kami pun berteduh di sebuah bengkel kecil. Dan oooohhh . . . mengharukan sekali. Mbak Us dengan sebuah payung menyambut kami dengan sukacita. Gua dan Mbak Qomah tersenyum sumringah macam kuda baru dikasih rumput setelah terkurung bertahun-tahun di ladang cabai (hahaha, apa gila???)
Kami langsung diboyong ke rumah Mbak Us yang ternyata sangat dekat dengan tempat pemberhentian bis tadi. Sesampainya di rumah Mbak Us . . . mmmmaaannnnttaaabbbbb . . . rumahnya JAWA BANGET. 100% JAVA, man.
Lampunya Jawa, jendelanya Jawa, bahkan masih menyimpan peti kuno bergaya Jawa juga radio jaman dulu yang udah rusak tapi tetap eksotis. Dapurnya juga Jawa, di belakang rumah ada kandang sapi dan sapinya tentunya, bro. gilaaaa . . . baru kali ini gua lihat dan masuk di rumah yang macam museum, hahaha . . . peace Mbak. Tapi serius, man. Nih rumah unik banget. Jawa tulen dah pokoknya. Like this.
Setelah bersih-bersih dan kegiatan mandiri, karena kami datangnya di kala senja, jadi ada kesempatan lumayan panjang untuk menikmati malam di Nganjuk. Kami langsung jajan, hahaha . . . maklum. Kami terlalu terobsesi menjadi surviver, agak amatir tapi itulah usaha kami, coy. Tiap di bis kami hampir gak pernah melakukan transaksi jual beli. Jadi nyampe di rumah Mbak Us, enaknya lagi adalah . . . rumah Mbak Us berseberangan langsung dengan warung-warung. Dari bakso urat, sate kambing dan ayam, kikil, lontong balap, semua ada dan berjejer . . .
Gua pengen makan bakso urat, karena gua jarang makan bakso. Jangankan yang jenis urat, yang jenis tenis dan basket pun gak pernah. Tapi Mbak Qomah kayaknya ngidam berat sama Mie. Ya udah, kami bertiga ditemani SEORANG BALITA. Hohoho . . . ponakannya Mbak Us yang friendly abeessss sama kita-kita . . . akhirnya kami nyampe juga di warung mie. Karena Mbak Qomah nih, emang the queen of noodle lah pokoknya. Makanya sekali nyampe di Nganjuk, yang dicari langsung mie.
Alhasil kami pun ikut makan mie. Gua yang tadinya mau makan bakso urat, ternyata juga makan mie. Walaupun bakso urat terus membayangi gua hingga sendok terakhir gua makan mie, hahahaha . . . itu semua Mbak Us yang nraktir. Hehehe, enaaakkk . . .
Tuh malam emang waktunya makan-makan. 100% makan lah. Hingga akhirnya kami pun tertidur pulas. Tapi sebelumnya gua sama Mbak Us hingga pukul 10 malam masih aja seru ngomongin Malang. Yah, cause next journey gua setelah Nganjuk adalah Malang. Mbak Us cerita banyak soal Malang. Makin ngiler lah gua pengen ke sana. Apalagi BROMO. Waaaah . . . my dream banget. Tapi sikon Bromo lagi batuk berdahak jadi gak bisa ke sana dulu. Mungkin next time lah.
Pagi di wind city . . . busseetttt . . .
Padahal benernya, tuh . . . KESIANGAN DI WIND CITY. Hahaha . . .
Tapi agenda mau ke pasar Nganjuk buat beli jajanan pasar terjadi juga. Bahkan Mbak Qomah telah mengubah rencana semula. Di Pasar Nganjuk dia beli langsat satu kilo, dan gilanya lagi dia juga beli kaset ludruk dan ketoprak yang dimainkan oleh Kirun.
Dia bilang kaset tersebut nggak dijual di Kaltim. Ya eya lah, bro. lo nyari ampe jenggotan juga gak bakal ketemu kalau di Kaltim, mah. Alat transportasi kami waktu itu adalah sepeda. Posisinya adalah, gua naek sepeda sendiri. Karena badan gua agak atletis geto, bow (haaaa . . . prrreeeetttt . . .) sedangkan Mbak Us dan Mbak Qomah boncengan karena badan mereka imut-imut kayak marmot yang ada di lutut (hahahahah . . .)
Setelah ke pasar dengan menggunakan sepeda, dan juga berkeliling arena persawahan dengan sepeda, kami pun pulang dan tepar. Maklum lah, kami terbiasa jalan kaki setiap harinya. Kami kurang terbiasa bersepeda (hohohoho . . . ngeles banget gua.)

Rayuan Pulau Sempu . . . (gak sempet . . .)




Di siang hari, kami berdua menjalankan rencana selanjutnya. Yah, ini adalah rencana Mbak Qomah. Tripnya hari ini adalah langsung menuju Malang. Busseetttt . . . Mbak Us agak protes gitu gara-gara gua sama Mbak Qomah cuma bentar main di rumahnya. Tapi, ya itu lah perjalanan kami.
Akhirnya kami pun berangkat ke Malang dengan menggunakan bis yang lewat di depan rumah Mbak Us. Bis itu yang jurusan Kediri. Kami naik bi situ dan mengucapkan salam perpisahan kepada Mbak Us dan keluarga (macam formal gitu, ya . . .) kami pun memulai perjalanan lagi. Kali ini agak lama waktunya. Sekitar 6-7 jam dari Nganjuk.
Pas Asar, kami tiba di teriminal Kediri. Shalat asar dulu di musholla terdekat sambil nunggu bis puspa yang berwarna biru yang akan mengantarkan kami ke Malang. Hhmmm, pas di terminal kami nongkrong. Kami seperti biasa, gak ada kepengen jajan. Apalagi, lagi-lagi kami dikasih ongkos lagi sama tuan rumah. Tapi kali ini ongkosnya gak seperti yang dikasih Mbak Ria di Mojokerto. Tapi berupa berbungkus-bungkus keripik tempe dalam kemasan yang berlabel MADE IN NGANJUK. Hahahaha . . .
Ya, klop banget. Sambil nunggu ampe tuh bis penuh, kami ngemil keripik tempe. Dan keripik tempe itulah yang menemani perjalanan kami ke Malang. Perjalanan menuju ke Malang dilakukan malam hari. Pas hampir nyampe kawasan Malang, kami mendapati jalan yang lebih mirip ular ketimbang jalan. Tapi dari jalan tersebut kami bisa melihat indahnya malam di kota Malang yang dipantau dari kejauhan (seddaaaaapppp . . .) dalam lelap gua, yah ceritanya gua lagi tidur, bos. Itu sebagai antisipasi gua biar gak mabok lewat jalan macam ular itu. Untungnya gua sempet lihat gemerlapan kota Malang dari atas. Mantab . . . elok nian, jheng.
Sampailah kami di terminal Arjosari. Dari situ, sesuai dengan arahan dari Ibunya Mbak Bella (korban selanjutnya, man . . . hahahha) kami harus naik angkot biru yang namanya AG dan berhenti di Sumpil gang satu. Jangan Tanya itu daerah apa, gua juga gak tau dan baru denger.
“Sumpil Mbak.” Kata sopir angkot. Wah, Jawanya udah terasa. Biasa di angkot gua dipanggil Neng. Tapi di sini gua dipanggil Mbak. Mantabs . . . langsung dijemput oleh Ibunya Mbak Bella di depan sebuah gang. Ibu Mbak Bella bilang Bella lagi sakit. Hhhmmm . . . semoga tambah sembuh dengan kedatangan kami, DUA PETUALANG SEJATI. HOHOHOHO . . .
Di Malang gak bisa jalan-jalan secara maksimal. Disebabkan:
Kami kurang tahu Malang;
Agak kecewa karena tadinya mau ke Bromo;
Mbak Bell lagi sakit
Kami kecapekan
Irit Bos . . .
Hahahaha . . .
Gua udah mulai gak betah lama-lama di rumah. Jangan sampai gua di Malang cuma nongkrong di rumah. Mbak Qomah kayaknya gak bisa diajak kemana-mana dulu, nampaknya Beliau kecapekan. Mbak Bella juga, kondisi belum memungkinkan. Tapi setelah gua pikir-pikir, sendiri juga bisa. Walaupun resiko yang ditanggung cukup besar.
Hhhmmmm, gua mulai nanya-nanya ke Mbak Bella tentang akses ke Pulau Sempu. Hahaha . . . ini lah hasilnya orang yang sering terhasut oleh hasutan para blogger. Gua sering banget baca blog orang yang isinya pulau Sempu. Tempatnya lumayan indah. Tapi akses ke sana lumayan jauh. Sekitar 69km dari Malang. Setelah dapat info dari Mbak Bella, dia bilang di sini baru Malang Utara. Gua harus ke Malang Selatan untuk bisa ke Sempu.
Okeh . . . nekat gua bilang iya. Dengan hanya membawa uang dan kamera saku, gua cabut dari rumah Mbak Bella. Goooooo . . . pagi-pagi kita ngetrack dari terminal ke terminal . . . hahahaha.
Perjalanan di mulai dari sebelah utara Sumpil, rumah Mbak Bella. Gua naik angkot AG yang bakal nganterin gua ke terminal Gadang. Cukup jauh perjalanan ke Terminal Gadang, tapi karena gua pake angkot jadi ongkos yang keluar sebesar Rp. 3000,- di Gadang gua naik mobil colt (gini gak sih tulisannya???) kali ini tujuan gua ke Turen. Nah, yang ini lebih jauh. Mana mobilnya lambat jalannya, heuheuheu . . . namanya juga mobil angkutan umum. Depannya aja macam mobil rongsokan (heuheu . . . sory, jek) tapi masih layak pake. Yang penting gua harus nyampe di Turen. Ongkos ke Turen dengan Mobil Colt adalah Rp. 6000,-
Nyampe di Turen . . . hujan, man. Gua lihat banyak banget angkot biru yang tulisannya Sendang Biru. Sendang Biru adalah nama pantai. Di seberangnya adalah pulau Sempu. Mantabbbb . . . gua langsung cari angkot Sendang Biru yang narek ke sana. Karna gak semua angkot yang mangkal di situ mau ke Sendang Biru. Dan ternyata hanya ada satu angkot yang mau ke sana.
Ya, sudah. Di tengah hujan yang makin deras itu sekitar pukul 11 siang, gua langsung naik ke angkot itu sekalian buat berteduh. Statusnya tuh angkot adalah sedang menunggu penumpang sampai angkotnya penuh oleh penumpang.
Nah, ini nih yang gila. Gila banget pokoknya, sadiiissss . . . tuh sopir angkot emang wedan tenan . . . bayangkan, dah ya, tuh angkot udah cukup penuh. Tapi dia masih aja berlama-lama nunggu sampe tuh angkot kepenuhan. Gua tadinya masih bisa sabar, man . . . sabar banget gua. ampe azan djuhur berkumandang . . . gua bilang sama tuh sopir sama assistennya (adeknya juga kayaknya) bahwa gua mau shalat djuhur, sekalian juga gua mau nanya di tengah pasar itu letak musholla ada dimana.
Sok mangga, gua ditungguin. Selesai gua shalat, ternyata tuh angkot ke Sendang biru gak berangkat-berangkat juga. Ngebete in, bos. Dari jam sebelasan ampe djuhur, kelar djuhur . . . pas ditanya, masih nuggu penumpang. Bussseettt . . . kampret juga, neh. Hahaha . . . ampe hujan berhenti, jawaban tetap sama
MASIH NUNGGU PENUMPANG.
Lo bayangin, bro. gua udah terdesak sama penumpang lain. Tempat yang gua tempatin, yang seharusnya berkapasitas hanya untuk 3 orang, gara-gara tuh sopir nafsu banget ngmpulin penumpang . . . akhirnya menjadi 5 orang dan gua berada tepat di tengah-tengah. Sedangkan posisi belakang gua . . . gua terjepit oleh sepasang kaki Bapak-bapak dan seorang Ibu tua. Masya Allah . . . rezim sang sopir udah bikin gua hampir GEPENG, man. Assseeemmm . . .
Tapi gak masalah, selama dalam perjalanan sama sekali gak ada keluhan yang keluar dari mulut seksi gua (hahaha . . .) gua duduk manis, macam anak penurut, gak bisa berbuat apa-apa, segala macam jenis komplein dari pengen nendang, tuh sopir (hehehe . . . pisss . . .) ampe pengen ngomelin habis-habisan . . . semua hanya ada dalam angan gua. gua gak pengen bikin masalah, gua gak pengen menodai liburan gua yang menyenangkan ini dengan adegan berantem.
Jangan ampe lah ada berita seorang praja IPDN yang inginbertamasya ke Sendang Biru melakukan pemukulan . . . wah, gak elite banget kayaknya. Udah basi, man. Okeh, niat gua kan pengen liburan, pengen ke pulau sempu, gua berusaha nahan emosi gua dan menerima semua ini dengan lapang dada. Yang penting bisa selamat ampe tujuan.
Dalam perjalanan, pemandangannya cukup indah. Ada jurang-jurang dan pohon kelapa, pertanda pantai sebentar lagi bakal nyampe. Hhhh, sabar . . . sabar . . . satu persatu penumpang pun berkurang. Ternyata hanya sedikit saja yang mau ke sedang biru, termasuk kakek-kakek yang ternyata pengen mancing ke pulau sempu.
Setelah melakukan perjalanan yang lumayan lama sekitar 3 jam, jalannya berliuk-liuk, masih ada beberapa ruas jalan yang mengalami kerusakan, dan samping menyamping adalah hutan, rumah penduduk masih jarang, menurut gua ini gak seperti jalan mau ke pantai, lebih mirip jalan mau ke pegunungan, hahaha . . .akhirnya . . . ooohhhh, gua terharu banget, bro. terharu . . . gua langsung diantarkan sama tuh sopir tepat di depan pantai sendang biru, posisi gua berhdapan langsung dengan pulau sempu. Alhamdlillah . . .
Terjadilah percakapan serius antara gua sama sopir yang rese itu, diangkot tinggal gua sama tuh sopir, dia bilang bahwa angkot ini adalah angkot yang terakhir yang sebentar lagi akan menuju Turen. Setelah itu gak ada angkot lagi dari jam 5. Gua jelas panik, keindahan pantai belum gua nikmati speenuhnya, apalagi pulau sempu, belum gua jamah, man. Tapi kayaknya sopir yang kayaknya berumur 25 tahun ini serius bilang ke gua. dia bilang gua ke sendang birunya kesiangan, coba kalau dari pagi. Hhhmmmm, akhirnya keluar lah jurus pelas . . . hhehe
Gua bilang sama tuh sopir kalau gua cuma bentar di pantai ini. Gua gak punya tempat nginap, gak ada temen juga di sini. So, how???? How?? Tuh sopir mengira gua mau ke tempat teman gua yang ada di sendang biru. Boro-boro temen, mah. Gua sebatang kara, temen gua di Sumpil bro. keluarlah jurus , hahaha . . . gua minta dengan memelas agar Mas sopir tersebut entar datang lagi ke sendang biru buat jemput gua. soalnya gua gak bawa ongkos banyak buat nginap, kalau gua nginap dengan uang seiprit ini kemungkinan gua bakal nginap selama-lamanya di sendang biru, sampe temen gua yang di Sumpil itu mau jemput gua. hahhaa, . . .
Akhirnya, tuh sopir terketuk juga hati nuraninya. Akhirnya dia mau datang lagi sekitar satu jam kemudian ke Sendang biru buat jemput gua, hehehe . . . sopir dan angkot pribadi jadinya. Hohohoh . . . mantab. Ankot itupun melaju meninggalkan sendang biru, janji tuh sopir gua pegang, dia bakal balik ke sini lagi satu jam kemudian.
Jadilah di sore itu gua nyampe di sendang biru dan menikmati pantainya, tanpa sunset. Hehehe . . . mau ke pulau Sempu tapi ke sana butuh uang seratus ribu. Haaaa???? Gak tau gua ditipu atau gak. Yang jelas itulah yang dibilang sama orang sana. Lagipula, ongkos gua Cuma ongkos pulang yang tersisa. Gak papa lah, yang penting gua udah nyampe di pantainya. Itu udah cukup. Pulau sempu, mah . . . anggaplah gua udah nyampe juga di sana. Walaupun hanya melihatnya dari jauh. Heheheh . . . minimal gua tau betapa sulitnya menempuh perjalanan ke Sendang Biru.
Sejam kemudian, sesuai dengan janjinya, tuh sopir yang tadinya gua bilang rese, ternyata teramat baik. Hari itu dia jadi sopir pribadi gua, walaupun gua hampir gepeng dibuatnya. Thanks banget Mas, heheh. Dia bilang sama gua, sayang banget nikmatin pantainya hanya sebentar. Lain kali kalau mau ke sini rombongan aja. Hahha, gua bilang aja gak ada yang mau diajak ke sini. Hohoho . . .
Perjalanan pulang, gua gak ngerasa gepeng lagi. Kali ini gua duduk tepat di samping supir. Penumpang pun gak sebanyak tadi. Hhmmmm . . . perjalanan pulang jadi lebih bisa dinikmati. Dan lebih cepat sampai tentunya. Hhhh . . . gua bisa bernafas dengan lega. Perjalanan ke pantai Sendang biru telah berhasil gua taklukin. Walaupun gak nyampe ke Pulau Sempu tapi gua udah lihat Sempu dari kejauhan. Namanya juga bersolo karir, modal kudu banyak. Sementara itu gua bawa pas-pasan. Heuheu . . . next trip harus lebih matang perencanaannya, bro.

Lawang Sewu malam-malam, euy





Trip selanjutnya, tanpa Mbak Qomah. Tiket pesawatnya tanggal 10. Sedangkan gua belum mesan tiket. Jadi tanggal 10 itu Mbak Qomah memisahkan diri. tinggalah gua yang masih akan melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat lagi.
Tanggal 11 gua ke Semarang. Perjalanan dimulai pukul 3 dari Arjosari. Dari Malang ke Lumpia City sebenarnya bisa nyampe pukul 10 malam waktu Semarang. Itu normalnya, cuman gua ngelewatin jalan macet. Dari arah ke Sidoarjo udah macet, nah, lumayan gua bisa lihat tanggulnya doang, hohohoho . . . kemacetan berlanjut kembali di Rembang karena ada pengaspalan dan ada truck yang melaksanakan perbaikan.
Selama perjalanan, gua melewati Pasuruan, setelah itu baru Sidoarjo. Gak lihat lumpur, gua bisa lihat tanggulnya, man . . . (bangga banget gua, ya . . . hahahaha) baru Surabaya, next ke Lamongan, baru ke Tuban. Tuban emang bikin gua terkesan, karena lautnya deket banget. Gua jadi bingung, ini kota di tengah laut atau laut di tengah kota??? Dalam pikiran gua untuk menempuh pantai itu bukanlah suatu hal yang mudah. Pas gua di Kalsel (kampung gua) gua mesti lintas kabupaten dulu baru bisa lihat pantai, itupun harus melewati jalan panjang agak rusak dan perkebunan kelapa sawit.
Tapi, di Tuban pantai bisa dengan mudahnya diakses karena gak jauh dari pusat kota. Sayang gua lewat Tuban pas malam. Malam minggu pula, maka banyaklah pasangan-pasangan tak dikenal yang nongkrong di sepanjang pantai itu, hahahaha . . . gua hanya bisa menikmati lewat jendela bis. Padahal, seandainya pake motor . . . gua udah bersinggah dan bermalam di Tuban, nginap di rumah penduduk sekitar dan menikmati malam sampai pagi di pesisir. Mantab banget kayaknya . . .
Mungkin nanti kapan-kapan gua ke Tuban. Sayang Tuban gak masuk hitungan trip gua, setelah Tuban lewat Rembang. Kemacetan mulai terasa dan makin menggila . . . tengah malam dan pukul 3 pagi bis masih di jalan, terperangkap dalam belantara alat transportasi yang segede jumbo. Luarrrrr biasasaaaaaa . . . gua melek bangun aja kerjaannya. Mendapati diri gua masih meringkuk dalam bis di pagi yang sangat dingin di Rembang.
Mendekati Kudus, macet sudah mulai berkurang. Pagi mulai meninggi, gak kerasa gua mendekati Demak. Berarti bentar lagi nyampe Semarang. Mbak Arshanti, temen sekampus gua udah mulai menghubungi gua. dia dan Bapaknya bakal nunggu gua di Terminal Semarang. Hebohnya lagi, bis gua gak ngeh kalau gua pengen berhenti di terminal. Yah, guanya juga bego gak bilang dari tadi. Hahaha, tapi gak papa . . . santai lah. Gua tinggal bilang aja, akhirnya assisten sopir bis alias kenek melakukan konsolidasi dengan sopir mengenai gua yang telat berhenti ini.
Akhirnya sopir mengambil kebijakan, hingga gua diturunin. Entahlah gua diturunin dimana waktu itu. Yang jelas gua langsung dapat bis yang menuju terminal Semarang. Dan di situlah gua ketemu Mbak Shanti dan Bapaknya dan juga adeknya Mbak Berry . . . hahahaha.
Jadi, 12 Desember 2010, Nyampe di rumah Mbak Santi gua langsung masak. Hohoho, waktu itu yang dimasak adalah kakap goreng dan tempe goreng. Tuh hari gak bisa jalan-jalan dulu. Soalnya gua baru dating pagi, badan gak terasa capek sih. Tapi akan menjadi capek kalau gua paksain jalan-jalan hari itu juga.
Akhirnya gua sama Mbak Santi ngebolang malam. Hahaha, habis isya dan makan malam kami langsung chaw dari rumah. Mbak Shanti selaku pendamping turis, melihat keindahan Kota Semarang malam-malam. Agak sepi. Tapi yang penting bisa foto-foto, hohoho . . .
Tau-tau Mbak Santi berhenti di suatu tempat. Sambil dia bilang yang di seberang sana ada Tugu Muda. Dan ternyata . . . kami mau ke Lawang Sewu. Bussseetttt . . . gua baru ingat kalau di Semarang ada Lawang Sewu. Ya, akhirnya malam itu juga kami berdua masuk ke Lawang Sewu. Gua baru pertama kali ke Lawang Sewu, malam-malam pula, cuma berdua lagi (bertiga lah sama bapak-bapak yang nemenin). Di Lawang Sewu diajak keliling-keliling. Lihat sungai tempat pembuangan jenazah, lihat ruangan pesta yang luar banget, lihat lorong panjang nan gelap yang ngelihatnya bikin merinding dangdut, lihat kamar mandi jaman Belanda, pas di kamar mandi gua sama Mbak Santi disuruh jangan ampe kosong tuh pikiran. Huhuhu . . . jelas-jelas konsentrasi kami langsung buyar setelah dikasih tau begitu. Rupanya tuh kamar mandi banyak penunggunya kali. Tiket masuk ada Rp. 10.000,-.
Diajak ke bawah tanah juga, cuma diajak . . . gak masuk kita. Hehehe . . . malam, bos. Serem gitu. Setelah ke Lawang Sewu yang menegangkan, kami langsung ke Tugu Muda yang malam itu lagi ramai-ramainya. Berfoto lah gua di depan tugu Muda. Next, keliling lagi ke depan Kantor Pemkot Semarang. Gua rasa Semarang tata kotanya emang yahud, bener-bener Jawa. Dari lampu yang berkarakter khas Jawa sampai makanannya juga (heuheu . . . laper gua)
Jalanan mulai sepi, puas keliling malam bareng Mbak Santi di Kota Semarang.

Besoknya, gua lanjut lagi ke Klenteng Agung Semarang. Habis Klenteng Agung kami ke Lawang Sewu lagi, soalnya tadi malam gak bawa kamera digital, jadi kami balik lagi buat foto-foto, hahaha . . . dasar narsis. Habis dari Lawang Sewu dan beli oleh-oleh, cabut lagi kami ke Kota Lama. Naaahhhh . . . ini mantab juga man. Bangunannya masih khas jaman dulu. Gua jadi ngerasa kayak di suatu kota di Eropa (&^%&^%&$) hahaha . . . bener-bener bangunan lama, dasarnya aja bukan tanah, tapi masih berupa paving. Bussseettt . . . bangunannya unik, gak ditemuin di kota manapun. Katanya ini pernah jadi tempat syuting film gitu. Hhhhmmmmm . . .
Trus ada pohon di samping gereja yang digantungi botol-botol. Gak ngerti juga tuh pohon bisa digituin, ada kegiatan apa?? gua juga kurang tau.
Selesai di Kota Lama, kami pun pulang. Karena sudah capek banget muter-muter Kota Semarang. Dan udap lapar banget juga . . . heuheu . . . home . . . gua pulang.
Kota Semarang emang indah, apalagi kalau malam. Kalau malam lampunya menawan dengan tetap menonjolkan kekhasan daerah yang Jawa banget. Jujur, gua terpesona. Maklum lah, gua baru lihat yang kayak begituan di Semarang. Aksara Jawa, tokoh-tokoh pewayangan, Lawang Sewu . . . unik banget.

dari Demak ke Solo . . .



Malamnya gua harus chaw, man. Kali ini gua ke Demak. Ke rumah Mbak Dilla, niat awal gua padahal mau ke sini dulu. Mau lihat Masjid Demak yang menyimpan sejarah masa silam. Tapi karena ini ngebolang gua yang pertama, jadi gua butuh teman buat nemenin walaupun hanya setengah jalan, yaitu gua putusin ikut tripnya Mbak Qomah, walaupun akhirnya gua melakukan perjalanan ini seorang diri juga. Tapi ternyata Demak menjadi kota persinggahan yang terakhir gua di Jawa Tengah.
Kota Demak yang kecil dibalut dengan hawa religiusnya. Di sepanjang ruas jalan ada Asmaul Husna, yang ini mirip kayak di Kota kelahiran gua Barabai Kalimantan Selatan. Demak gak seramai Semarang, tapi mungkin sesuai lah, setelah gua berhura-hura di Semarang (hahaha . . .) langsung menenangkan diri di tenangnya Demak. Tanggal 14 Desember gua tiba di Demak, langsung diajak makan mie godok sama Mbak Dilla dan es jeruk pastinya. Hhhhmmmmm . . . padahal dari Semarang gua udah makan. Hehehe.
Esoknya, gua gak jalan-jalan di Demak, tapi ke Solo. Hahaha . . .
Mbak Dilla nanya gua habis ke Demak mau kemana?? Gua bilang aja langsung pulang ke Jatinangor dan mengemasi barang dan pulang ke tempat gua yang sebenarnya di Kalimantan Selatan. Tapi gua gak pernah lupa bilang bahwa sebenarnya kota terakhir adalah Solo. Tapi gua pesimis, karena gua harus pulang cepat, karenanya lagi di kampung gua ada acara super penting yang sangat membutuhkan gua. bukan guanya yang penting, tapi acaranya, man. Hehehe . . .
Mbak Dilla ternyata pengen ke Solo. Yah, tuh Mbak satu akhirnya malam-malam ngerayu Ortunya biar ngizinin kelayapan ke Solo, ngajakin gua alasannya. Kan, gua belum pernah ke Solo. Hahaha . . . akhirnya fix juga. Besok kami jadi berangkat ke Solo. Capek??? Karena gua belum pernah ke Solo, capek pun gua lawan.
Pagi-pagi banget gua sama Mbak Dilla from Demak cabut dari rumah dan menuju terminal Demak. Tujuan kami adalah terminal Semarang. Ongkosnya Rp 3000,- dari Demak. Nyampe di Terminal Tirtojoyo, kami menunggu bis jurusan Solo. Alhamdulillah, kami gak perlu nunggu sampai lumutan dan jenggotan apalagi ubanan, bis ke Solo udah kelihatan dan kami pun hampir aja ketinggalan

di Solo, kami jalan-jalan ke pasar kliwer dan minum es dawet di depan Keraton Surakarta. hhhmmmm . . . nikmaatttt. untuk lebih jelasnya bisa lihat foto-foto saja. kita juga sempet ke pasa triwindu berburu barang antik, tapi kami gak jadi beli, hehehe . . . akhirnya ke pasar kliwer juga. sayang gak sempet ke Ngarsupuro, karena pasar tersebut hanya buka di malam hari. sedangkan kereta uap hanya ada di akhir pekan. kapan-kapan lah . . . kita ke Solo lagi.