Senin, 23 Desember 2013

Kemampuan Gramatikal Ini Mendadak Hilang, Kala Kujejaki Ringkih Tanahmu

hhhhmmmmm, gue bingung mau nulis apa. karena pesona Sumatra ternyata sudah bikin saya amnesia, sampai-sampai lupa ngantor. aduuhhhh, parah nian awak niiii . . . . . . wkwkwkwk. astaghfirullah . . . . . . keindahan Pesona Tanah Minang serta sekerat tanah sorga yang jatuh ke Jambi cukup membuat saya kehilangan kemampuan gramatikal untuk menjelaskannya. okeh, sudahlah, forget that, just enjoy this. Gunung Tujuh, Kerinci yang menjadi PR di 2014.













SEKIAN.

thanks to the very very special GUIDE, Alhamdulillah . . . . . Engkau beri kesempatan lagi untuk menikmati alam ini. ^_^

Rabu, 30 Oktober 2013

Takkan Membunuh Apa pun kecuali Waktu dan Pacet


Welcome to the day . . . . . hari ngesot sedunia.

Ranting-ranting berpikir yang terjebak dalam huruhara dan haru kemarau, meranggas buta berguguran kekeringan. Merindu hijau yang ranum, menyejukkan. Radang dengan kepulan puisi yang mempolusi. Dan rencana-rencana kita ternyata hanya tinggal reruntuhan, puing, tapi aku masih berharap ada desiran yang menyelipkan kesahajaan hari dan alamnya. Untukmu dan untukku.

Aseeekkkk, canggih banget kan puisi gue. Wkwkwkw, dedicated deh buat siapa aja yang sekarang sedang menggalau dan meradang karena merindukan sesuap udara bergumul halimun dan embun. Aihhh, sedappp cak.

Nah, pokoknya tuh puisi sedang menggambarkan gimana rasanya orang yang sedang sakau naik gunung. Tapi karena adanya batas-batas yang harus dipatuhi maka sakau tersebut harus diderita untuk sementara waktu, sambil menunggu waktu yang tepat, sambil menahan hasrat merindu akan puncak-puncaknya. Yah, seperti itulah perasaan para pendaki apabila telah overdosis dijejali timbal asap knalpot, sementara waktu yang tepat untuk berjumpa dengan udara sejuk pegunungan, menghirup lagi oksigen-oksigen dari dedaunan dan waktu untuk bertemu kembali dengan para sahabat-sahabat harus ditunda dan ditunda karena sesuatu dan lain hal.

Alhamdulillah, setelah melalui proses koordinasi, konspirasi, sedikit intimidasi, akhirnya tahap sakau gunung itu terlalui juga dan terjawab juga. Akhirnya gue menemukan 2 orang manusia yang siap diintimidasi di pendakian ke puncak tertinggi Kalsel sekaligus puncak paling romantis buat nenek dan alm kakek gue, karena gunung ini pernah menjadi saksi pendakian kakek dan nenek gue waktu masih muda, asseeekkkk. Wkwkwkwk. Yang paling dituakan di sini adalah, Ka Ahmad Gazali, Mahasiswa STAI yang lagi rempong bikin skripsi (ka Icung) dan yang satunya lagi adalah salah satu temen gue yang masih aktif ngajar di basecamp buku, yaitu Fauzah. Yoyoyoyoyo, otomatis rombongan gue Cuma bertiga nih, meeennn.

Rada malas, nih coy nyeritain gimana tracknya. Hahahhaha, entar pada ngiler pengen naik ke sini lagi. Yang sepi aja nyampah, apalagi sekompi, ya. Wkwkwkwwk. Tapi serius, gue males banget nyeritain kronologis pendakian secara rinci. Mengingat engsel-engsel kaki gue aja masih rempong gini, bentol-bentol gigitan nyamuknya aja masih belum ilang sampai sekarang (semoga nggak kena DBD gue. Amin.) belum lagi red hole bikinan si cecunguk pacet juga masih membekas di kaki dan perut gue. Masya Allah . . . . . membekas di hati gue juga deh, kacrut emang tuh pacet. Coba aja ngisap darah gue pas di mall, udah keluar aja sumpah serapah, untung ngisapnya di hutan, mafia-mafia gini kalau di hutan insya Allah ta eling diri sendiri biar nggak nyebut kata-kata berhawa neraka. Hehehe.

Pokoknya ya gitu lah, coy. Kalau gue certain dengan detail gue jamin pasti lo pada ngiri semua. Secara kalau boleh sombong, nih bray . . . . . baru ini hutan yang benar-benar perawan. Sambil nanjak, masih bisa lihat burung enggang yang lagi terbang, tau burung enggang kan? Cendrawasihnya Kalimantan, yang paruhnya panjang terus ada mahkota-mahkota gitu di kepalanya. (kalau nggak salah, sih gitu bray). Hutannya masih rapat, malam kayaknya lebih cepat dari biasanya. Gue sama dua rekan gue tiap lagi jalan ngiranya udah mau malam atau kayaknya bakal hujan. Padahal emang dasarnya hutannya masih lebat dan rapat, men. Jadi suasananya gelap-gelap temaram gitu lah.
Hadeeuuhh, 4 hari dari 27 September sampeeee 30 September berada di hutan home land. Rasanya, tuh gimanaaaa ya booss. Belum lagi pas ngecamp, seingat gue waktu ngecamp di hutan-hutan di Jawa, paling keren tuh denger suara burung malam atau jangkrik kali ya. Lha ini, pas ngecamp terakhir dan pas banget posisi masih di dalam hutan, yang didengar adalah suara binatang primata. Deket banget lagi suaranya. Alamaaaakkkkk, nggak jelas itu sejenis monyet atau apaan. Yang jelas bunyinya aneh banget, keras banget, dan dekat banget. Salah satu rekan sependakian gue aja sampe sengaja nggak tidur buat jaga. Dan waktu itu gue juga nggak tidur, makanya sampai sekarang suaranya masih terngiang-ngiang di telinga gue (susah kalau gue contohin bunyinya lewat tulisan ya, hahahaha. Yang pasti bunyinya khas banget) Cuma Fauzah yang tidurnya nyenyak banget. Sampe suara keras primatanya hutan meratus nggak mempan buat bangunin tidurnya.

Jadinya tuh acara ngecamp semacam horror gitulah, gan. Gue sih khawatirnya tuh primata lapar, terus nyerang tenda. Masya Allah . . . . . . . . iya kalau tendanya terbuat dari besi, atau minimal dari kayu lah. Lha ini kan tendanya tenda yang terbuat dari kain biasa. (sejak kapan tenda terbuat dari besi, cuy????)

Jadi ya begitulah. Semua moment dapet pokoknya. Heheheeh. Nah, untuk lebih jelasnya, sila disimak foto-fotonya. And I believe that this scenery only on Borneo Island. Cekitbrrrrrooooooooooooooooooooottt, guys.









ini, cuy sumber mata air terakhir. ^_^

setelah menanti-nanti, akhirnya nyampe puncak juga guys




cuma di puncak Meratus gue nemuin ada ayam, hahahah.












dan inilah ngecamp terakhir kita. targetnya hari terakhir udah keluar dari lokasi hutan, eeeehhhh karena udah pada rempong bin tepar akhirnya kita tetap ngecamp di lokasi hutan. tapi nggak masalah, enjoy bray. asal nggak kelaperan aja, bray. nah, ini nih gaya makan ala pengungsian cuy. habis bergerilya membunuh para pasukan pacet. wkwkwkwwk.


untung pas pulang ada hiburan air terjunnya, walaupun nggak mandi, yang penting tetap gaya lah. wkwkwwkwk.


demikianlah pemirsa, perjalanan di tanah sendiri, mencoba menggapai puncak tertinggi di Kalsel. perjalanan 3 orang, dalam 4 hari bersama flora dan fauna yang masih akrab mengintai di balik pilar-pilar hijau. hahahah. ucapan terima kasih buat tim pembunuh pacet yang kemudian mengganti prinsip pendakian dengan tidak akan membunuh apa pun kecuali waktu dan pacet, wkwkw. okeh, ucapan terima kasih untuk 2 rekan terbaik dalam pendakian ini. tetap jaga kekompakkan, dan kapan-kapan kita ke Juhu coy. haha. special thanks untuk ayah dan ibu yang telah memberikan izin, wah rasanya seperti mimpi berangkat ke gunung dengan terlebih dahulu sungkem dengan Beliau-beliau. biasanya langsung cabut karena sekolahnya jauh dari rumah, hehehe. dan the very-very special thanks untuk Allah yang Maha Indah, kembali bersama rekan-rekan seperjuangan bisa menikmati keindahan ciptaanNya.

sampai jumpa di petualangan Alay berikutnya.

Minggu, 15 September 2013

Jembatan Kayu Dari Masa ke Masa (sisi lain Kabupaten HSU)



Ceritanya, nih mau bikin edisi lengkap. Setelah edisi Negara agraris, maritime dan sekarang edisi rawa. Yang biasa ngetrip ke pantai, gunung, laut, pastinya udah biasa lah ya. Nah, ini gue bakal ngajak lo ke rawa. Sejauh mata memandang isinya rawaaaaaaaaaaaa semua. Kalau tadi biru langit sama kuningnya padi bertemu dalam satu garis, kali ini biru langit dan hijaunya eceng gondok bertemu dalam satu garis.

Daerah ini adanya di Sungai Buluh yang letaknya di perbatasan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Nggak ada pemandangan gunung atau pantai tapi yang ada adalah pemandangan rawa yang luas banget. Nih, tempat penduduknya ya nggak punya pilihan lain selain hidup di antara rawa-rawa. Kebanyakan dari mereka hobi banget jemur ikan asin dan ternak itik. Jadi kalau lewat kawasan ini biasanya lo bakal nyium aroma khas makanan itik alias bama dan aroma khas ikan asin. 

Nah, gue gabungin dua edisi keberangkatan dalam tulisan ini tapi lokasi pemotretan sama, coy. Beberapa tahun lalu gue pernah ke jembatan kayu yang panjang dan pas 2013 ini gue ke sana lagi, ehhhh . . . .  jembatan kayunya tambah panjang.

Sepintas emang nggak banyak objek menarik di sini. Secara isinya rawa semua sama perahu-perahu kecil. Kecuali kalau lo mau ambil kegiatan anti mainstream di sini dengan diving di area rawa, hehehhe. Tapi, bagi yang mau sekedar escape mencari ketenangan tanpa harus mengeluarkan dana dan waktu persiapan yang mumet, ya tempat ini bisa jadi alternative untuk itu.

Lagian juga, coy point menting itu bukan pada keindahan tempat dari segi fisiknya. Kembali pada kekayaan bathiniahnya yang kudu digali. Ada banyak keindahan yang lebih berarti selain keindahan fisik semata. Kearifan lokal mereka adalah slah satu moment penting jika kita memang ingin mengenal tanah ini dengan baik. 

So, enjoy gan.

Ini foto waktu beberapa tahun silam





Kalau ini foto Jembatan kayu di tahun 2013, cekibrooootttt
 


Oke, lah buat hari ini. Special thanks buat yang motion, dan for my Rabb yang Maha Indah yang ajarkanku gimana melihat sisi yang kurang indah menjadi Nampak indah. Hahahahadoh, mulai rancu kalimatnya nih, pokoknya keep travelling aja lah. Dimana pun dan kapan pun. Yeeahhhh.