Rabu, 18 Mei 2011

Iyeu teh Bandung wae . . . MANGGA!!!




Gagal mendapatkan wangsit dari penghuni gunung tertinggi di Jawa Barat, (hahahaha . . .) bukan menjadi penghalang untuk tetap melakukan petualangan. Yah . . . sekedar untuk mengobati kekecewaan yang sangat mendalam karena belum bisa merasakan denyutnya di ketinggian (galau banget nih, gua kayaknya . . .hehe, santai)

IB yang mendadak bikin gua gak sempat lagi nyari “KORBAN” buat jadi partner gua ke sana. Akhirnya gua gak bisa berbuat apa-apa. tapi gua baru ingat bahwa gua ada janji ke temen gua. temen gua tuh pengen banget ke Gasibu. Yap, dia langsung ngubungin gua buat diajak ke Gasibu. Kebetulan banget gua lagi gak tau mau ke mana, so . . . berangkatlah hari minggu tanggal 15 Mei ke Gasibu. Maklum lah . . . kendati dah bertahun-tahun hidup di Bandung, tapi yang bersangkutan belum pernah ke Gasibu. Supaya dia tau yang mana Gasibu, sok . . . gua ajak di ke Gasibu sekaligus muter-muter Bandung sampeeeeee . . . meleleh.
Eh, ternyata Bandung lagi mendung. Jalanan menjadi teduh, sejuk, jalan kaki pun menjadi pilihan untuk menikmati trip sekaligus untuk . . . MEGIRIT ONGKOS TRANSPORTASI, yeaahhhh. Sebetulnya Bandung udah cukup membosankan. Karena udah pernah keliling Bandung sampe nyasar dan lupa pulang. Tapi demi teman yang belum pernah, gua rela menggelandang. Supaya dia tau Bandung itu seperti apa.
Di Gasibu . . . Mbak Us, Mbak Dila dan Mbak Ika (gila .. . gua maenannya Mbak Jawa semua.) bawaannya belanjaaaaaa . . . terus. Kalau gua hanya lihat-lihat doang sambil nanya. Intinya gua gak beli apa-apa. tapi akhirnya terpengaruh juga. Karena gua baru ingat bahwa sandal yang gua pake sekarang adalah sandal tak bertuan yang tergeletak pasrah di kamar samping kost gua. entah punya siapa, gua maen pakai aja. Talinya hampir putus pula, akhirnya gua beli sandal supaya menghindari mengganti sandal yang hampir putus itu. Ini demi si pemilik sandal yang gua pakai. Gua pun beli sandal di Gasibu yang langsung gua pake hari itu juga.
Next, kita ke kantor Gubernur. Walaupun udah sering ke sini, gak ada salahnya foto-foto lagi . . . dan . . . jepratttttt . . . jepreeettttt . . . jeprooootttt . . . sayangnya kita gak bisa naek ke atas gedung pemerintahannya. Katanya harus izin dulu sama bagian rumah tangga. Beeeeuuu . . . kalau ingat soal perizinan, gua jadi ingat ribetnya sama ingat babaliyeutnya . . . hah, lupakan saja lah.
Kembali berjalan kaki setelah puas eksplore gedung sate, kita makan es krim di pinggir jalan dekat museum geologi. Lagi rame banget, tuh soalnya museum geologi lagi milad. Banyak anak-anak yang asyik menikmati hiburan di hari ultahnya museum itu. Kami pun masuk ke museum, lihat-lihat doang. Sampe kita ketemu stand PT. Freeport. Naaaahhh, kita banyak tanya nih sama Kaka yang jaga di stand ini. Lalu terlibatlah diskusi tentang PT. Freeport yang cukup controversial ini. Seru lah denger cerita dari kaka yang berasal dari Ambon ini. Mendengarkan harapannya pada pemerintah agar lebih memperbanyak investor domestic di PT. Freeport, supaya keuntungan juga bisa didapat oleh investor domestik. Karena, PT. Freeport masih didominasi oleh investor asing.
Puas di museum, kita langsung ke Braga. Ada Islamic book fair. Berhubung ada dua orang kutu buku yang ikut, maka . . . kita pun mendarat di Islamic book fair. Lihat-lihat buku, nyari yang diskon, sampe dapat selebaran dan buku catatan dari PT. Pos Indonesia. dapat brosur ini-itu . . . wah . . . wah . . . kalau gua lebih tertarik dengan keramaiannya. Heboh banget sama orang-orang yang pengen buku. Muter-muter . . . dan pukul 5 kita sepakat untuk cabut.
Bandung masih teduh, perjalanan pun jadi minim ngos-ngosan, kalau udah minim ngos-ngosan . . . minim juga pengeluaran. Sambil menyusuri jalan Braga yang menyiratkan tentang masa lalu, foto-foto udah pasti. Singgah ke toko-toko yang mangkal di seputaran Braga, seperti toko yang menjual cenderamata dari Jawa. Terakhir adalah toko yang jualan es krim. Entah mbak Dila lagi kerasukan apa sehingga Beliau mentraktir kita makan es krim. Sok . . . manggaaaa . . .
Setelah itu . . . foto-foto lageeeee . . .
Udah mau maghrib, kita istirahat di masjid dekat alun-alun. Kemudian nge-bis pulang. Pulangnya nyampe kampus kita kehujanan . . . basah kuyup. Tapi gak masalah, yang penting tadinya, mah hujan gak turun pada saat kita sedang menikmati perjalanan menyusuri Bandung hingga ke pelosoknya.
Hari ke 2
Garruuuuttt . . .
Kalau gatal, mah di Garut . . . hahahaha (garuk kaleeee . . .)
Ada teteh yang punya toko kue Alif ngajakin ke Garut. Kebetulan selama ini gua cuma makan dodolnya doang, jadi sambil melupakan Ciremai . . . (galau lagi, neh . . .hahaha) gak ada salahnya kita mengenal Garut bukan hanya dari dodolnya, tapi langsung bertandang ke sana.
Sampe di rumah Teteh, kegiatan kita lanjutkan dengan bakar sate domba garut, yang di bakar di Garut, dan dibakar oleh orang Garut . . . rasanya . . . mwannttaabbbbb . . .
Acara berikutnya, makan-makan . . . jadi, makan sate domba garut, dimakan di Garut, bersama dengan orang-orang Garut . . . artinya, mak nyyyooooosssss . . .
Setelah kenyang melahap semua hal yang berhubungan dengan Garut, gua sama dua orang Mbak . . . langsung go to sawah. Lihat sawah dan bebek yang lagi berenang sambil duduk nyantai di saung-saung, dan foto-foto senarsis mungkin tentunya . . .
Liburan yang sangat sederhana tapi masih satu tema dengan liburan kemarin. Temanya back to nature. Hhhhmmm, gimana kabar Ciremai, nih . . .??? hehehe, sepertinya udah pada nyampe di puncak, selamat, dah kalau gitu (galau stadium berapa, nih??? Halllaahhh)
Okai, libur 4 hari yang menyenangkan dengan wisata kota jadi guide bagi mbak-mbak yang pengen muter-muter Bandung. Emang beda, mah wisata alam sama wisata kota. Wisata kota lebih konsumtif dibandingkan dengan wisata alam. Ari aya kesempatan deui, entar nebeng lagi dah ari aya nu naek-naek ke atas. Sumpah, gua pengen banget ke sana. Tapi karena persiapan dan keterbatasan informasi . . . gua harus merelakan.
Halah lebay, tenang . . . masih ada kesempatan, kok. Semangat . . . yeah!!!

Sabtu, 07 Mei 2011

Ceres Rebus di Gn. Salak





Ini kali ke dua gua pergi ke Sukabumi. Tapi kali ini gua gak sendiri, lebih tepatnya gua bareng sama temen-temen sekampus gua. ada 8 orang totalnya yang ke Sukabumi. Ada apa lagi dengan Sukabumi? Sehingga gua kembali ke Sukabumi, padahal udah cukup pengalaman terlebay yang gua alamin pas penutupan tahun 2010 kemarin di Sukabumi. Hhhmmmmm . . .

Yup, kampus gua ngasih IB atau izin bermalam sebagai reward karena LPJ atau latihan prajabatan kami berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang memuaskan. IB kali ini sangat berbeda. Kali ini gua milih naik gunung. Karena gua udah lama banget gak naik gunung, jadi . . . gua pengen ngelakuinnya lagi.
Seminggu sebelum IB, gua dapat kabar yang sangat membahagiakan sekali. Kabar tersebut adalah, katanya Satria, salah seorang temen gua . . . berencana melakukan pendakian ke Gunung Salak yang di Sukabumi. Nah, gua udah pernah denger yang namanya gunung salak, tapi hanya sekedar tahu tempatnya di Sukabumi doang. Waktu itu gua udah mulai ada niatan buat ikut dengan Satria ke Gunung Salak. Sempat terbersit keraguan, karena hanya gua cewek yang mau ikut sama mereka. Jadi, gua cari orang lagi biar gua gak sendirian.
Akhirnya, dengan proses yang cukup menegangkan, sampai-sampai gua harus merayu salah seorang temen gua yang sebarak sama gua biar bisa nemenin gua ke Gunung Salak. Karena rada janggal juga kalau yang naik gunung cuma gua sendiri yang ceweknya. Dan Iam lah yang bersedia ikut sama gua.
Tanggal 22 Apri 2011 gua sama konco-konco pada berangkat. Keberangkatan dari Pangdam depan UNPAD terdiri dari 6 orang:
Satria, Dian, Hazendo, Arif, Iam, dan gua. empat orang cowok itu semua berasal dari Jatim. Iam dari Sulteng dan gua, hehehehe . . .
Kami langsung berangkat naik Damri menuju terminal Leuwi Panjang. Perjalanan kurang lebih selama satu jam dan nyampe di terminal dengan selamat dan penuh kebingungan. Sebelum kebingungan itu membuat kami kekurangan protein dan karbohidrat, kami pun langsung menuju warteg terdekat untuk mengisi perut. Jujur, suasana masih terlalu dingin dan beku. Pasalnya, sebenarnya kami bukan orang yang akrab, kecuali mas-mas Jatim itu. Hhhmmmm . . . jadi, intinya kita masih belum saling mengenal secara dekat. Kebayang kan gimana susahnya??? Tapi gua gak kurang ide, maka dari itu . . . gua pun rela SKSD sama mereka. Apa aja yang bisa jadi bahan pembicaraan, gua sempet-sempetin buat ditanyain, meskipun itu bukanlah hal yang penting. Hahahaha . . . semua demi usaha gua agar suasana gak terlalu tegang dan dapat mencair.
Selesai makan, kami nyari bis ke terminal Leuwi Panjang. Dapat bis ke Sukabumi dan . . . berangkkkaaatttt . . .
Perjalanan ke Sukabumi selama kurang lebih 3 jam. Alhamdulillah . . . dan tumben gua gak mabok. Perjalanan selama tiga jam ini pun belum bisa mencairkan kebekuan antara kita (halahhhh . . .^%$%^&). Komunikasi yang terjalin sangat kecil, sempit, dan singkat. Kami hampir gak ada berkomunikasi selama di bis. Paling-paling kalau mereka bagi permen, baru lah terjalin komunikasi. Seperti itulah . . . perjalanan yang agak membosankan. Heeee . . .
Singkat cerita, kami udah nyampe di Sukabumi. Karena hari itu adalah hari jumat, maka mereka shalat jumat dulu. Sambil nunggu mereka shalat jumat, gua sama Iam ke depan dulu nyari angin dan jalan-jalan sambil lihat-lihat dan menapaki kota Sukabumi. Ini kali pertama Iam ke Sukabumi dan kali kedua buat gua ke Sukabumi. Masih jelas dalam ingatan gua, ketika bis memberhentikan gua di terminal Sukabumi dan gua langsung makan soto babat yang jualan di dekat terminal. Hhhmmm . . .
Katanya, bakal ada tambahan dua orang personil lagi yang ikut pendakian ke Gunung Salak. Dua orang itu udah datang . . . yang satu namanya Bayu dan yang satunya lagi Wahyu kalau gak salah. Mereka dari Poltek Telkom Bandung, temannya Satria pas SMA di Madiun. Hhhhhh, lagi-lagi tercipta kecanggungan. Tapi gua berusaha enjoy, dengan harapan . . . ada peristiwa yang dapat membuat kebekuan di antara kami bisa mencair dan kami bisa kelihatan lebih kompak. Amin . . .
Kami lanjutkan dengan charter angkot ke Cidahu, Cidahu adalah tempat wisata air terjun yang juga merupakan start pendakian kami ke Gunung Salak. Dalam perjalanan, yang hampir mendekati Cidahu . . . angkot yang kami sewa mengalami mogok dan berasap pas di jalan yang menanjak. Karena mogoknya dekat dengan mesjid, maka kami pun shalat dulu. Setelah itu, perjalanan yang tersisa sedikit lagi ini akan dilanjutkan kembali.
Setelah selesai shalat, eeehhh . . . angkot tadi yang kita tumpangi ternyata udah duluan ke atas membawa barang-barang kami. Jadilah, kami ber 8 jalan kaki ke tempat wisata Cidahu. Lumayan dekat, sih jaraknya dengan masjid. Tapi jalannya yang menanjak lah yang bikin perjalanan ke tempat wisata itu terasa jauh. Tanjakan beraspal yang cukup menguras keringat dan lumayan ngos-ngosan gua ngejalaninnya. Tapi kami sempat terhibur dengan pemandangan dari jalanan beraspal menuju wana Wisata itu, ada landscape panorama Sukabumi yang berselimut kabut dan gerimis hujan . . . sedap dipandang, bro.
Akhirnya kita sampai juga di pos pendakian. Setelah ganti alas kaki dari sandal jepit ke sepatu Lapangan, pendaftaran dan keperluan administrasi pun dipenuhi di pos pendakian ini. Sekalian juga kami melihat-lihat dan membaca-baca informasi tentang Taman Nasioanl Gunung Halimun yang menjadi kawasan tempat Gunung Salak. Selesai pendaftaran, kami pun memulai pendakian . . . nah . . . inilah moment yang jujur, cukup melelahkan.
Jalur pertama yang menanjak bikin gua sempat ngedrop dan berhenti sejenak. Tanjakannya terdiri dari batu-batu yang disusun cukup rapi. Memang kami gak perlu tekhnik mendaki yang baik untuk melewati jalur pertama ini, tapi tanjakannya cukup melelahkan. Dan gua sempat drop lalu berhenti sejenak. Pendakian yang dimulai dari sekitar pukul 4 sore itu diiringi dengan gerimis hujan yang kadang reda dan kemudian turun lagi. sempat hujan lebat waktu kami masih berjalan di jalan beraspal sebelum ke gerbang pendakian, yang membuat kami harus melapisi pakaian kami dengan ponco.
Karena hari itu hujan, maka apeslah kita. Lumpur dimana-mana, becek udah pasti. Tapi yang namanya pendakian ya harus tetap berjalan. Walaupun hari mulai malam, lumpur dan gerimis yang semakin berubah menjadi lebat, kami tetap melakukan pendakian. Hhhmmmm . . . memang obsesi banget pengen ke Puncak.
Track yang dilalui semakin jauh dan semakin licin. Entah berapa kali gua kepeleset di beberapa tempat yang becek saat pendakian malam itu. Alhamdulillah . . . kepelesetnya hanya kepeleset biasa yang gak bikin gua patah-patah. Emang gua kepeleset bukan hanya karena jalurnya yang licin, tapi karena malam semakin larut dan gua udah ngantuk banget. Tenaga juga udah mulai menipis karena dari tadi terus disuguhi dengan jalur-jalur frustasi, yap . . . jalur frustasi, seperti yang dikatakan Mas Dian.
Sesampainya di shelter 4, tempat yang cukup luas untuk berkemah, yang tadinya mau kita jadikan tempat berkemah dan istirahat mala mini, ternyata penuh oleh tenda-tenda dari pendaki lain. Nah, di tempat inilah kami berhenti sebentar untuk melepas lelah dan mencicipi roti. Kami saling membagi stok makanan dan minuman. Dan . . . berbagi pacet. Hahahaha . . . rupanya waktu kami melewati rawa, ada pacet yang nebeng. Kalau gua, sih gak kena. Yang lain yang pada kena karena rata-rata pada pake celanan selutut.
Jadilah malboronya Mas Dian yang dijadikan penawar bagi mereka yang kena pacet malam itu. Tembakau dikasih air dan diguyur ke bagian kaki yang ada pacetnya. Yah, berhasil menaklukan pacet. Tapi, tuh malam yang tadinya lelah malah jadi lucu setelah ada peristiwa serangan pacet dan serangan malboro, hahahaha . . . yang lain pada ngecek badan masing-masing, termasuk gua juga ngecek. Takutnya ada pacet gelo yang nyasar.
Setelah sibuk dan cukup lebay dengan pacet-pacet blegug tadi, kami pun kembali memulai perjalanan.
Sesekali kami berhenti hanya untuk memulihkan tenaga. Memang menarik perjalanan kali ini, kami ber 8 mendaki Gunung Salak malam-malam di tengah gerimis hujan. Saat stamina pada mulai drop, kami berhenti sejenak di jalan dan mencari kayu tumbang untuk sekedar duduk santai dan mengatur nafas serta melahap beberapa potong roti dan beberapa teguk air. Hhhh, kebersamaan lah namanya. Malam itu begitu dingin, hujan pun makin menggila, segila track-track yang ternyata gak mempan mengobati rasa kantuk gua saat itu, makanya gua berkali-kali kepeleset di tempat licin, hahahaha . . .
Di hutan tropis itu, kami berteman malam. Ketika lelah mulai menyerang, kami pun berhenti dan duduk-duduk sebentar.
“jam segini, nih . . . di kost, makan stok dari indomaret, sambil online . . . hhhhhmm, enaknya.” Hahaha . . . kepikiran bro.
Nafas gua sering sekali ngos-ngosan, dan gua cukup banyak minum air karena benar-benar drop. Perjalanan kembali dilanjutkan. Yang lain gak henti-hentinya ngasih semangat satu sama lain dengan terus mengingatkan sudah di ketinggian berapa perjalanan kita ini.
Hingga kita menemukan tempat yang datar dan gak berlumpur seperti yang banyak kita temui dalam perjalanan tadi. Di situlah kami mendirikan tenda dan dome. 6 orang mas-mas Jatim itulah yang kerja keras mendirikan tenda. Sementara kami hanya duduk. Hehehe . . . bukan hanya karena kami kelelahan, tapi . . . karena gak mau bikin repot dengan menambah personil dalam membuat tenda. Hahahaha . . . alasan . . .
Menggigil, gua jadi teringat pas lagi kemah di Waru Beureum sebelum nanjak ke Manglayang. Tapi yang ini lebih dingin. Pake acara hujan pula. Aku dan Iam bergidik di tengah hujan sambil meresapi dinginnya malam, hadeeeehhhh . . . malam yang sangat berbeda. Bentar lagi tidur . . .
Tenda dan dome udah berdiri, Satria semangat sekali bikin mie. Kalau gua sebenarnya udah sangat mengantuk, tapi sisa-sisa tenaga yang ada gua pakai buat ganti baju. Selanjutnya, gua sangat menikmati suasana malam itu. Menghirup udara malam yang dingin di pundak Gunung Salak. Gua benar-benar menikmatinya. Sesekali angin malam yang berkesiur lirih, membawa aroma mie rebus yang dimasak Satria. Masih terdengar di telingaku secara sayup-sayup bagaimana riak canda Mas-mas Jawa itu. Hhhmmmm, tiba-tiba aja gua teringat Ortu gua. yang beberapa waktu lalu tumben nelpon gua, karena gua bilang mau naik Gunung.
Ini udah cukup nyaman buat gua. berada dalam satu dome bersama Iam, partner gua yang bisa dikatakan juga sebagai korban gua. hahahaha . . . sebelum tidur, kami makan mie rebus buatan Satria. Kali ini bukan satu piring berdua, tapi satu Tupperware berdua. Hehehehe . . .
Dalam hening itulah, pikiran ini berkecamuk. Sama ributnya ketika gua mendaki ke atas sebelum gua markir di sini. Pikiran gua memuat semua hal yang gak semuanya gua ngerti. Abstrak lah bahasa kerennya.
Kita berujar dalam sepi
Ranah yang kuinjak dan mereka terus menghibur dan bernyanyi
Aku senang malam ini . . .
Menggigil, tapi pelukan kabutmu terasa hangat
Kita saling pandang, kita mulai akrab seperti dulu lagi
Sejak aku meninggalkanmu sekian lama, kini kita bersua
Seorang sahabat yang mau mendengarkan cerita
Yang enggan melepaskan tatapan dari aku yang bercerita
Kita pun terus berpandangan . . . sangat dalam . . . kita tenggelam
Aku mulai rasakan kembali simetris itu, kendati dingin
Sampai besok pagi dan pagi lagi . . .
Aku tahu kita akan terus saling menatap
Setia mendengarkan kisahmu yang lucu ataupun sedih . . .
Sampai besok pagi . . .

Esoknya, pukul 6 gua bangun. Gua mendapati hape gua ada dua pesan yang salah satunya nanyain gua apa udah sampe di puncak atau belum. Sayangnya gua belum bisa balas sms dari temen gua itu, karena singal lagi gak ada. Masih dalam posisi malas-malasan, gua belum mendengar ada tanda-tanda kehidupan. Belum lagi gimana dinginnya pagi itu dan bagaimana suasana hutan yang meriah oleh binatang-binatang hutan, yahhh . . . tambah ngantuk lah gua, hahahaha . . . PEMALAS.
Waktu gua udah bangun itu, gua masih membaringkan badan sambil mencoba menangkap apa yang sedang terjadi di luar. Nampaknya ada kelompok pendaki yang udah terbangun dan mulai menyiapkan menu makan pagi. Hingga gua mulai mendengar suara-suara yang gua kenal, yakni suara Mas-mas Jawa itu. So pasti dengan Bahasa Jawa yang satu kosa kata pun gua gak ngerti (PARAH . . . PISAN EUY). Makanya, gua hanya bisa bengong waktu dengar mereka ngoceh pake Bahasa Jawa. Hanya satu kata yang bisa gua tangkap, Hazzendo sempat nyebut nama gua, tapi gua gak tau itu nama gua disebutkan dalam konteks apa, dan entah kenapa juga gua gak terlalu pusing mikirin itu. Biarlah . . .
Satria kembali masak. Nampaknya Mas asli Madiun satu ini memang koki andalan spesialis di hutan dan pada saat pendakian, hahahahah . . . semangatnya dalam menyiapkan makan untuk kami memang penuh totalitas. Dan itu dia buktikan pas pagi-pagi, ketika Mas Dian, Mas Bayu dan Mas Wahyu masih lelap, dan ketika Mas Arif juga Hazzendo lagi narsis-narsisan . . . Mas Satria justru sedang memasak. Gua aja sama Iam, untuk kesekian kalinya hanya bisa menonton kepiawaiannya dalam menyajikan makanan. Memang koki andalan . . . top Mas, lanjutkan . . . hehehehe.
Yang dimasak pagi itu adalah mie rebus, nasi, omelet mie, sarden, dan ikan asin. Weeeddeeehhh . . . uuuwwweeeennnaaaakkk . . . tenan! Paten lah pokoknya. Tambah lagi sebelumnya juga dibikinin kopi. Betul-betul diserves banget sama Mas Satria (koki andalan banget). Makan lah kita di tengah hutan tropis Gunung Salak. Ditemani pagi yang masih dingin dan basah, kita menyantap menu-menu karya Mas Satria untuk persiapan menuju puncak Salak 1.
Langsung kita bersiap untuk melakukan pendakian ke puncak salak 1. Ada satu orang yang tinggal di camp untuk menjaga barang-barang dan tenda. Satu orang itu adalah, Hazzendo yang gak lain adalah teman sekelas gua di IPDN. Yang beberapa waktu yang lalu sempat nanyain gua mau IB kemana, gak tau gua kalau ternyata dia juga ikut. Dengan demikian, Hazzendo gak ikut ke puncak salak 1. Dia menjaga tenda dan barang-barang, supaya ketika kami menuju puncak, kami gak perlu bawa barang banyak. Untuk itulah, Hazzendo dimodalin dengan sebuah . . . GOLOK!!!
7 orang berangkat dari camp menuju puncak salak 1. Seperti biasa, mendaki. Dan gua suka itu. Menarik buat gua, hehehe. Kalau tadi malam medannya becek-becek dengan lumpur, kali ini medannya banyak akar-akar pohon yang tatanannya curam, bahkan ada penghalang berupa batu yang cukup besar, sementara di bawah adalah jurang. Ada bau belerang dan tanaman khas gunung. Oooohhhhh . . . inilah suasana yang indah itu.
Sesekali kami berpapasan dengan para kelompok pendaki. Mereka sangat bersahaja, dan menyemangati kami untuk gak nyerah menuju puncak.
“ayo, Dek! Semangat! Dikit lagi puncak.” Lelah pun berangsur lenyap.
Gua sama temen-temen gua terus mendaki, sesekali berhenti untuk meredam lelah. Kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan. Sementara di samping kami adalah kabut, jadi pemandangan kami terhalang. Tapi itu masih belum bisa melunturkan kekaguman kami terhadap keindahan alam Gunung Salak yang sejuk.
Dan akhirnya . . . inilah moment yang dari kemarin sangat kita nantikan . . . 2210mdpl itu . . . telah kami dapatkan . . .!!! yyyyeeeaahhh . . .
Foto-foto udah pasti. Apalagi Mas-mas Jatim ternyata sangat narsis, narsisnya di luar dugaan gua. puncaknya berkabut, dan gua tersenyum puas ketika udah sampe di puncak. Apalagi ketika gua ngelihat papan penanda bahwa pendaki udah nyampe di puncak salak 1, yang meyakinkan siapa saja yang mendaki bahwa dia udah berada tepat di ketinggian 2210mdpl. Oohhhh . . . gua pengen banget bilang ke ortu gua saat itu, bahwa gua udah nyampe di puncak Salak.
MAMA . . . ABAH . . . (lebay.)
Kembali, Mas Satria, koki teladan yang sangat andalan dalam memasak menu-menu di hutan dan pada saat pendakian. Beliau mulai mengeluarkan parapin dan dengan gesit memasak air. Kemudian dia nyari kopi di tas gua yang waktu itu di bawa sebagai penampung bekal ke puncak. Setelah diubek-ubek itu tas, ternyata . . .
KOPINYA KETINGGALAN . . .!!!!!
Ooohhhhh, udah terlanjur ngerebus air, bro. hahahaha. Tapi emang the power of KEPEPET. Timbullah ide brilian dan jenius untuk merebus ceres. Nah, jadi sebagai pengganti kopi yang mendekam di camp, ceres lah yang kami rebus hingga air rebusan itu berubah menjadi coklat dan mulai menyerupai kopi atau minuman coklat sejenisnya, hehehehe . . . jadi namanya CERES REBUS.
Sisa ceres yang ada, kita gunakan sebagai taburan di atas roti yang untung sempat kita bawa tadi. Bayangkan kalau seandainya isi tas kita hanyalah parapin, lalu apa yang mau kita rebus??? Hahahaha . . . ini karena saking semangatnya mau muncak ke salak 1, sampe lupa bawa kopi, dan ceres lah yang menjadi korban. Jiaaaaahhhh . . .
Di puncak itulah, Mas-Mas itu foto-foto dan ngerekam. Wah wah wah . . . mereka nampak sangat heboh dan bersemangat. Dalam lelah, gua sangat menikmati suasana puncak salak 1 yang heboh oleh ulah Mas-mas yang gokil itu. Apalagai kalau Hazzendo tadi ikut, wah . . . pasti tambah ribut mereka di puncak. Hahahaha . . .
Sekitar satu jam kita berada di puncak, menikmati suasana puncak yang kurang cerah namun tetap indah, dan gua sangat mengagumi itu. Thanks berat ya Allah . . . kesempatan yang sangat indah buat gua. apalagi waktu itu juga ada kelompok pendaki yang nyampe di puncak. Mereka dari Bale indah. Ada sedikit perbedaan di sini. Bekal yang mereka bawa adalah lontong, dan makanan-makanan yang kemasannya adalah daun, seperti lontong itu. Beda dengan kita yang membaa makanan yang kemasannya adalah plastik. Hhhhmmmm . . . nampaknya gua sama yang lain bisa belajar dari para pendaki Bale indah ini.
puas menjadikan puncak salak yang 2210mdpl itu sebagai tempat syuting (hahahaha) kita pun turun.
Lelah ini terbayar
Ketika menengokmu dalam keadaan baik-baik saja
Aku tidak lagi khawatir, setelah mendengar ceritamu yang menyenangkan
Akan sangat kurindukan cumbu mesra kabutmu
Yang membuatku tetap berdiri tegak dengan rentangan tangan
Tempatku melupakan sejenak riak
Aku pamit turun,
Semoga kau merindukanku juga

Sampai di camp, kita segera beres-beres. Kita kembali melewati jalur frustasi yang kemarin sore sampe tadi malam kita lewati. Hehehe . . . perjalanan pulang terasa lebih cepat. Ada pemangkasan waktu 7 jam naik, turun mungkin sekitar 5-6 jam saja.
Kita ber 8 kembali menyusuri jalur pendakian yang kita lewati dengan menurun. Sekitar pukul 6, kami pun sampai di pos pendakian tempat kita melakukan pendaftaran kemarin. Sepanjang kita turun dari Gunung Salak, Hazzendo gak henti-hentinya bercerita tentang tokoh-tokoh pewayangan Jawa, dan tentu saja dia bercerita dengan bahasa dan logat Jawa yang sangat kental. Dan tentu saja gua sama Iam sama sekali gak ngerti dengan apa yang dia bicarakan. Hanya 5 orang Mas-mas itulah yang mengerti.
Sesekali mereka main tebak-tebakkan yang jawabannya gak pernah tepat, pokoknya banyaklah ocehan mereka yang bikin mereka gak bisa diam dari start turun sampe ke pos pendakian. Dan akhirnya . . . sampailah kita di pos pendakian. Lalu kami berhenti pada sebuah warung yang dekat dengan kamar mandi. Di situlah kita membersihkan diri dan melakukan persiapan untuk pulang.
Dengan menggunakan angkot putih yang kita charter, yang membawa kita pergi meninggalkan wana wisata Cidahu menuju Sukabumi. Sesampainya di Sukabumi, kita lanjutkan dengan naik bis menuju terminal Sukabumi. Next, charter angkot lagi menuju tempat mangkalnya bis yang mau ke Bandung. Setelah ketemu bis ke Bandung, kita berangkat ke Bandung. Nyampe di terminal Leuwi Panjang dan kita misah sama Mas Bayu dan Mas Wahyu. Kita lanjutkan pulang dengan charter angkot lagi ke kawasan Cileunyi dan . . .
NYAMPE DI KOST . . .
Sebelumnya, gua sama Iam yang misah sama Mas Satria dan Mas Dian di depan kampus IKOPIN sempet-sempetin beli makanan dulu di sekitar kost. Hanya ada nasgor dan mie. Apa aja lah yang penting bisa ganjal perut untuk malam ini.
Inilah Izin bermalam yang bikin gua back to nature banget, menikmati indahnya setelah sekian lama gua hampir melupakannya. Terima kasih udah ngasih gua kesempatan yang menyenangkan ini untuk menemuinya kembali. Seperti biasa, Untuk Mu, Pemilik Semesta yang selalu punya banyak cara gak terhingga untuk nyenengin gua dengan proteksi dariMu yang gak pernah buat gua ragu, untuk Abah dan Mama . . . atas telponnya yang tumben. Aku tau kalian khawatir, dan aku bisa baca kekhawatiran kalian, walaupun kekhawatiran itu kalian sembunyikan, heheheh . . . untuk gank salak, yang udah membuka kesempatan buat gua ikut nebeng di acara kalian. maaf udah ngerepotin Mas-mas, semoga gak kapok kalau seandainya trip berikutnya gua mau ikut lagi.***