Sabtu, 24 September 2011

Kemah Juang Integrasi XIX, di Bumper (bibir bengkak)


20 September 2011
Udeh semester 7??? Masih kemah juang??? Buseeettt . . . but, gak masalah . . . apa aja terserah lah, gue terima dengan senang hati dan penuh cinta. Lagian, ini kan dalam rangka integrasi. Karena angkatan gue angkatan XIX baru aja gabung dan bersatu di basecamp Jatinangor. So . . . oke-oke aja lah. Hitung-hitung liburan . . . ya gak???

Lokasi kali ini di Bumper Kiara Payung. Untuk menuju ke sana sebenarnya nggak jauh. Bahkan bisa dibilang dekat. Apalagi kalau pakai Damri, pasti nyampe bos. Tapi kan ini ceritanya jalan dan kemah juang. Jadi harus penuh dengan perjuangan. Kalau dekat plus naik angkutan, ya mana ada perjuangannya geto lokh. Jadi, jalan menuju ke Bumper itu betul-betul berjuang dan muter. Sumpah . . . dari start di siang hari dan nyampe menjelang maghrib. Ada yang nyasar juga lagi, niatnya mau motong jalan, siapa tau dapat yang lebih ringkas dan cepat. Tau-taunya malah lebih jauh, kesasar dan nyampenya habis maghrib pula. Hahahaha . . .
Gue juga ngerasain, ini jalan emang penuh perjuangan. Rutenya lebih jauh dan lebih mumet jika dibandingkan dengan rute sebenarnya. Apalagi tim survey ngasih rute yang tracknya nanjak dan ditambah pula itu hari lagi musim kemarau. Lengkap lah sudah . . .
Untung satu angkatan, jadi capeknya nggak kerasa. Semua menjalani dengan enjoy. Hingga senja di bumper pun masih bisa kita rasakan dengan hangatnya kebersamaan dalam keakraban kawan satu angkatan yang sekian tahun dipisahkan oleh kebijakan. Di bumper udah disiapkan tenda-tenda buat nampung kita. Satu tenda buat 100 orang, wahhhh . . . benar-benar kemah integrasi, hehehehe . . . gue dapat posisi di tengah waktu itu.
Malamnya, ada malam integrasi. Ada acara nyanyi sama dangdutan. Ada artis biduan juga yang lagi ngehibur. Jadi lah tuh bumper yang biasanya dipakai buat bayat membayat malah jadi tempat dangdutan. Gue waktu itu gak ikutan, selain karena gue gak cukup duit buat nyawer (hahahaha . . .) gue juga udah lelah banget. maka, pilihan gue adalah . . . TIDUR.

21 September 2011
MCK udah penuh, gan. Gilaaaaa . . . mana gue lagi dapet. Tapi tenang . . . udah biasa kok, jadi gak masalah. HAJAR AJA, BOS!!!!
Hari ini ada outbond. Tapi diawali dengan makan pagi dulu dan senam pagi. Kebayang lah gimana susahnya ngatur mahasiswa tingkat akhir yang seharusnya sekarang mungkin lebih tepat sedang berada bersama dosen pembimbing dan membicarakan tugas untuk Laporan Akhir. Agak susah dan ribet. Apalagi itu masih pagi, haduuuuhhh . . . malas-malasan lah. But, kegiatan harus tetap berjalan. nah, ini fotonya waktu mau aerobik pagi.

Waktu udah menjelang siang, kita semua pada aerobik pagi. Eh tapi gue mau ceritain pagi-pagi banget. gue kan kebangun pagi-pagi banget. gue denger dari kejauhan dan masih di wilayah bumper. Ada seorang senior yang teriak-teriak di pagi-pagi buta sama junior-juniornya. Hhhhmmmm . . . gue pikir sekarang emang lagi musim Ospek. Jadi wajar aja kalau tempat-tempat kayak bumper itu pada ramai sama yang begituan. Sama tragedy uji mental dari seorang senior kepada junior. Waaahhhhh . . . oke, LANJUTKAN!!!!
Outbond, seperti biasa. Pada latah pakai tali. Tapi, ya . . . ini outbondnya mahasiswa tingkat akhir. Jadi, semua pos . . . DILEWATI SECARA PAKSA. Hahahaha . . . ngerti maksud gue, kan??? Sepulang dari outbond, kebetulan banget gue yang rombongan pertama. So pasti warung-warung masih kosong. Tapi gue lebih memilih untuk tidur. Sementara pas gue udah ganti kostum, gue udah lihat para pedagang siomay dan bakso dan yang lainnya udah kebanjiran pembeli. Okai, selamat Bapak dan Ibu . . . selama 2 hari ke depan omzet anda diprediksi akan mengalami PENINGKATAN. SELAMAT!!!!
Hari yang cukup melelahkan. Maka dari itu supaya nggak bĂȘte-bete amat, kita pun foto-foto. Pas banget emang tempatnya menyimpan sejuta pesona (halaaaahhh . . .)



Sorenya, pas lagi rehat, nih. Hujan ternyata pemirsa . . . so pasti kita pada berteduh di tenda. Dan ternyata saudara-saudara . . . TENDANYA BOCOR. Dan yang paling ngebetein, hanya tenda kita yang bocor. Ooooohhhhhhh . . . KEMAH JUANG.
Kita langsung packing dan pindah ke atas. Ada tempat yang terbuka. Ada atapnya tapi gak bisa buat mendirikan tenda. Di situlah tempat kita ngungsi. namanya Gazebo:

Walaupun agak kesel dengan tenda yang bocor, tapi kita cukup terhibur dengan pemandangan yang menakjubkan dari tempat itu. Mungkin karena letaknya lebih tinggi, makanya viewnya lebih mantab. Ternyata di balik musibah, tersimpan anugerah. Beruntung kita masih bisa lihat pemandangan sebagus ini.
Jadinya malam itu ada dilema. Karena tenda udah bagus, disilahkan bagi siapa yang mau pindah ke tenda atau tetap di alam terbuka. Ternyata banyak juga yang masih mau stay di tempat pengungsian itu. Termasuk gue. Karena . . . pemandangannya Subhanallah ya . . .
Mengantarkan senja
Bersama ramai lampu kota
Bumi yang beku mulai meredup
Jingga dan orange . . . dengarkan sabda nafasku
Selenting aku rindu saat di atas sana
Mencumbui pasirmu dan menyatukan nafasku dan nafasmu
Ya, kalau udah begini gue jadi ingat suatu tempat. Hahahaha . . .
Malam itu sangat dingin. Gue gak bawa SB hanya bawa matras. Tidur di alam terbuka bukan hal baru buat gue. Beberapa waktu yang lalu gue juga hanya berteman matras tanpa SB. Jadi, gue suka nikmatin. Apalagi viewnya semakin malam, semakin Subhanallah ya . . .
Pas mau tidur, gue ngerasa ada yang ngasih gue selimut pake kain Bali. Ternyata Teh Pipit yang ngasih gue selimut. Katanya nggak tega lihat gue gelisah tidur kedinginan. Hatur tangkyu Teh. Malam itu terasa panjang. Sayup-sayup gue denger keramaian di bawah. Karena emang acara malam itu adalah bakar-bakar jagung. Tapi karena posisi gue sama beberapa orang teman gue pada di atas. Jadi rata-rata pada malas turun. Akhirnya kita yang di atas, Gazebo . . . hanya di atas dan menikmati pemandangan Jatinangor dan Sumedang yang cahaya lampunya makin terang.

22 September 2011
SUNRISE . . .
Gue jadi ingat Gunung Penanjakan. Belum pernah ke sana, sih. Tapi sunrise dari Gazebo emang manteb. Subhanallah sekali . . .
Pemandangan puncak Gunung Geulis nampak cantik bersanding dengan sunrise dan langit yang mulai membiru.
Guys, hari ini hari terakhir. Kita-kita yang regional Jatinangor pada nyantai buat nungguin anak-anak regional daerah untuk naik Gunung Manglayang. Hhhmmm . . . gue nggak ikut naik bro. hehehe . . . coz . . .
Tuh pagi yang sunrisenya mwanteb banget kayak di Penanjakan, gue ngerasa aneh sama bibir gue. Temen gue yang tidur di Gazebo juga nanyain, Norma bibir lo kenapa?? Gue jawab dengan santai: iya, nih, gue juga ngerasa aneh sama bibir gue. Maklum lah, gue belum ngaca waktu itu. Terus salah seorang temen gue nyeletuk. Dia bilang bibir gue bengkak.
Jiaaaahhhh . . . BENER PEMIRSA . . . BIBIR GUE BENGKAK. Waaahhhh . . . pasti ada semut atau sejenis serangga hutan yang nyium gue nih tadi malam . . . AAASSEEMMMM . . .
Hasilnya . . . ya gue hanya bias pasrah menerima bibir gue bengkak gara-gara ulah semut dan serangga nggak jelas itu. Sialan emang. Untung aja tuh pagi lagi cerah.
Memang kemah juang yang penuh dengan perjuangan, bos. Rute jalan juangnya yang lebih panjang, outbond yang gak jelas, hujan, tenda bocor, ngungsi di gazebo yang terbuka, bibir bengkak karena dicium serangga hutan, untung aja endingnya SUNRISE yang memukau.
Never forget moment banget lah.


Jumat, 16 September 2011

Orang Malaysia di Jembatan Cincin

hari ini masuk kampus, iya . . . gue tau. tau banget dari kemarin. insya Allah gue gak bakal telat kayak kemarin. sumpah . . . gue ingat banget hari ini tanggal 17 September 2011, bukan 17 September 2012. iya . . . iya . . . ya . . . gue pasti datang. janji daaahhhh . . . masuk kampus ya masuk aja, yang penting kalau sempet ngetrip ya kenapa nggak, bos. hahaha . . . soal masuk kampus mah nyantai. mau tempatnya diacak lagi juga gak masalah. terserah lo pada dah, yang penting gue masuk kampus, ya habis perkara. nyantai aja, lah. yang penting semua damai. okai, bos. hari ini pagi-pagi tumben gue udah bangun. mau nangkep golden moment di Jembatan cincin ceritanya. secara dari dulu nggak pernah tau dimana Jembatan cincin itu berada. katanya tuh jembatan bekas rel kereta api jaman dulu. menurut info yang gue dapet, jembatan cincin ada di kawasan UNPAD. gampang banget ternyata nyarinya. ternyata jalan kaki dan ongkos 0 rupiah, kita udah bisa ke jembatan cincin. syaratnya harus melewati kawasan UNPAD dulu dan kawasan kost mahasiswa. kalau udah nemu pohon bambu yang nggak jauh dari kawasan kost . . . jalan lagi dikit, yaaakkk . . . itu lah yang namanya jembatan cincin.
jembatannya peninggalan jaman dulu. dari jembatan cincin ini bisa lihat Gunung Geulis yang lagi tidur, hahaha. bisa lihat sawah sama kuburan. ada sungai juga di bawahnya. viewnya yang paling bagus tuh pagi atau sore. kalau mau jumping juga bisa kayaknya. soalnya, katanya jembatan cincin masih sering dipake buat kegiatan terjun pake tali itu, lupa gue apa nama olahraganya. pokonya terjun aja pake tali dari atas jembatan. pantesan gue waktu nanya jalan mau ke jembatan cincin sama seorang satpam, gue malah dikira mau nekat terjun dari jembatan. hohoho, boleh juga, sih Pak. tapi syaratnya di bawah jembatan cincin ada kasur gede plus bertumpuk-tumpuk uang buat saya. wkwkwkw. nah, selain bisa ngeview, gue juga ketemu sama anak-anak Malaysia yang kuliah di bagian pengobatan UNPAD. waaahhhh . . . Malaysia . . . tetangga tuh. percaya gue kalau dari Malaysia. soalnya emang logatnya Malaysia. logatnya pas ngomong bukan Sunda. dan gue juga bingung mau dipanggil teteh atau abang nih, hahahaha. so gue panggil mas aja lah. yah, gue panggil Teteh aja dah. nampak mereka masih agak susah ngomong pake Bahasa Indonesia. mereka sangat bekerja keras sekali waktu ngomong sama gue. hehehe . . . gue sampe 3 kali disuruh ngulang kalimat gue, coz gue ngomong terlalu cepet dan mereka susah nangkep. mereka ramah-ramah.
ini videonya, bos. koment mereka tentang Indonesia. check!









Selasa, 13 September 2011

Di Sumedang, KUMAKAN KAU DENGAN BISMILLAH

luuuuurrrr . . . posisi pada dimana??? di pantai? gunung? jalan raya? lagi mangkal di warung?? gue meringkuk di kostan dengan buku God After Darwin. pusing gue baca tuh buku. serasa lagi ada ribuan bahkan jutaan ulat lagi joget di kepala gue. gue juga sih sok-sokan pinjem, biasanya juga baca Lupus, sekali pinjem gara-gara cuma mau bikin perubahan pada selera buku, biar nampak dewasa . . . malah geger otak gue. padahal harusnya perlahan dulu kali ya. step by step. jangan langsung menjarah ke Teologi evolusioner, bertahap lah . . . habis Lupus . . . roman . . . ilmu pengetahuan modern . . . filsafat . . . terus apa lagi. biar gak keget nih otak. mending gitu, kan daripada harus beli paramex. hahahaha . . . nah, God After Darwin ternyata menumbuhkan sebuah ide dalam otak gue. karena udah overdosis banget. akhirnya gue mutusin cabut ke Sumedang. idenya mungkin gak nyambung dengan apa yang gue baca, tapi . . . itulah yang bercokol di otak gue. dari pagi puyeng mikir, siangnya langsung go ke Sumedang. seperti biasa . . . kontak ke Teh Vina dulu. sambil ngontak, gue sama sopir angkot mangkal dulu di Pangdam. niatnya tuh sopir kayaknya mau nyari inspirasi . .. tapi kayaknya nyari penumpang lebih tepat. Jatinangor lagi hareudang pisan, euy. tapi gak masalah . . . daripada mumet sendiri di kostan baca God After Darwin. next, udah nyampe Sumedang setelah lebih dari satu jam bersabar nunggu sopir angkot 04 ngetem. Teh Vina, temen gue yang asli Sumedang langsung ngajak gue ke Gunung Kunci yang ternyata nggak jauh dengan Polres Sumedang. cukup mudah diakses dari pusat kota. Gunung Kunci ini ternyata adalah tempat penjara pada jaman penjajahan dulu. sok dilihat fotonya gan (kaskus overdosis, nih)
ongkos masuk only 3 rebo, neng. sok dicoba. track nggak kayak gunung, ini lebih kepada sejenis bukit kali ya. tapi gua peninggalan penjajahnya lumayan serem juga, ada bekas penjara sama ruangan melingkar yang ditutup pagar kawat karena nggak boleh masuk. hitung-hitung mengenal sejarah juga lah. jadi tau kalau ternyata penjajah Sumedang dulu basecampnya di gunung Kunci. bangunannya udah nggak kayak dulu. tapi karena semua terbuat dari batu, jadi masih ada beberapa bangunan yang awet. seperti bentengnya. capek nanjak di Gunung Kunci, nyok kita coba ubi cileumbu. maklum, 3 tahun hidup di Sumedang . . . tapi belum pernah nyoba. padahal kalau mau ke Sumedang biasanya ada yang jualan. ternyata ubi cileumbu itu beda sama ubi pada umumnya. kalau direbus katanya keluar cairan madu gitu. hehehehe . . . yang penting judulnya: KUMAKAN KAU DENGAN BISMILLAH . . .
puas . . . muter-muter Sumedang. habis nih pulang, ketemu buku God After Darwin lagi. okai . . . masih suasana liburan. met libur, Lurs . . .

Minggu, 11 September 2011

BATU API, antara JATOS dan GRIYA

masih H-5. Tapi udah nyampe kost. ada sambutan khusus dari kecoa dan batalyon-batalyon kerajaan semut di kost gue. gilaaaaaa . . . heran gue. sebenarnya yang jadi bos di sini siapaaa??? (sombong nih ceritanya) akhirnya, setiba di kost . . . gue mesti perang dulu. perang memperebutkan wilayah kekuasaan. pukul 11 baru bisa ditundukkan kecoak, semut dan sebangsanya. hahahaha . . . GUE MENANG. besoknya gue bingung mau ngapain. jadi gue go to BATU API saja. biasa kalau pesiar nongkrong di sini, bos. sekedar buat baca buku atau sekalian pinjem. buku-bukunya jadul. katanya si empunya nih . . . itu semua koleksi pribadi dia. tapi ada juga beberapa yang dia beli di pasar loak yang jual buku-buku lama. temanya juga rata-rata berat. ada juga buku-buku aliran "kiri". pas lah buat lo yang kutu buku atau yang suka nonton juga. karena di samping tempat penyewaan buku ini juga ada gudangnya VCD. jadi kalau nggak suka baca. ya lo bisa nonton. filmnya bukan sembarang film. kebanyakan film yang bertema budaya dan sejarah (beeerrraaattt . . .) tapi nih tempat penyewaan rada sepi. pengunjungnya mungkin lebih tertarik mangkal di Jatos atau Griya. hahahaha . . . siapa tau lo sumpek muter-muter di keramaian, mau ke hutan dan gunung tapi gak ada genk buat ke sana, mungkin BATU API bisa jadi plihan bijak untuk mensiasati hari libur lo yang makin berkurang. siapa tau dengan membaca lo bisa dapat ide dan pencerahan, dan lo bisa kembali ke jalan yang benar (hahaha . . .) banyak koleksi yang disuguhkan dari perpustakaan yang berdiri tahun 1999 ini. dari yang konyol kayak Lupus kecil, atau yang melow-melow . . . yang penuh edukasi, sejarah, budaya, yang alirannya kiri, aliran kanan, tengah-tengah, ya lo tinggal cari atau tanya ke Bang Anton, si pemilik perpustakaan BATU API.
but, guys . . . meskipun buku-buku yang bejibun di perpustakaannya adalah koleksi pribadi dia, ternyata dia juga belum baca semua. hhhmmmm . . . tapi koleksinya mantab, Bang. kalau mau ke sini, sok aja mah. tempatnya strategis. kalau lo mau ke Jatos atau ke Griya, pasti nemu sama nih tempat. coz, letaknya diantara Jatos dan Griya. mustahil banget kalao lo gak nemu. kalau gak nemu juga, lapor aja ke gue. ntar gue kasih petunjuk atau gue anterin sekalian. gratis kok kalau mau baca aja. tapi kalau pinjam, 3 buku bayar 9 rebo. silahkan dicoba, gan! (kaskus style mode on)

di Pesawat

gaya banget gue tadi malam nyampe di kost dengan gagahnya. perjalanan yang menyenangkan diiringi semaraknya lintasan dari Ujung berung - Cicadas - Cicaheum - Cibiru - Cileunyi dan finish di Jatinagor. tadi malam keren, kedatangan gue di Jatinangor disambut dengan bulan purnama. sedap mah pokoknya. sebelumnya gue naik pesawat dulu. biasalah . . . pesawat langganan gue yang mumer be ge te. Lion. dan jarang-jarang banget gue dapet penerbangan siang. cihuuuiii . . . biasanya gue dapat penerbangan malam. alasannya biar lihat view Laut Jawa kalau malam. puas dengan penerbangan malam. ya okai . . . kita lanjutkan dengan penerbangan siang. lagi pengen aja merhatiin bagaimana kondisi di atas kalau lagi siang. pernah juga gue terbang siang, tapi . . . emang dasar TUMOR. sepanjang pesawat kerjaannya molor. so gak bisa lihat pemandangan. lagian juga entah kenapa posisi duduk gue selalu jauh dari jendela. makanya males. udah illfeel duluan, pasrah gue sepanjang perjalanan siang di pesawat pemandangan gue bakal ditutup sama orang yang duduk di samping jendela. sumpah . . . ngiri banget gue. nah, Alhamdulillah gue panjatkan. penerbangan siang dengan posisi duduk tepat di samping jendela, merupakan moment yang mantab buat lihat pemandangan sekitar. sok diningali hasil jepretan gue. barangkali aja lo pada gak merhatiin sekitar lo kalau lagi terbang. barangkali aja lo pada molor tanpa merasa berdosa telah melewatkan the great view pas lagi di atas. lagian, kita terbang nggak setiap hari. jadi gak ada salahnya di check guys!!!!