Selasa, 09 April 2013

Monas, I AM IN PREEETTTT. *edisi salah kiblat


Yaelaaahhhhh . . . . norma lo kemana ajaaaaaaaaa . . . .?????????????
Umur 22 baru nyampe sana???????????
4 tahun ngegembel di Soeta sama Gambir, tapi baru tahun 2013 lo baru ke sanaaa????
Amiiittttttt-amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit . . . . .
Okeh, kali ini gue denga bangganya bilang ke Abah gue:
“Bah, ulun samalam sampai di puncak Monas?”
“Ha???? IYA KAAHHHHHHH????? ALHAMDULILLAH . . . . .”
Selesai.

Perjalanan kali ini agak beda, ya. Kali ini gue jalan, ngebolang sama orang-orang yang udah berumur. Hahahah, yang kemarin-kemarin tuh gue jalan sama orang-orang yang nggak berumur, wkwkwkwwkw . . . . pis pis pis pisang goreng, man.
Eheeemmmm. Kebetulan banget, gaji belum keluar. Sisa-sisa pergolakan melawan hawa nafsu di 3 bulan terakhir ternyata hanya cukup untuk menyenangkan diri sendiri sambil berparadoks ria dalam perjalanan Banjarbaru-Barabai. Tapi ternyata pemirsaaaaaahhhh . . . . ada rezeki yang datang laksana Bidadari dan Malaikat juga Peri-peri yang turun pake tali tambang, pake webbing dan pake karabiner dari langit ke tujuh menuju dataran bumi dan langsung manggil gue buat nerima bundelan kado indah.
Gue sebut kado karena . . . . . seperti hadiah. Gue juga baru aja dapet kejutan yang sangat menyenangkan. Nah, tadinya kado ini hampir gue tolak. Tapi rupanya emang rezeki dan gue pikir-pikir sekalian buat ngerayain kejutan yang udah gue tunggu-tunggu sejak dulu. Nah, apa sih kejutannya???? Itu rahasia, hahahaah. Nah, apa sih kadonya. Kadonya adalah jalan-jalan sama rekan satu kantor ke Ciloto.
Jrrrrrrrrrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeennnnggggg . . . . . jrrreeeeewwwwwwwwnggggg . . . .
Ada libur terjepit, atau hari terjepit nasional, so pada tanggal 24 Januari gue beserta rekan-rekan Kantor segera merapat ke . . .  TKP yaitu, di Bandara Syamsudinnor. Pesawat berangkat katanya pukul 11 siang, tapi ternyata . . . . .
DELAY pemirsaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.
Waaaaaaaaaaaaaah, dampaknya emang luar biasa banget. Snack yang tadinya diniatin buat di bis akhirnya ludes di Bandara. Hahahaha, dan ada dampak sampingan juga, nih . . . . silahkan disimak, agan-agan . . . . .
Fotooooooooooo

Okeh, lumayan. Delay dapat nasi kotak lauknya sosis yang disemur. Hhhmmm, Indonesia emang Negara nekat. Biasanya jengkol yang disemur, sekarang sosis juga disemur. Wehehehe.
Nah, langsung aja nih bro. kami semua berangkat dengan menggunakan Lion air boeing berapa gue lupa, dan mengantarkan kami semua ke Jakarta. Di Jakarta, kami udah ditodong sama dua bis yang udah siap mengantarkan kami ke Ciloto, tepatnya di BBPK Ciloto yang merupakan tempat pelatihan kesehatan tempat beberapa orang dari kantor gue bakal ikut kegiatan outbond.
Perjalanan ke dua gue menuju Bogor. Yang pertama, waktu mau maen paralayang di Puncak. Nah, Ciloto ini daerahnya agak jauh dari tempat gue main paralayang dulu. Jalannya juga ternyata lebih curam. Walaupun gue beserta rombongan ngelewatinnya malam, tapi bisa kebayang kok, curamnya. Yaaahhh, dibayang-bayangin aja, coy. Wkwkwkwwk.
Next, akhirnya nyampe juga di Ciloto. Gilaaaaaaaaaaaaaaaa, tracknya mengerikan. Mending pake motor. Lha ini pake bis. Jalannya sempit, curam dan menurun, malam lagi. Ya Allah . . . . . untung sopirnya nggak lupa ninjak rem.
Sementara suasana mulai terasa dinginnya . . . . khas Bogor selain asinan. DINGIN.
Tanpa buang-buang waktu, kami semua langsung menuju kamar tidur masing-masing. Bukan hanya karena malam itu lebih dingin daripada di Banjarbaru, tapi emang udah pada ngantuk, capek, dan buat persiapan besok.
Besoknya, 25 Januari 2013
Ciloto diselimuti kabut. Hujan pun turun. Waaaaaaaaaaah, nih tempat cocoknya buat bulan madu, nih sebenarnya. Hahahahahahahaa . . . . (cut cut)
Suasana yang mendukung untuk kembali merapatkan selimut dan kembali tidur. Kalau gue, sengaja bangun pagi buat nikmatin udara sekitar Ciloto, bahkan sempet pengen turun ke bawah dan maen paralayang lagi, hahahahaha. Tapi nggak jadi karena hujan. Akhirnya gue ke ruang makan dan ngopi bareng Bapak-bapak sekantor gue sambil cerita-cerita. Hehehee, btw . . .  ada yang cerita malam tadi ngigau dan mimpi diterkam buaya. Hahahaha. Aya-aya waeeeee.
Meski hujan, ternyata outbond tetap berjalan. Yang nggak ikut outbond tetap bisa jalan-jalan menikmati Ciloto . . . .
Fotooooooooooooooooo . . . .  ciloto dan outbond

Outbondnya heboh banget, gak kalah sama outbondnya anak muda. Hehehee
Kelar outbond dan dilanjut dengan makan siang dan jumatan, selanjutnya kami langsung pulang menuju Jakarta. Ada yang menarik sepanjang perjalanan Bogor – Jakarta. Menarik buat gue . . . . hhmmmm . . . . menariknya adalah . . . . lihat gunung Salak. Yeeeahhh.
Jadwalnya setiba di Jakarta adalah, belanja. Bis berhenti di sebuah pusat permbelajanjaan yang ada di Jakarta Pusat, namanya kalau nggak salah ITC. Waktu itu gue nggak masuk ke dalam. Tapi ngopi bareng, beli kopinya sama Ibu-Ibu yang jualan kopi dan mie di luar pagar.
Sepulang dari ITC, wuiiiiiiiaaaaaaaaaaaah, banyak banget belanjaannya. Heheheh. Pada laper pasti, tuh. Akhirnya kita mampir lagi di rumah makan yang pernah masuk TV, di acara kuliner yang biasanya ngasih komen “MAK NYOOOOOOOOS” hahaha. Namanya Bebek Kaleo. Katanya tuh, bebek paling enak se Jakarta. Dan emang bener kayaknya. Tempatnya rame dan bebeknya emang enak. Tapi itu lebih tepatnya disebut sedang laper. Jadi mau bebek dimasak kayak apa juga pasti enak.
Capek dan kenyang, next . . . . segera merapat ke hotel yang ada di seputaran Pasar baru. Hhhhhh, capek brooow. Nggak sabar pengen banting nih, badan di tempat tidur. Nah, pas memasuki kamar hotel . . . . pas banget, bisa lihat pemandangan Mesjid Istiqlal dan tugu Monas. Ternyata emang dua tempat itu berdekatan dan sangat dekat dengan hotel kami.
Cuma bisa memperhatikan sejenak. Setelah itu ketiduraaaaaaaaaaan.
26 Januari 2013
Hari ini tujuan selanjutnya adalah Istana Negara. Weeeeeehhh, tapi nggak ketemuan sama Pak SBY. Cukup muter-muter Istana sama Bu Polwan sebagai pemandunya. Di sini nggak bisa foto-foto, karena hape dan kamera nggak boleh digunakan. Yang boleh hanyalah kameranya milik Istana yang berfungsi buat foto bersama satu rombongan di pelataran Istana Negara.
FOTOOOOOOOOOOOOOO
Kelar di Istana Negara, lanjut ke Monas.
Nah,  di sini rombongan terbagi menjadi dua. Ada yang mau ke Monas (ini termasuk yang minoritas) ada yang ke Mangga Dua (mayoritas). Gue termasuk yang pengen ke Monas. Maklum, seumur-umur belum pernah ke Monas. Lalu, dengan wajah berseri-seri, sempet-sempetnya naik delman. Iya, tuh. Kapan lagi bisa naik delman di seputaran monas. Padahal jarak dari tkp ke gerbang monas tuh paling hanya 2 km. 2 km biasanya ngesot, mah juga bisa, lha ini . . . . sok-sokan naik delman. Hadeh hadeh, tapi nggak masalah. Yang penting kan feelingnya enjoy.
Ngantri udah pasti, tapi meski pun lama, kalau barengan ya tetep aja bikin rame. Jadi, rombongan gue yang bakal menaklukan puncak monas ni terdiri dari Pak Suriyanto (yang paling dituakan, punya style the leader, dan kemana-mana selalu ngerokok. Hehehe, dan menurut gue Bapak ini cool. Punya anak namanya Aulia), Pak Basri (hhhhmmm, Bapak lah pokoknya hehhe), Pak Jumberi (jago ngomong bahasa Inggris, wkwkwkwwk), Ka Adul (partner kerja, bray) dan Pak Rusdi Hamdi (hhmm, seorang Bapak lah pokoknya. Hahaha)
Yuppp, udah dekat dengan lift yang bakal membawa gue plus rombongan ke puncak monas. Pak Suriyanto udah ngasih arahan ke anak-anak sekolah yang kebetulan lagi bertugas sebagai penjaga lift, bahwa kami berenam harus satu lift. Getoooo.
Dan akhirnya . . . . . nyampe juga di puncak monas, cuuuuyyyyy. #sambil joget ala so imah. Hahahah.
Ternyata seperti inilah berada di atas monas. Kota Jakarta yang selalu identik dengan panas, gerah dan global warming, seolah hilang. Yang ada adalah perasaan seperti di gunung. Angin bergerak menerpa-nerpa. Sejuk. Apalagi pas lihat Istiqlal dengan kubah putihnya. Langit lagi cerah, klop dah misinya bersama Bapak-Bapak. Dijamin pulang ke Kalsel nggak bakal ngigau apalagi ngiler 13.000 pulau. Yeeaahh.


ini viewnya dari puncak Monas, bray
 
Okeh, udah siang dan menjelang ashar. Bis ninggalin kita semua. Waaaahhhh, tapi tempat penginapan sebenarnya nggak terlalu jauh kalau dari Monas. Nah, gimana kalau mampir dulu di Istiqlal. Belum pernah ke sana Pak.
Dan kami pun ke Istiqlal. Gue misah sama rombongan. Karena gue perempuan, saudara-saudara. Hehehe. Ada yang norak banget selama di Istiqlal. Biasa, datang ke tempat yang belum pernah gue datangi itu akan menghasilkan respon mangap-mangap nggak jelas sambil celinguk-celinguk kayak sedang berada di planet lain selain bumi. Yaaah, kata lainnya adalah udik. Hahahaha.
Tapi senjata gue ya cuek-cuek aja. Toh yang penting gue nggak nyolong sandal orang. Nah, hape gue sempat ketinggalan di wc. Macam Bokap gue punya toko hape aja, ya sampai-sampai hape seolah begitu mudah diambil setelah hilang. Hehehe. Tapi emang gue masih jodoh sama hape gue, akhirnya gue lari-lari dari tempat shalat akhwat menuju wc. Dan Alhamdulillah . . . . ketemu pemirsaaaaahhhh. Ternyata Jakarta nggak sekeras yang dipikirkan selama ini.
Nah, pas mau shalat, ceritanya mau ngejar waktu Dzuhur di sini. karena ashar sebentar lagi, gue agak cepet shalatnya. Hahaha, parah nih gue. Keasyikan di Monas sampe lupa Dzuhur. So, pas rakaat ke dua . . . . ada Ibu-ibu yang negur gue.
“MasyaAllah mbaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak . . . . mbaaaaaaaaakkk, salah kiblat mbakkkkkkkkkkkkk.”
Malu udah pasti, cuy. Apa-apaan nih pake acara salah kiblat ke arah lain. Lo kira ini lagi shalat di Masjid kiblatain???????? Hahaha. Gue hanya bisa nyengir sapi sambil ngucapin terima kasih karena udah diingatkan oleh Beliau. Dan langsung melanjutkan shalat Dzuhur gue yang kepepet.
Hhhhhhuffff, pengalaman spiritual banget. Nggal lucu pula.
Selanjutnya, Pak Suriyanto manggil gue buat segera pulang. Dengan kata lain, gue nggak jadi shalat ashar berjamaah di Istiqlal. Yaaaaaaaah, semacam kehilangan moment. Tapi ini demi kepentingan kelompok. Jadi, ya oke deh kakaaaaaa.
Kami pun pulang menuju markas besar membawa cerita-cerita GJ selama dari monas hingga Istiqlal. Tapi pada akhirnya ngakak-ngakak semua karena keingat kejadian pas satu lif sama cewek bule. Ceritanya Pak Jumberi mau ngomong waktu itu, tapi nggak pd. Hahahah. Akhirnya hanya bisa bilang close the door. Dor dor dor . . . .
Capek boooossss, jalan kaki dari Istiqlal lumayan juga lah. Pembakaran kalori. Dan petualangan kali ini emang berasa bedanya. Karena dilakukan bersama dengan Bapak-Bapak yang jauh lebih tua tapi masih mau diajak backpacker. Hehehe.