Minggu, 13 Maret 2011

my little paradise, Ujung Genteng



Ini postingan yang agak telat gua posting. Biasa . . . sisa-sisa ngebolang tahun 2010 kemarin. Tadinya males gua posting. Tapi berhubung gak lengkap rasanya kalau perjalanan yang satu ini gak gua posting . . . ya udah . . . kita posting aja lah.
Lagi-lagi gua terhasut oleh para blogger yang pernah nulis tentang pantai ini. Hhhhhmmm, pantai Ujung Genteng. Letaknya ada di Sukabumi. Posisi gua waktu itu ada di Jatinangor. Okeh, dimana pun posisi gua waktu itu, perjalanan harus tetap dimulai dan dilakukan. Maklum . . . udah ngebet ke sana dari kemarin-kemarin, bro.
Pagi-pagi gua cabut dari Jatinangor ke tol Cileunyi. Kata Bapak-bapak yang nongkrong di Tol Cileunyi:
“ke terminal Cicaheum aja, Neng!!”
Wokeiii . . . gua cabut pake angkot ke Cicaheum. Sekitar satu jam perjalanan . . . gua nyampe juga di terminal Cicaheum sekitar pukul 08.00 pagi. Banyak banget bis yang mau berangkat dengan berbagai jurusan. Waktu itu gua haus banget, Bandung lagi panas-panasnya, man. Tapi sebelum gua nyari minum ke warung-warung terdekat . . . gua nyari bis dulu.
Nah, dapat . . . ada bis ke Cirebon yang lewat Sukabumi. Mantab Gan . . . gua langsung nanya ke Aanya, kapan berangkat. Aanya bilang bentar lagi. jadi, biar gak ada adegan ketinggalan bis dan ngejar-ngejar bis . . . gua bilang aja ke Aanya kalau gua mau numpang di bis itu. Tapi gua mau beli minum dulu. Aanya setuju, dan gua langsung nyari minum botolan.
Setelah beli sebotol kecap . . . hahahaha, sebotol pulpy, gua langsung naik bis yang tadi. Penumpangnya lumayan gak terlalu banyak. jadi . . . kayaknya sepanjang perjalanan gua bakal alone, nih. Karena emang penumpangnya lumayan sedikit. Bis pun berangkat meninggalkan terminal Cicaheum yang sangat rame waktu itu. Gua lihat jam tangan gua udah pukul 09.00 lebih dikit. Hhhmmm, perjalanan berdasarkan info yang gua terima bisa mencapai 4 jam. Diperkirakan gua nyampe Sukabumi sekitar waktu juhur. Menuju ke Sukabumi gua ngelewatin Padalarang, Bandung barat. Gua juga sempet ngelewatin tempat PPL gua dulu di daerah Cipatat dekat pasar saguling. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan melewati kabupaten Cianjur. Gua punya teman di Cianjur tapi cowok dan gak terlalu dekat juga, hehe. Gak kerasa . . . bis udah memasuki Sukabumi. Gua yang dari tadi gak tidur, semakin terjaga. Nih, bis bakal berhenti di terminal Kota Sukabumi.
Sampe juga di terminal Sukabumi. Gua mulai lapar, gua juga belum shalat. Karena yang pertama gua lihat adalah warung . . . akhirnya gua putuskan buat makan dulu. Gua mesan soto babat dan nasi. Hhhhmmmmm . . . itu pertama kali gua makan soto babat, man. Mantab . . . apalagi gua lagi laper. Kalau gua lagi laper biasanya yang gak enak pasti bakal mak nyooooossssss . . .
Sambil melahap soto babat, gua sempet ngobrol sama Ibu pemilik warung dan seorang Bapak-bapak yang ternyata seorang tukang ojek. Gua tanya mau ke Ujung Genteng gimana caranya??? Ibu bilang masih jauh kalau dari sini. Hhhmmm, kalau soal jauh, dari kemarin gua juga udah tahu Ujung Genteng emang jauh. Terus, Bapak tukang ojek mulai nawarin ojeknya sama gua. dia bilang kalau mau ke Ujung Genteng, mesti lewat Surade dulu. Sebelum ke Surade, gua mesti ke terminal …………dulu. Okai, ga akhirnya minta dianterin sama Bapak itu ke terminal.
Dengan naik motor gua nikmatin suasana kota Sukabumi yang baru pertama gua lihat dan rasakan kali ini. Dengan ongkos sepuluh ribu perak, gua nyampe di terminal Lembursitu. Alhamdulillah . . . elef yang mau ke Surade udah mangkal dan bersiap buat berangkat ke Surade. Sembari nunggu elef berangkat, gua shalat zuhur dulu. Kata temen gua, dari terminal Lembursitu itu ke Surade waktunya bisa sampe 3-4jam. Gua perkirakan bakal nyampe Surade sekitar pukul 5 sore. Karena elefnya nunggu penumpang dulu.
Sekitar pukul 2 siang, elef berangkat meninggalkan Surade. Di elef gua smsan sama temen gua yang orang Surade. Dia bilang kemungkinan gua bakal nyampe ke Surade pas mau maghrib. Dan kemungkinan besar gua bakal bermalam di rumah dia dan gak bisa langsung ke Ujung Genteng sore itu buat lihat sunset.
Perjalanan menuju Surade sungguh melelahkan. Jalannya gak cocok di bilang jalan, tapi lebih pas dibilang ular. Tapi view kebun tehnya . . . waaaaaa, mantab gan. Walaupun jalannya berkelok-kelok . . . tiap menit ada aja tikungan . . . diselingin juga dengan jurang-jurang yang indah . . . dan gua tumben banget gak mabok . . . mungkin karena gua terlalu bersemangat buat menjelajahi Ujung Genteng, akhirnya gua lupa sendiri sama mabok, lagian suguhan pemandangannya mantab Rek. Hehehehe . . .
Cukup lama perjalanan, elef pun memasuki kawasan Surade. Temen gua udah bilang dia nunggu gua di depan puskesmas, dia ngasih gua instruksi supaya gua bilang sama kenek agar elef berhenti di depan puskesmas Surade.
Gak lama, nyampe juga di depan puskesmas Surade. Gua lihat teman gua udah nunggu gua. mampir dulu ke rumahnya. Belum sempat melepas lelah, gua udah diajak ke pantai Minajaya. Sebagai gantinya menikmati sore di Ujung Genteng. Mungkin ke Ujung Genteng bisanya besok pagi. Selain karena jaraknya cukup jauh, juga karena udah malam banget. Gua sama temen gua dan Aa juga kakak iparnya bareng ke Minajaya. Minajaya pantai yang didominasi oleh batu-batu karang. Sayang waktu itu gua gak terlalu tertarik dengan Minajaya, masih terobsesi ke Ujung Genteng, bro wkwkwkwkw.
Puas di Minajaya, kami pun pulang . . . jalan menuju ke Minajaya gak terlalu terawatt. Padahal pantainya cukup bagus dengan pesona batu karangnya.
Besok pagi, setelah sarapan nasi goreng buatan Ibunya teman gua plus sate ayam serta sebelumnya sempet nyobain ulen (ketan digoreng) bikinan Ibunya temen gua . . . gua sama teman gua itu langsung cabut pake motor menuju Ujung Genteng. Waaaaaahhhh . . . sumpah gua bener-bener gak sabar, bro.
Perjalanan cukup jauh ternyata. Teman gua ngebut bonceng gua, karena takut hujan. Karena cuaca waktu itu agak mendung. Sekitar satu jam setengah, akhirnya sampe juga di pantai tujuan gua . . . UJUNG GENTENG . . .
Arah menuju pantai gua disuguhi panorama pohon kelapa dan rumah-rumah penduduk yang sebagian masih ada yang terbuat dari pohon kelapa. Selain itu juga ada padang rumput luas yang dihuni oleh sekawanan sapi juga ada tambak udang . . . mantab, gan. Gua jatuh cinta sama nih, tempat. Dengan tiket masuk sebesar 3000 perak perorang . . . kami pun masuk kawasan pantai.

Debur suara ombak dari kejauhan mulai menyapa ramah, angin pantai sangat kencang bertiup. Inilah yang namanya the REAL BEACH . . . UJUNG GENTENG. Gua terpesona dengan keperawanan pantai satu ini. Di dekat bibir pantai airnya begit tenang. Ombak sangat jauh dari bibir pantai, karena terhalang oleh karang. Sehingga gua bisa bermain air sampai ke tengah-tengah pantai. Sungguh . . . pantai yang sangat bersahabat, tanpa harus bikin takut pengunjung dengan ombak. Karena ombaknya jauh terhalang karang.
New paradise banget lah . . . like it, bro. subhanallah . . . gua masih sempat nikmatin tempat secantik ini, dengan rincian perjalanan yang gak terlalu rumit:
Tol Cileunyi-terminal Cicaheum biaya 1000 rupiah (1 jam)
Naik bis ekonomi jurusan Cirebon Via Sukabumi biaya 8000 rupiah (4 jam)
Naik ojek dari terminal kota Sukabumi ke terminal Lembursitu biaya 10000 rupiah (30 menit)
Naik elef ke Surade biaya 15000 perak (3 jam)
Dari Surade ke Ujung Genteng dibonceng sama temen biaya 0 rupiah (1 jam 30 menit), bagi yang sebatangkara . . . tenang!!! Ada angkot merah yang siap nganterin lo ke Ujung Genteng. Tariff insya Allah bersahabat walaupun harus nunggu penumpang dulu di terminal. Tapi, kalau udah malam tuh angkot gak beroperasi lagi.
Tiket masuk 3000 rupiah
Thanks ya Allah, akhirnya gua bisa menginjakan kaki ke pantai impian gua ke Ujung Genteng. Pukul 10 gua harus udah cabut dari Ujung Genteng. Sebetulnya gua belum puas maen-maen di pantainya . . . tapi, waktu gua terbatas, bro. gak bisa terlalu lama-lama gua di sana. Gua bisa kemalaman dan nambah ngerepotin orang. Mau gak mau gua harus pulang. Temen gua juga udah berkali-kali nanyain yakin udah puas. yah, segini juga gua udah bersyukur banget. Hehehehe . . .
Entar malam adalah malam tahun baru. Rasanya gak lucu banget kalau gua malam tahun baruan sama temen gua yang satu ini. Gua ngerasa jadi seorang pengganggu. Gak enak, man. Makanya gua putuskan buat pulang. Temen gua itu nganterin gua ke sebuah tempat mangkalnya elef yang bakal nganterin gua ke terminal . . . dan perjalanan pun rutenya hampir sama dengan pas waktu gua ke Ujung Genteng.
Sungguh perjalanan yang menyenangkan kalau buat gua. terutama endingnya, wah . . . kacau juga. Resiko gua pulang pas malam tahun baruan. Gua dianterin angkot ke sebuah jalan tempat bis jurusan Sukabumi-Bandung. Gua sempat jalan kaki, nyari bis yang bersangkutan yang kata sopir angkot bakal lewat di jalan itu. Dan ternyata . . . Alhamdulillah. Dari kejauhan gua lihat bi situ melaju dan mulai melambat dan melambat ketika melihat gua berdiri tegak di pinggir jalan sambil melambaikan tangan (alay juga, nih . . . wkwkwkwkw)
Gua langsung masuk ke bis. Bussseeeetttttt . . . bis udah penuh. Gua pun gak kebagian tempat duduk, hasilnya gua bergelantungan. Gua udah mulai mikir negative waktu itu. Kayaknya sepanjang perjalanan ini gua bakal bergelantungan kayak gini sampe Bandung . . . wahahahaha. Tapi . . . lumayan lama, ada cowok yang berdiri dan mempersilahkan tempat duduknya buat gua. oohhhhh . . . so sweet, man. Hehehe . . . gua terharu banget.
“nuhun A.” kata gua dengan wajah berbinar.
“iya Neng . . . mangga.” Kata Aa itu tulus (halah . . .)
Semakin menjauh dari Sukabumi, semakin berkurang lah penumpangnya. Jalanan macet, penuh dengan kendaraan dan orang-orang yang mau merayakan tahun baru. Untung di bi situ ada tvnya, lagi muter OVJ pula. Wkwkwkwkw . . . sat bis pada ngakak. Minimal ngehibur kitalah yang gak bisa tahun baruan. Singkat cerita, gua udah nyampe Bandung yang makin malam makin rame dengan penyambutan tahun barunya. Hhhhmmmm . . . nyampe di terminal Cicaheum, naik angkot ke Cileunyi, lanjutkan sampe Cibiru.
Nah, pas di pertigaan Cibiru menuju Cileunyi itulah gua diturunin sama Bapak sopir. Diturunin secara paksa, karena Bapaknya gak mau ngetrack di zona macet. Dan dia sambil marah-marah gitu sama gua, gara-gara gua sempet nolak sama keputusan Bapak itu yang menurut gua gak bertanggung jawab sama gua buat nganterin gua sampe ke Cileunyi. Hahhhh . . . gua pun jalan kaki dari pertigaan Cibiru sampe ke Cileunyi. Gua jalan sendiri malam-malam di tengah keramaian orang-orang lagi rame-ramenya menyambut Tahun baru. Untung gak ada yang nyulik gua. hehehe . . . lagian siapa juga yang mau nyulik gua coba??? Hahahha . . .
Gua nyampe di Cileunyi, baru gua naik angkot Coklat arah ke Sumedang yang bakal lewat Jatinangor, tempat finish gua, bro. hhhh . . . dikit lagi gua nyampe.
Dan . . . gua nyampe di depan kampus gua IPDN tepat pukul 12 malam. Tepat ketika ada beberapa orang warga dan anak-anak kecil yang lagi maen kembang api di depan kampus gua . . . oohhhh, terharu banget gua, kedatangan gua disambut semeriah ini.
Ini perjalanan yang menyenangkan buat gua. penuh kenangan indah dan gokil tentunya. Mantabs Gan.***

Minggu, 06 Maret 2011

berpetualang ke Bukit Moko (GET A NEW PARADISE)







Yeeeaaahhh . . . akhirnya gua bisa juga nulis blog tentang buit Moko. Hhhhhmmmmm, kebetulan kampus gua lagi IB, alias izin bermalam. Kesempatan yang sangat langka buat angkatan gua, angatan XIX. Maklumlah, kami hidup saat masa di kampus gua sedang taat-taatnya pada norma-norma yang berlaku. Hehehehe . . . gak masalah, sih. Yang penting kita bisa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi, maka semuanya akan aman-aman saja.
Okai, kembali ke Bukit Moko. Bersama seorang teman sekampus yang mau gua ajak ke Bukit Moko. Waktu sebelum IB gua udah ajak beberapa orang teman gua. tapi ternyata mereka punya acara masing-masing dan punya alasan masing-masing sehingga mengurungkan niat buat ikut gua ke Moko. Dan salah satu alasan kenapa mereka gak ikut adalah . . . karena rute perjalanan gua masih belum jelas. Secara gua baru tahu yang namanya Bukit Moko waktu baca artikel di Internet tentang wisata alam di Bandung.
Artikel itu bilang, Bukit Moko, bukit yang dari atasnya bisa lihat Bandung dari ujung sampe ke ujung lagi, letaknya di Cicaheum. Hahahaha . . . deket banget sama kampus gua. Cuma naik angkot dua kali . . . nyampe di Cicaheum. Mantab, Gan. Akhirnya gua putuskan IB kali ini gua harus ke sana. Tadinya gua pikir gua bakal berangkat sendiri, Alhamdulillah . . . ada Mbak Ria asal Mojokerto yang mau ikuti jejak gua.
Perjalanan di mulai pukul 08.30 pagi setelah sarapan gado-gado di dekat kostan. Setelah beli perlengkapan berupa batere dan chek mental . . . gua sama Mbak Ria langsung chaawww dengan angkot coklat yang mengarah ke tol Cileunyi. Dengan ongkos cepe rupiah, kita dah nyampe di Tol Cileunyi. Next, naik angkot jurusan Cicaheum. Naik angkot ijo ini, maka kita akan melewati Cibiru, Cicadas, dan Ujung Berung. Kurang lebih satu jam dan ongkos 5ribu perak . . . kita pun nyampe di Cicaheum.
Perjalanan selanjutnya, pake ojek Bro. hahaha, kita sempet bingung nyari pangkalan ojeg. Saking bingungnya karena tuh Caheum padatnya minta ampun (akhir pekan soalnya, man). Tapi kita gak nyerah bro . . .
Maklumlah, namanya juga mahasiswa perantau. Kagak punya motor pribadi. Lha wong motor kita pada markir di rumah, dan rumah kita jauh dari kampus. Tenang . . . itu bukan alasan rasional untuk patah dalam petualangan ini. Justru itulah seninya petualangan ini, gimana caranya kita bisa nyampe ke tempat yang indah, tempat tujuan kita . . . meskipun tanpa kelengkapan fasilitas. Pada posisi inilah . . . kita bisa buktikan siapa yang paling hebat. Wkwkwkwkw . . . gaya lo!!!!
Akhirnya dapet juga ojek. Setelah tawar menawar yang setengah maksa, kita pun berangkat. Perjalanan bersama ojeg kali ini agak konyol, pasalnya kan kita dapat dua ojeg. Yang satu ojegnya pake matic . . . sedangkan dari artikel yang gua baca, mending ke sananya jangan pake matic. Karena medannya cukup berat. Gua sempat protes ke Bapak yang sangat ramah itu. Tapi dia bilang
“gua sering ke sana, pake nih matic. Santai neng. Kalau gak nyampe ke sana . . . gak usah dibayar.” Hahahaha
Ojeg yang satunya lagi, yang ngebonceng Mbak Ria lebih konyol lagi. ojeknya adalah seorang Pak Polisi yang menurut informasi, beliau ngojek buat nambah penghasilan. Hhhhhmmmm, gaji pokok seorang Polisi kayaknya gak cukup, nih. Jadi inget Bapak gua . . . heheheh. Baru Pak Polisi itu ngojeknya pake . . . VESPA. Kwkwkwkwk . . . wedddaaaannnn . . .
Kita segera meluncur ke Caringin Tilu. Jalannya agak rusak, tapi gak terlalu parah. Jalan menuju ke atas banyak sekali didapati polisi tidur, tapi tetap aja ojek yang ngebonceng gua ngebut-ngebtan dan nyalip-nyalip orang, bahkan saking ngebutnya . . . vespa Pak Polisi ampe ketinggalan. Ckckckckc . . . kayaknya nih, Bapak dulunya bekas pengurus gank motor.
Sekitar lima belas menitan . . . nyampe di caringin tilu. Medan Cimenyan yang berbukit-bukit mulai nampak indah terlihat dari caringin tilu. Gua yang duluan nyampe ke Caringin Tilu. Sedangkan Mbak Ria dan Pak polisi masih mogok di jalan. Habis . . . yang dibawa vespa. Ada-ada aja, si Bapak. Akibatnya . . . Mbak Ria harus turun berkali-kali buat bantu dorong dan sekedar untuk mengrangi beban vespa agar bisa naik di tanjakan. Hahahaha . . . kapok!!
Uang dua puluh ribu perak keluar bat berdua ngebayar dat maut ojeg Bapak-bapak yang gokil pisan eta . . . wwkwkwkw. Untuk seterusnya, kita jalan kaki. Lumayan jauh dan melelahkan dan juga melelehkan. Karena hari itu cukup cerah, matahari sangat vulgar menampakkan cahayanya. Dan kita waktu itu lupa bawa bekal dan minuman. Lengkaplah . . .
Sepanjang perjalanan menuju ke Bukit Moko, kita disuguhi dengan bumi Parahyangan yang sangat elok. Gua bersyukur masih bisa ngelihat yang kayak beginian, dan masih sempat foto-foto pula. Hhhmmmm . . . indah. Gak rugi gua ke sini. Dalam perjalanan . . . kita nemuin rumah yang miring. Kita juga nemuin Ibu-Ibu yang lagi berkebun dan kita sempat ikut berkebun ngebantu mereka. Seru banget lah pokoknya . . .

Semakin ke atas, perjalanan semakin menanjak. Dari tempat Ibu-ibu yang sedang berkebun cabai, kita udah ditunjujin sama yang namanya Bukit Moko. Ternyata dikit lagi nyampe . . . hayooooo . . . kita semakin semangat menuju ke sana. Walaupun udah capek . . . tapi capek kita alihkan ke adegan foto-foto, biar gak terlalu capek.
Jalan kaki sekita dua puluh menitan dari tempat berkebun itu, akhirnya . . . meja dan kursi batu mulai terlihat di puncak sana. Ooohhh, itulah Bukit Moko. Kita segera mempercepat langkah untuk bisa sampai ke sana. Ayoooooo . . .
Dan . . . panorama itupun menjadi santapan kami di siang itu. Hhhmmm, waktu itu kita gak bawa duit banyak. Jadi yang kita pesan hanyalah minuman untuk menemani kami menikmati alam parahiyangan yang permai dari puncak Moko. Sebenarnya sih bisa mesan sepiring nasi atau pisang goreng keju bersama minuman dingin atau hangat. Tapi dengan catatan . . . kita pulang dari Puncak Moko ini menuju ke kampus . . . dengan JALAN KAKI. Wkwkwkwwk . . .
Kita pun mempertimbangkan, kita baru aja nanjak. Nanjaknya jalan kaki, bukan naek motor. Awalnya aja yang naik motor. Naik motornya juga pas di medan-medan yang gak terlalu sulit. Nah, giliran medannya sulit . . . kita malah jalan kaki. Otomatis tenaga lumayan banyak yang terkuras. Akhirnya kami putuskan untuk minum saja. Kocek gak memadai, kalau makan . . . hhhhmmmmm, dana yang dibutuhkan cukup besar. kalau makan saja, kita tetap butuh minum. Maka dari itu, kita pilih salah satu. Makan atau minum??
Pilihan yang tepat pada saat itu adalah . . . minum. Karena biaya yang digunakan untuk itu hanyalah untuk biaya minum. Beda kalau kita mesan makan, kalau makan maka kita harus minum dan biaya pun membengkak. Minuman pun di pesan. Mbak Ria mesan es coklat, sedangkan gua mesan bandrek van Daweung yang hangat. Hahahaha, gua yang paling gak nyambung. Panas-panas begini malah minum yang hangat. Soalnya tadi gua mikir, tenaga gua harus kembali lagi biar bisa menuntaskan perjalanan turun ke bawah dengan semangat sampe ke terminal Caheum.
Di ketinggian 1500mdpl menikmati hangatnya bandrek van daweung di suasana yang damai dan panas. Hhmmmm . . . sungguh tepat untuk melakukan pelarian. Hahahaha . . . sejauh mata memandang . . . dari ujung ke ujung . . . Parahyangan yang UTOPIA banget.
Setelah puas berfoto-foto menikmati perawannya tempat tersebut, kita pun pulang. Karena kita udah gak sabar pengen ke terminal Caheum dan ngambil uang lalu makan. Udah lapar banget, man . . . kita belum pada makan siang, nih.
Perjalanan menuruni Cimenyan dilakukan dengan cepat. Foto-foto mulai jarang, karena kita belum makan, hehehehe . . . sampai akhirnya kita disamperin sama tukang ojeg yang nawarin ojeg (ya iya lah nawarin ojeg, masa nawarin bala-bala??) akhirnya, kita naik ojeg itu dengan menggunakan dana penghabisan sebesar 15 ribu . . . kita naik motor bertiga sama Bapak ojeg yang dengan gigih nganterin kita sampe ke terminal Cicaheum. Hhh, mantab Gan.
Kita berasa naik roller coaster, bro. turunan yang sangat tajam, pake motor, bertiga pula . . . hohohooho . . . serasa main di TMII, hahahahaha . . . dan posisi gua adalah di sisi motor yang paling ujung alias posisi yang rawan jatuh . . . hahahaha gila juga. Seru lah pokoknya.
Next, nyampe di Cicaheum. Kita langsung jalan kaki kea rah kiri buat nyari ATM. Ngambil duit dan makan . . . setelah itu, pulang.
Sungguh indah, dan pengalaman yang gak bakal gua lupain. Sebelum gua tutup tulisan ini, ga mau persembahkan sebuah puisi dulu.

Sekarang . . .
Aku bisa pulang dengan tenang
Setelah melihatmu masih gagah terbentang

Aku titipkan kedamaianmu dan kebebasanmu padaNYA
Untuk dipersembahkan kepada orang-orang yang bebas membawa jiwanya dan masih mau mensyukuri anugrahNYA.
Jagalah bentang itu agar tetap utuh . . .
Tanpa tersentuh.
Hingga aku kembali lagi,
Tetaplah utuh

By: normasari