Rabu, 29 Februari 2012

Pasar Terapung [versi jadul]

nostalgila dulu, lah bentar. nih, acara ngetrip waktu masih kelas 3 SMP. ngetripnya nggak jauh, kok. masih di Kalimantan Selatan, lebih tepatnya di kota 1001 sungai, alias Banjarmasin. pas banget, waktu itu lagi libur kenaikan kelas. libur lumayan panjang gue sempatin bolang ke pasar terapung. coz, ngerasa bersalah banget kalau libur panjang cuma bisa dihabiskan di rumah. akhirnya ngebolangnya ke pasar terapung yang kebetulan gue belum pernah ke sana.

pertama, gue kontak Paman gue dulu yang stay di Banjarmasin. udah fix, haaajjjaaarrr . . . Paman gue bersedia nganterin gue ke pasar terapung. tapi, Paman gue bilang . . . ke pasar terapung itu bagusnya subuh-subuh . . . yah, sekitar pukul 5 sampe jam 6. karena saat jam-jam seperti itulah aktivitas jual beli di sungai lagi seru-serunya, ditambah dengan panorama pagi yang menyejukkan hati . . . aasseeekkkkk . . .

jadi, subuh-subuh setelah shalat subuh, gue sama Paman gue langsung cabut ke pasar terapung. soal rutenya . . . hehehe, gue udah lupa. terakhir ke sana ya pas Kelas 3 SMP itu. hahaha . . . dengan bermodalkan kamera jadul yang masih menggunakan film atau klise alias non digital, akhirnya terbidik juga panorama pasar terapung menjelang pagi. dan yang lo lihat adalah hasil scannya, hehehe . . . lets gggooooooo . . .

Siluet Perahu-perahu . . .


yang dijual di pasar terapung: sayur, buah, ikan dan berbagai macam kudapan khas Kalsel, seperti kelepon, untuk, wadai cincin, wadai putu, dan lupa lagi, hehehe . . .

  

pagi menjelang di pasar terapung, ibu-ibu mengayuh perahu mereka demi nafkah.
  sempet ketemu turis bule yang dari Jerman pas sebelum naik perahu menuju central pasar terapung. dia ke pasar terapung dalam rangka nyusun skripsi. hahaha . . . penasaran tuh, bule kira-kira judul skripsinya apa, ya sampai bela-belain ke Kalsel, hehehe . . . tapi bule yang di foto ini lain lagi. satu keluarga kayaknya mau liburan ae . . . biasaaaa . . . TURIS!!!!

eeaaaaa, no comment for this pict . . . yang jelas pemandangannya bagus. tapi sekarang, pasar terapung udah nggak seramai dulu.
sampai jumpa di petualangan alay berikutnya . . . SALAM KOMPAK.

special thanks to: Paman Titis (udah nganterin ke pasar terapung subuh-subuh), Abang tukang pulsa yang mau ngescan nih, foto . . . dan Allah yang Maha Indah.

Sabtu, 11 Februari 2012

yang tersisa dari Grobogan


Guys . . . terharu gue. akhirnya bisa buka akun blog juga . . . setelah sekian lama terpaut ruang dan waktu. Secara sinyal internetan adanya di kota, sedangkan gue di kaki Gunung. Sesuatu . . .
Hehehe, BKP kelompok gue (kelompok XV yang paling keren) bukan disingkat Bhakti Karya Praja, tetapi jadi Bhakti Kemping Praja. hahahaha . . . Desa gue yang bernama Kemadohbator letaknya paling jauh dari pusat kota Grobogan, Purwodadi. Gila nggak, tuh coooyyyy . . . ketika anak-anak kelompok lain dengan bangganya mengatakan bahwa: “Dari desa gue, tinggal 1 jam aja lagi bisa ke Semarang.” Atau “Desa gue sebelahan lho sama Demak.” Jjiiiiiaaaaaaaaaahhhh . . . basi banget, broowww. Nggak keren, maannnn. Desa gue, dong . . . 2 jam dari Desa gue lo bisa berdiri di tempat tower tertinggi se Jawa Tengah. wkwkwkwkw . . . MANTAB NGGAK TUH!!!!!
Sekitar 1,5 jam dari Desa gue juga bisa ke air terjun. Dan gue yakin banget, Desanya kelompok lain mana ada yang dekat sama air terjun. Hahahaha . . . only my village guys. Keterbatasan kelompok gue nggak bisa bertamasya ke Semarang atau pun Demak, nggak menyurutkan kegilaan kita untuk tracking ke Air terjun Widuri. Okai, lets dah pokoknya . . . DIJAMIN MANJUR BUBAR DARI STRESS. WKWKWKWKW . . .










Walaupun ada yang sampe putus sandal jepitnya, tapi semua terpuaskan. Hahaha
sampe ketemu di perjalanan alay berikutnya. caauuu . . .

Caving, (kurang motivasi)


Cuy, mumpung hidup belum serius nih. Hehehe . . . soalnya bentar lagi bakal ngomongin yang serius-serius, maklum . . . beranjak tua. Hahahaha . . . yah, masih nyantai, ada kesempatan ke goa yang ada di Desa tempat gue lagi KKN. Desanya bernama Desa Guwo, Grobogan. Tapi  dekat banget sama Kabupaeten Pati. Nah, hari minggu tanggal 29 Januari 2011 . . . gue sama 5 orang teman dari kelompok berencana untuk ke sana.
Pas hari H, kebetulan banget Kepala Dusun Guwo ternyata sedang ke Purwodadi. Padahal rencananya kita pengen pinjem senter (hahaha, gak ada modal banget ya) sekalian minta ditunjukin jalan. So, karena sedang gak ada di tempat, kami pun hanya pinjem senter sama isterinya. Ya iya lah senter, tadinya sih, pengen pake obor . . . wkwkwkwkw.  Tapi udah gak jaman. Jiiiiaaahhhhhhh . . .
Perjalanan dari basecamp (basecamp kita aslinya di Jatinangor, tapi karena lagi di Grobogan jadi basecampnya sebut aja rumah Pak Kades. Hhuuaaaaahahah . . .) menuju Desa Guwo dengan jalan kaki. Karena kalau naek Delman istimewa dan di duduk di muka, kan gak mungkin. Pilihan paling bijak adalah jalan kaki aja lah. Alhamdulillah, dengan sedikit marathon karena takutnya hujan di tengah jalan, perjalanan pun dapat ditempuh kurang lebih 1 jam (kayak lagunya Audy ya . . . 1 jam sajaaaaaaa. Hahahaha)
Untuk nyampe goa urang ini harus melewati kebun jagung dan semak-semak dulu. Dan menurut info, goa urang ini sering menjadi tempat pilihan untuk kegiatan caving anak-anak pecinta alam. Ada juga yang bilang goa ini tembusnya ke Karanganyar. Waaahhhh . . . yang jelas di dalamnya ada mata air yang sudah dipasang pipa untuk penduduk setempat.
Lets check, brooowww . . .




Sayangnya, kita gak nyampe dalam banget pas penelusuran. Selain karena perlengkapan kurang memadai (3 senter buat ber 6) dan soal keyakinan serta motivasi. Hehehe . . . harapan gue, ada caving part 2 lah, yang penelusurannya lebih jauh dari yang part 1.
Gagal caving nyampe mata air, tapi akhirnya kita bisa minum kelapa muda di rumah warga. Hahaha, maklum pada haus semua. Sementara sepanjang jalan lihatnya pohon kelapa jadi rasanya belum lengkap kalau gak nyobain kelapa mudanya Grobogan. Wkwkwkw . . .
Thanks to anggota team:
1.       Noldi, leader tim yang masih sangat terobsesi untuk caving sampe mata air (Papua);
2.       Sukma, juru bicara buat nanya kelapa muda, walaupun gak bisa bhoso Jowo (Sumsel);
3.       Ajiz, yang paling ngerti Bahasa Jawa tapi malah jadi jubir ke dua (Jatim);
4.       Ozan, mantan Santri yang jadi tukang cerita dan bikin perjalanan jadi gak capek (Aceh); dan
5.       Agus, tetap semangat di tanjakan (Papua)
Special thanks to: Allah Maha Indah.