Adegan
Film India di Terminal
Sore
itu sedang hujan deras-derasnya. Sepanjang jalan dari rumah gue ke terminal
Pantai Hambawang Nampak gelap dan hanya berjarak pandang 5-7 meter. tapi gue
nggak mungkin lah batalin rencana gue buat ke Kaltim yang udah gue susun
jauh-jauh hari. Hhhmmmm, untung aja Bokap plus ponakan gue bersedia nganterin
gue ke Pantai Hambawang buat nyegat bis. Nah, sebelumnya gue udah mesan tiket
nih di tempat yang sama. Tiket gue adalah tiket bis Pulo Indah keberangkatan
Pantai Hambawang menuju Penajam seharga 105 ribu perak, eyeeehhhh . . . .
Hujan-hujan,
masih deras dan menggigil. Sesampainya di terminal, gue nunggu ditemenin Bokap
dan ponakan. Dan kayaknya nggak nyampe 10 menit gue nunggu, eh tau-tau itu bis
udah datang.
“Lha
itu lho bisnya, cepet sana cepet.” Seru Bokap gue dengan hebohnya, dalam
kehebohannya menyupport keberangkatan gue, Beliau sempet-sempetnya nyuruh gue
bawa payung. Maklum, saat itu hujan masih deras dan jarak gue sama bis lumayan
jauh.
“Hah?
Payung? Kan, naik bis Bah?” Gue ya heran, ngapain bawa payung? Orang gue juga
bakal naik bis???
Akhirnya
terjadilah adegan-adegan nggak jelas, Bokap gue nyodor-nyodorin gue payang
sambil maksa-maksa, gue nolak sambil menggapai-gapai tangan kanannya buat salam
pamitan, dan ponakan gue malah teriak-teriak karena dia ngelihat bis itu udah
mau jalan.
Halaaahhh,
prĂȘt banget pokoknya. Gue lihat tuh bis maen jalan aja. Ya udahlah, gue
langsung lari-lari di derasnya hujan, pake nabrak genangan air segala pula,
asli . . . mirip banget sama adegan film India yang lagi lari-larian di tengah
derasnya hujan, tapi kali ini buat ngejar bis. Gue udah nggak peduli lagi sama
celana dan baju gue yang basah, yang penting gue harus naikin tuh bis,
hahahaha. Nah, pas gue udah dekat sama tuh, bis . . . eeeehhhh, tuh bis malah
mau ninggalin. Stress banget coba, akhirnya gue teriak-teriak manggil kernetnya
sambil lari-lari.
Alamaaakkkkk
. . . adegan waktu itu nggak banget. Hampir aja gue ketinggalan bis. Ngejar
bisnya pas hujan deras pula, belum lagi tuh kenek nyebelin banget. Udah
jelas-jelas lihat gue lari-lari, respek dikit, kek suruh supirnya berhenti.
Lagian gue, kan udah pasti ngejar tuh, bis. Apalagi coba yang gue kejar saat
itu selain bis itu . . .???? hadeeeeeyyuuuh.
Dan
akhirnya, pemirsaaaa . . . bisnya berhenti dan gue pun masuk bis dalam keadaan
basah kuyup. Dan nggak ada waktu lagi buat jalan ke kursi yang bernomor 21,
karena bisnya udah keburu jalan. So, gue pun disuruh kernetnya duduk di kursi
paling depan, depannya depan pokoknya, alias kursinya kernet yang posisinya
tepat di samping kursi supir. Oohhhhh, pemandangan makin jelas kelihatan.
Perjalanan
pun dimulai. Nggak ada adegan lambaian tangan berpisah antara gue, Bokap dan
ponakan gue. Tuh bis langsung cabut aja, pake ngebut lagi. Aiihhhh, Pulau Indah
Jaya mulai nunjukkin kerasnya hidup dalam bis jurusan Penajam ini. Atas sopir
Pak Peno dan kernetnya yang udah ngerelain tempat duduknya buat gue, bis pun
mengarungi jalanan basah dan hujan deras menuju Kabupaten Balangan.
Untuk
menuju Kaltim kalau dari Barabai emang harus melewati Kabupaten Balangan dan
Kabupaten Tabalong. Setelah itu, barulah kita memasuki Provinsi Kalimantan
Timur. Ini perjalanan gue yang pertama kali menuju Kaltim, waaaahhhhh . . .
sesuatu. Baru kali ini gue jalan ke Kaltim. Padahal tetanggaan sama Kabupaten
gue. Hehehehe . . . kemana ajeeeee . . .????? okei, perjalanan malam kali ini
emang menyenangkan, karena gue bisa leluasa lihat keadaan jalan. Kan, posisi
duduk gue ada di samping sopir. Hahaha, melek terus tuh mata gue. Wkwkwkw.
Nah,
kita persingkat yang brow . . . gue udah nyampe Tabalong. Di sini diadakan
pengecekan dan nunggu penumpang lain. Saat itu gue nggak mikirin lagi, tuh
tentang nasib tiket gue yang katanya gue harus duduk di kursi nomor 21, bukan
di kursi kernet. So, akhirnya kernet datang juga ke gue dan nagih biaya
transport.
“Bayar???
Kan, aku udah bayar Bang?” Langsung gue pasang tampang paling lugu.
“Ha??
Masa?” Kernetnya bingung.
“Ho
oh. Ini tiketku.” Weeeewww, mana tiketmu??? Hahha, dengan bangga gue pamerin
tuh tiket. Dan makin bingung aja tuh kernet lihat tiket gue. Saking bingungnya,
sampe-sampe dia nggak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Hahahaha . . .
akhirnya dia turun dari bis dan langsung konsult ke sopirnya.
Ooooohhh
. . .. trouble saudara-saudara. Hari itu juga gue langsung divonis . . . bahwa gue,
SALAH NAIK BIS!!!!!!!!!
Mau
tepok jidat, takut keliatan bego. Mau guling-guling sambil nangis di aspal
kayaknya juga nggak guna. Gue pasrah saat itu, yuuuu . . . ini yang pertama
kalinya gue naik bis ke Kaltim. Mana gue tau soal flat bis yang emang harus
ditulis sama petugas ticketing. Dan sialnya, petugas ticketing gak nulis nomor
flat bis di tiket gue. Hohoho, itulah yang bikin sopir dan kernetnya bingung
saat itu. Dan akhirnya . . .
“Ya,
udah Pak. Saya tetep ikut bis ini aja. Berapa kurangnya, biar saya bayar.” Kata
gue, hhhmmmm . . . normeeeee . . . dalam keadaan kayak gini masih aja belagak
sok banyak duit. Hahahaha . . . .
“Jangan,
Mbak. Kasihan Mbaknya.” Kata pak sopir dengan ibanya ngelihatin gue. Pak sopir
yang asli Jawa ini kayaknya nggak tega malak gue. Heeeehe.
Dan
Sepertinya hari itu kemurahan tanganNYA sedang turun dengan sempurna. Keputusan
pak sopir, dia bilang gue nggak usah bayar dan tetep ikut perjalanan
selanjutnya. Alhamdulillah . . . . padahal tadi sempat gue mau ditinggal di
terminal Tabalong buat nunggu bis selanjutnya. Karena kayaknya bis gue yang
bener tuh adalah bis selanjutnya.
Oke,
hampir saja gue diturunin. Dan akhirnya gue tetap duduk di kursi kernet.
Subhanallah . . . duit gue nggak jadi berkurang, wehehehe. Sesuatu banget.
Thanks God, thanks.
Perjalanan
pun kembali dimulai. Berhubung saat itu perjalanan malam, jadi nggak bisa lihat
pemandangan. Sekeliling sedang gelap-gelapnya. Awalnya perjalanan sangat mulus,
man. Aspalnya mulus, lancar. Tapi pas di Kabupaten Tabalong, jalanan mulai
berkelok-kelok dan agak menanjak. Samping menyamping juga udah mulai kelihatan
siluet-siluet hutan yang lebat. Rata-rata kalau lewat daerah Tabalong emang
bakal didominasi oleh hutan-hutan karet. Nggak terasa, sekarang udah memasuki
daerah Tabalong yang dekat dengan perbatasan Kalsel dan Kaltim.
Pada
pukul 09.30 WITA, bis udah memasuki wilayah Kaltim. Nampak kami semua disambut
oleh gerbang selamat datang di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dari sinilah
tiba-tiba saja track berubah lebih mencekam. Jalanan beraspal mulus udah nggak
ada lagi, malah berganti dengan jalanan rusak. Hooohooo, bukan hanya jalan
rusak, tapi juga menanjak dan sempit. Gelap udah pasti. Kalau gue
persentasikan, sih . . . kayaknya rute Kalsel Kaltim 75 persennya adalah hutan.
Ceritanya
emang kita lewat jalan aspal. Tapi sebenarnya kita sedang melewati daerah
pegunungan yang berbukit-bukit dan . . . . samping menyamping adalah jurang yang
menyuguhkan track-track menanjak. Bahkan katanya ada jurang juga, makanya
perjalanan bis Pulau Indah Jaya selalu perjalanan malam, karena untuk
menghindari penglihatan dari pemandangan jurang, biar nggak ganggu konsentrasi
Pak supir ceritanya. Hahaha, kayaknya tuh jurang horror juga sampe enggan
dilihat sama supir. Sampai bela-belain narik malam coba.
Yang
jelas, perjalanan malam itu emang ngetrack banget. Terutama buat gue yang tepat
berada di samping sopir. Gue ngelihat dengan sangat jelas sekali betapa
kerasnya perjuangan pak sopir saat harus melewati tanjakan yang beraspal rusak
dan tikungan setelah tanjakan, mana nggak ada lampu pula tuh, jalan. Halah
halah . . . . butuh konsentrasi tinggi untuk melewatinya, apalagi bagi yang
bawa sekian puluh nyawa orang, termasuk nyawa gue.
Banyak
tempat-tempat sepi, maklum lah ini pada dasarnya adalah jalur hutan. Kalimantan
geto, lokh. Hahaha. Mata gue saat itu awas. Yang namanya tanjakan, tikungan,
hutan, sepinya . . . semua itu udah bikin gue nggak nafsu tidur. Nggak tega gue
tidur, cuy. Sebenarnya udah ngantuk, sih. Apalagi pas jam udah nunjukkin pukul
11 malam. Mata gue udah tinggal 10 watt. Tapi ngelihat sopir di sebelah kanan
gue dan kernet di sebelah kiri gue pada nggak tidur, yahhhh akhirnya gue juga
ikutan nggak tidur. Belum lagi ya soal tanjakkan itu, tikungan itu, item-item
itu bikin perasaan gue tetap awas, takutnya pak sopir lupa ngegas pas tanjakan,
hehehehe.
Sungguh,
kali ini gue baru tau tracknya Kalimantan. Beda sama di Jawa. Soal hutan nggak
usah ditanya, lah. Tanjakkan dan tikungan serta lebar jalan yang sempit emang
beda dengan di Jawa. Dan satu lagi, tiang listrik yang sangat jarang, rumah
penduduk yang jarang-jarang, lebih horror daripada jalan dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur. Kalau track Jateng – Jatim masih mending rame, minimal macet lah.
Lha ini, boro-boro ketemu macet, jalannya aja sempit, hutan, yang ada mogok
kali ya??? Wkwkwkwwk.
Nggak
sanggup nahan beban kantuk, akhirnya gue terkantuk-kantuk ketika bis udah mulai
memasuki Kabupaten Paser. Dari sini gue udah mulai berkomunikasi dengan temen
gue, Mbak Istiqomah, anak Kaltim yang berdarah Yojga. Nah, di rumahnya lah gue
bakal nginap selama di Kaltim. Ooowwwyeaahhh.
Malam
yang beranjak pagi akhirnya mengantarkan gue ke Kabupaten Penajam Paser Utara,
tempat tujuan gue. Alhamdulillah, track melewati hutan itu akhirnya lewat
sudah. Sekarang sudah memasuki jalanan yang rumah-rumah dan lampu-lampu mulai
bermunculan. Rasa kantuk hilang, gue langsung sms mbak Qomah, melaporkan bahwa
gue udah memasuki kabupaten tercintanya.
Waaaahhhhhh,
saat-saat gue sedang terkantuk-kantuk, gue sempet-sempetnya disadarkan oleh
kernetnya soal pemandangan di seberang. Saat itu bis udah memasuki wilayah di
sekitar perkantoran Pemkab Penajam Pasir Utara. Medannya cukup tinggi. dari
situlah nampak gemerlapan cahaya dalam satu lintasan di seberang sana. Penajam
Paser Utara hanya dibatasi oleh teluk dengan Balikpapan. Yang gue lihat penuh
dengan lampu-lampu dari kejauhan itu adalah sebuah daratan yang bernama
Balikpapan. Sungguh menjadi hiburan tersendiri ketika menatapnya dengan
kerlap-kerlip lugu. Gue yang tadinya baru bangun dan masih dalam keadaan
setengah sadar, dan gue cukup terpukau dengan pemandangan yang gue lihat.
Balikpapan terlihat sangat cantik bagi orang yang baru bangun kayak gue, dan
baru menempuh perjalanan 8 jam dari Kalimantan Selatan. Sebuah ucapan selamat
datang yang indah. Tapi, tujuan gue bukan ke sana.
Okaiii,
atas intruksi Mbak Qomah, gue harus nunggu di pelabuhan. Pas banget, bisnya
juga bakalan berhenti di pelabuhan. Sesampainya bis di pelabuhan, nggak nyampe
berpuluh-puluh menit, Mbak Qomah udah datang jemput gue. Wehehehe . . . .
Alhamdulillah, malam itu sangat indah, indah sekali ketika pukul 2 pagi yang
bersangkutan harus bela-belain naik motor malam-malam Cuma buat jemput gue di
pelabuhan. Hahaha.
Lost Sunset at Semilir Beach
15
November, rencananya mau ke Pantai Semilir buat nyari sunset. Yaapp, tema
liburan kali ini tuh mau nyari sunset di pantai. Dapat nggak dapat yang penting
kita nyari dulu. Akhirnya sore-sore setelah makan siang dan istirahat, gue sama
Mbak Qomah langsung merapat ke rumah Ka Amin di Api-api.
Di
tempat inilah gue sama Mbak Qomah dan Ka Amin menghabiskan waktu sore itu.
Hehehe, kebetulan di pantai ini ada jembatan panjang banget. Biasanya selain
dipakai buat bersantai, jembatan ini juga dipakai buat mancing. Sambil menyejukkan
diri dengan hembusan-hembusan angin khas pantai, sambil ngobrol ngalor ngidul
nggak jelas. Nah, di Pantai Semilir ini juga lagi diadakan persiapan buat acara
pesta pantai. Pas gue ke sana baru persiapan, hehehe. Acara intinya entar
minggu depan, gan. Walaaahhhh, kurang pas euy timingnya.
Sore
itu mendung, alamat nggak dapat sunset. Waaahhhh, tapi masih aja optimis bahwa
mendung hanya sebentar. kami pun duduk-duduk melepas penat perjalanan di jembatan yang mengarah ke laut lepas. yeaaahhh, mendung-mendung tapi tetap gaya . . . hahahaah.
anak-anak berlarian . . . . yeeepp, free like a child . . .
nah, Jadinya, sambil nunggu senja, gue sama Mbak Qomah juga
Ka Amin akhirnya merapat ke tempat penangkaran rusa dan sapi yang tempatnya
nggak jauh dari Pantai Semilir. Di penangkaran ini masuknya gratis, bro.
Alhamdulillah . . .
Selain
lihat rusa juga bisa ngasih makan rusa, maunya sih juga bisa makan daging rusa,
biar komplit hhahaha. Pas banget di belakang penangkaran rusa ada bukit-bukit
dengan rumput yang berwarna stabilo. Wah wah . . . pengen lah ke sana juga.
Akhirnya kami bertiga naik motor buat muter-muter bukit sambil lihat-lihat
pemandangan. Sejuk, euy. Apalagi suasananya mendung. Dari bukit-bukit ini juga
bisa lihat pantai Semilir dari jauh. Aseeekkkkk.
Nah,
selain rusa, juga ada sapi, gan. Nggak hanya sapi lokal, tapi tempat ini juga
menyediakan 2 ekor sapi Australia. Kami bertiga menyebutnya sapi bule. Dan
emang penampilannya beda sama sapi lokal. Yang sapi bule ini lebih besar dan
mirip bule, wkwkwkwwk. Untuk lebih jelasnya silahkan dilihat, cuy.
suasana peternakan sapi dan dan penangkaran rusa di Api-api
belajar jadi penangkar rusa. nih rusa tanduknya sering dipotong buat obat. obat apaaaaa???? hhhmmm, kasih tau gak yaaaaaaawwww???? silahkan tanya ke mbah google dan mbah-mbah yang lainnya, wkwkwwkwk . . .
gue sama sapi Australi, sapinya bule, hehehehe
Tadinya,
tuh mau muter-muter penangkaran jalan kaki. Tapi mengingat medan yang cukup
luas, jadi akhirnya pake motor. Kalau nggak ya rempong juga, nih badan. Okai,
sepertinya sudah waktunya kembali ke pantai. Tapi sepertinya juga sunset nggak
bakal kelihatan. Karena mendung nggak beranjal dari tadi dan malah tambah gelap
saja sore itu. Oohhhhh, agak kecewa. Dan untuk menutupi kekecewaan, ya sudah .
. . mari kita bubar aja. Kebetulan Ka Amin lagi puasa. So, kita beli minuman
dan gorengan buat disantap di ujung jembatan. Rasanya nikmat sekali menyantap
gorengan di atas laut, dengan ombak dan anginnya. Tentu saja sambil bercerita.
Tanpa sunset pun sore itu tetap indah . . . .
Secret
Paradise of Penajam Paser Utara
Mwasssiiiihhhh
ngwaaannnnnttttuukkkkkk . . . .
Pagi
di Penajam Paser Utara msih berdekap embun dan mendung. Makanya perasaan ini
mikirnya kasuuuuurrrrr trus. Hahaha. Apalagi tadi malam hujan cukup deras dan
rintik ketika subuh. Akhirnya sekitar pukul 7 pagi gue masih meringkuk di
tempat tidur. Waaaduuhhh, malu-maluin banget yach. Hahahah.
Pas
bangun, Mbak Qomah udah nonton tv dan langsung nyuruh gue makan bihun, padahal
gue aja baru bangun dan belum mandi.
Hari
sabtu ini, Mbak Qomah berserta rombongan yang terdiri dari Shiva (Ponakannya)
dan dua orang kakaknya yang kebetulan banget, kakak iparnya adalah Kakak alumni
kampus gue, hehehehe . . . mereka rencananya mau ke toko yang jualan gorden.
Maklum, keluarganya Mbak Qomah emang lagi pada nyari-nyari gorden yang sesuai
sama warna dinding kamar.
Nah,
setelah kelar acara di toko gorden, next . . . . kami ke pantai lagi.
Tadinya
gue nggak tau kalau ternyata habis dari toko gorden tujuan selajutnya adalah
pantai. Makanya gue memilih buat gak ikut. Tapi Mbak Qomah maksa-maksa, ya udah
akhirnya gue ikut juga.
Berbeda
dengan yang kemarin. Penajam Paser Utara hari ini lagi cerah-cerahnya. Pas
melewati daerah Petung aja udah kelihatan biru langitnya dan awan-awan putih.
Weleehhh, giliran gue mau pulang kok cerah, gan??? Hahahaha. Jadilah kami semua
langsung tancap gas menuju pantai Tanjung. Tempatnya bukan di Api-api seperti
pantai Semilir kemarin. Tempatnya ada di Kelurahan Salo Loang, tepat di
belakang kantornya Mbak Qomah, wahahahaha.
Enak
banget nih Mbak, pulang kerja bisa duduk-duduk santai dulu di pantai.
Suasananya pun damai banget. Jalanan yang lengang dan pohon-pohon kelapa yang
berbaris rapi di pinggir jalan. Di sini juga bakal lo lihat gimana akurnya sapi
sama burung bangau putih. Merek sama-sama sedang mencari makan di runput-rumput
yang tepat berada di bawah pohon kelapa. Asri banget pokoknya.
Sebelum
nyampe ke lokasi pantai, gue udah lihat pemandangan laut dari jalan. Warna yang
berlapis-lapis biru dan hijau, wooooo bagusnyaaa . . . .
Mobil
yang dikemudikan Kakak iparnya Mbak Qomah belum juga berhenti. Katanya Kakak
iparnya ini sangat hafal dengan daerah Salo Loang ini, apalagi pantainya. Okeh,
kita serahkan pada ahlinya . . .
Nggak
lama kemudian, nyampe juga di pantai tempat tujuan . . . .
waaaaahhhhhhh,
pantai ini . . . . yang pertama terlintas di benak gue saat pertama kali
melihantnya adalah . . . lagu Netral yang judulnya liburan dan lagu Mahadewi
yang dinyanyikan Padi. Cocok banget, braadddd.
Berlibur
di nirwana, cuci mata ganti suasana. Berburu pantai pasir putih, lautan biru
matahari. Liburaaaaannnnn . . . .
Mengejar
gulungan ombak, berlari dimainkan angin, menatap awan merubah rupa, langit
latah berganti warna . . . .
asli, nih foto fresh from hape gue. gak pake edit, dan bener nih pantai udah menggeser posisi pantai-pantai yang ada se-Gunung Kidul di Yogyakarta, yeaaahhhhhhh. this is secret paradise . . . . from Borneo island.
Assseekkk,
yang di atas itu kutipan lagu Netral. Kena banget momentnya. Nggak nyangka gue di tempat
seperti Penajam Paser Utara yang merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten
Paser. Hhhmmmm, great beach banget. Gue jamin nih pantai sanggup ngalahin
seluruh pantai yang d di Kawasan Gunung Kidul Yogyakarta.
Di
sini pantainya lebih luas dengan hamparan pasir yang terpotong-potong oleh
aliran air laut. Jadi, kalau lo berada pada daratan berpasir, lo masih bisa
nyebrang lagi ke daratan berpasir di sebelahnya yang hanya dibatasi oleh aliran
air laut sebatas lutut. Dan potongan-potongan pasir itu luaaassss . . . .
saingan luasnya dengan langit dan awan cerah yang menaungi pantai Tanjung.
Indahnya, maaaakkkk.
Berhubung
lagi bawa anak kecil, nih nggak seru kalau nggak lari-lari. Akhirnya kami
bertiga, gue, Mbak Qomah dan Shiva pada lari-lari di luasnya hamparan pantai
Tanjung. Anginnya nggak deras-deras amat, tapi secara konsisten mengikuti
kemana langkah kami berlari. Sementara di daratan pantai yang lain, ada burung
bangau yang sedang berjemur lalu terbang ke laut ketika mau kami dekati.
Asyikkknnyaaaaa . . . .
Kalau
mau surfing, jelas nggak cocok. Ombaknya terlalu tenang buat surfing. Tapi
kalau mau ngecamp sambil menikmati sunset atau sunrise, berjemur atau
berlari-lari kayak kami, yah . . . cocoklah.
gak cocok buat surfing, tapi kalau buat ciprat-cipratan bisa lah.
Semuanya
didukung oleh hari yang cerah, membuat pantai menjadi indah. Saing keasyikkan
dengan suasana pantai dan indahnya view hari itu, nggak terasa kami sudah
berjalan dan berlari nyampe hamparan pasir paling ujung. Dan mobil kakak
iparnya Mbak Qomah udah Nampak kecil dari posisi kami berdiri. Owowowow, udah
saatnya kembali, nih.
Kami
pun kembali dengan jalur yang sama. Tapi agak bingung juga, heheheeh maklum lah
banyak daratan pasirnya. Hhmmmm, berjalan bersama angin lembut dengan
background laut lepas yang biru dan hijau, jadi mirip adegan di video klipnya
Padi di lagu Mahadewi. Kereeeennnnn. Kalau kita berdiri sejenak di bagian
daratan berpasir yang menghadap ke laut, maka lo bakal lihat betapa langit dan
awan juga menyaksikan kita dengan binar cerahnya. Indah banget, asli.
Hhhh,
ngos-ngosan ngajak lari anak kecil. Terbingung-bingung melihat beberapa burung
bangau yang terbang rendah lalu meninggi lagi ketika melihat kami,
terkagum-kagum dengan langit luas dan awannya yang megah. Wah, indah banget.
Pokoknya yang baca nih, tulisan kudu ke sana. Bawa tenda, bawa alat pemanggang,
dan nikmati betul-betul suasananya dari pagi sampe malam. Hahahaha.
Gue
nggak bisa berlama-lama di sini. Sebenarnya masih pengen, sih. Mau nikmatin pantai
Tanjung pas sore, kayaknya sorenya mantab nih. Sunsetnya dapat, wuaaaaahahahha
. . . gak pengen pulang gue. Tapi senin udah kerja. Hhmmmm.
Mungkin
belum berjodoh dengan sunset. Jadi, cukup siang ini di pantai Tanjung udah
ngasih gue view yang subhanallah banget, thanks Ya Allah . . .
ekooooo, sekian dulu ngetrip kita di long weekend kali ini. ucapan terima kasih untuk Mbak Qomah serta keluarga, Pak Peno selaku sopir bis Pulau Indah jaya yang masih mau nerima gue sebagai penumpang, walaupun status gue penumpang gelappp, hahahaah . . . buat Bang Rizki selaku kernet yang masih sempet ngebangunin gue buat lihat Balikpapan dari kejauhan, buat Abah dan Mama atas ijin dan sudah bersedia menajdi sponsor utama trip kali ini, ini untuk pertama kalinya disponsorin, hohoooo terharu, dan buat semua yang tak tersebutkan namanya, thanks banget. hehehe . . .
teruntuk yang Maha Indah, sekali lagi, Kau restui diri ini menikmati keagungan pantai dan item-itemnya yang nggak semua orang bisa menikmatinya.
salam kompakk, cuy.