Yaelaaahhhhh . .
. . norma lo kemana ajaaaaaaaaa . . . .?????????????
Umur 22 baru
nyampe sana???????????
4 tahun ngegembel
di Soeta sama Gambir, tapi baru tahun 2013 lo baru ke sanaaa????
Amiiittttttt-amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit
. . . . .
Okeh, kali ini
gue denga bangganya bilang ke Abah gue:
“Bah, ulun
samalam sampai di puncak Monas?”
“Ha???? IYA
KAAHHHHHHH????? ALHAMDULILLAH . . . . .”
Selesai.
Perjalanan kali
ini agak beda, ya. Kali ini gue jalan, ngebolang sama orang-orang yang udah
berumur. Hahahah, yang kemarin-kemarin tuh gue jalan sama orang-orang yang
nggak berumur, wkwkwkwwkw . . . . pis pis pis pisang goreng, man.
Eheeemmmm.
Kebetulan banget, gaji belum keluar. Sisa-sisa pergolakan melawan hawa nafsu di
3 bulan terakhir ternyata hanya cukup untuk menyenangkan diri sendiri sambil
berparadoks ria dalam perjalanan Banjarbaru-Barabai. Tapi ternyata
pemirsaaaaaahhhh . . . . ada rezeki yang datang laksana Bidadari dan Malaikat
juga Peri-peri yang turun pake tali tambang, pake webbing dan pake karabiner
dari langit ke tujuh menuju dataran bumi dan langsung manggil gue buat nerima
bundelan kado indah.
Gue sebut kado
karena . . . . . seperti hadiah. Gue juga baru aja dapet kejutan yang sangat
menyenangkan. Nah, tadinya kado ini hampir gue tolak. Tapi rupanya emang rezeki
dan gue pikir-pikir sekalian buat ngerayain kejutan yang udah gue tunggu-tunggu
sejak dulu. Nah, apa sih kejutannya???? Itu rahasia, hahahaah. Nah, apa sih
kadonya. Kadonya adalah jalan-jalan sama rekan satu kantor ke Ciloto.
Jrrrrrrrrrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeennnnggggg
. . . . . jrrreeeeewwwwwwwwnggggg . . . .
Ada libur
terjepit, atau hari terjepit nasional, so pada tanggal 24 Januari gue beserta
rekan-rekan Kantor segera merapat ke . . .
TKP yaitu, di Bandara Syamsudinnor. Pesawat berangkat katanya pukul 11
siang, tapi ternyata . . . . .
DELAY
pemirsaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.
Waaaaaaaaaaaaaah,
dampaknya emang luar biasa banget. Snack yang tadinya diniatin buat di bis
akhirnya ludes di Bandara. Hahahaha, dan ada dampak sampingan juga, nih . . . .
silahkan disimak, agan-agan . . . . .
Fotooooooooooo
Okeh, lumayan.
Delay dapat nasi kotak lauknya sosis yang disemur. Hhhmmm, Indonesia emang
Negara nekat. Biasanya jengkol yang disemur, sekarang sosis juga disemur.
Wehehehe.
Nah, langsung aja
nih bro. kami semua berangkat dengan menggunakan Lion air boeing berapa gue
lupa, dan mengantarkan kami semua ke Jakarta. Di Jakarta, kami udah ditodong
sama dua bis yang udah siap mengantarkan kami ke Ciloto, tepatnya di BBPK
Ciloto yang merupakan tempat pelatihan kesehatan tempat beberapa orang dari kantor
gue bakal ikut kegiatan outbond.
Perjalanan ke dua
gue menuju Bogor. Yang pertama, waktu mau maen paralayang di Puncak. Nah,
Ciloto ini daerahnya agak jauh dari tempat gue main paralayang dulu. Jalannya
juga ternyata lebih curam. Walaupun gue beserta rombongan ngelewatinnya malam,
tapi bisa kebayang kok, curamnya. Yaaahhh, dibayang-bayangin aja, coy.
Wkwkwkwwk.
Next, akhirnya
nyampe juga di Ciloto. Gilaaaaaaaaaaaaaaaa, tracknya mengerikan. Mending pake
motor. Lha ini pake bis. Jalannya sempit, curam dan menurun, malam lagi. Ya
Allah . . . . . untung sopirnya nggak lupa ninjak rem.
Sementara suasana
mulai terasa dinginnya . . . . khas Bogor selain asinan. DINGIN.
Tanpa buang-buang
waktu, kami semua langsung menuju kamar tidur masing-masing. Bukan hanya karena
malam itu lebih dingin daripada di Banjarbaru, tapi emang udah pada ngantuk,
capek, dan buat persiapan besok.
Besoknya, 25
Januari 2013
Ciloto diselimuti
kabut. Hujan pun turun. Waaaaaaaaaaah, nih tempat cocoknya buat bulan madu, nih
sebenarnya. Hahahahahahahaa . . . . (cut cut)
Suasana yang
mendukung untuk kembali merapatkan selimut dan kembali tidur. Kalau gue,
sengaja bangun pagi buat nikmatin udara sekitar Ciloto, bahkan sempet pengen
turun ke bawah dan maen paralayang lagi, hahahahaha. Tapi nggak jadi karena
hujan. Akhirnya gue ke ruang makan dan ngopi bareng Bapak-bapak sekantor gue
sambil cerita-cerita. Hehehee, btw . . .
ada yang cerita malam tadi ngigau dan mimpi diterkam buaya. Hahahaha.
Aya-aya waeeeee.
Meski hujan,
ternyata outbond tetap berjalan. Yang nggak ikut outbond tetap bisa jalan-jalan
menikmati Ciloto . . . .
Fotooooooooooooooooo
. . . . ciloto dan outbond
Outbondnya heboh
banget, gak kalah sama outbondnya anak muda. Hehehee
Kelar outbond dan
dilanjut dengan makan siang dan jumatan, selanjutnya kami langsung pulang
menuju Jakarta. Ada yang menarik sepanjang perjalanan Bogor – Jakarta. Menarik
buat gue . . . . hhmmmm . . . . menariknya adalah . . . . lihat gunung Salak.
Yeeeahhh.
Jadwalnya setiba
di Jakarta adalah, belanja. Bis berhenti di sebuah pusat permbelajanjaan yang
ada di Jakarta Pusat, namanya kalau nggak salah ITC. Waktu itu gue nggak masuk
ke dalam. Tapi ngopi bareng, beli kopinya sama Ibu-Ibu yang jualan kopi dan mie
di luar pagar.
Sepulang dari
ITC, wuiiiiiiiaaaaaaaaaaaah, banyak banget belanjaannya. Heheheh. Pada laper
pasti, tuh. Akhirnya kita mampir lagi di rumah makan yang pernah masuk TV, di
acara kuliner yang biasanya ngasih komen “MAK NYOOOOOOOOS” hahaha. Namanya
Bebek Kaleo. Katanya tuh, bebek paling enak se Jakarta. Dan emang bener
kayaknya. Tempatnya rame dan bebeknya emang enak. Tapi itu lebih tepatnya
disebut sedang laper. Jadi mau bebek dimasak kayak apa juga pasti enak.
Capek dan
kenyang, next . . . . segera merapat ke hotel yang ada di seputaran Pasar baru.
Hhhhhh, capek brooow. Nggak sabar pengen banting nih, badan di tempat tidur.
Nah, pas memasuki kamar hotel . . . . pas banget, bisa lihat pemandangan Mesjid
Istiqlal dan tugu Monas. Ternyata emang dua tempat itu berdekatan dan sangat
dekat dengan hotel kami.
Cuma bisa
memperhatikan sejenak. Setelah itu ketiduraaaaaaaaaaan.
26 Januari 2013
Hari ini tujuan
selanjutnya adalah Istana Negara. Weeeeeehhh, tapi nggak ketemuan sama Pak SBY.
Cukup muter-muter Istana sama Bu Polwan sebagai pemandunya. Di sini nggak bisa
foto-foto, karena hape dan kamera nggak boleh digunakan. Yang boleh hanyalah
kameranya milik Istana yang berfungsi buat foto bersama satu rombongan di
pelataran Istana Negara.
Kelar di Istana
Negara, lanjut ke Monas.
Nah, di sini rombongan terbagi menjadi dua. Ada
yang mau ke Monas (ini termasuk yang minoritas) ada yang ke Mangga Dua
(mayoritas). Gue termasuk yang pengen ke Monas. Maklum, seumur-umur belum
pernah ke Monas. Lalu, dengan wajah berseri-seri, sempet-sempetnya naik delman.
Iya, tuh. Kapan lagi bisa naik delman di seputaran monas. Padahal jarak dari
tkp ke gerbang monas tuh paling hanya 2 km. 2 km biasanya ngesot, mah juga
bisa, lha ini . . . . sok-sokan naik delman. Hadeh hadeh, tapi nggak masalah.
Yang penting kan feelingnya enjoy.
Ngantri udah
pasti, tapi meski pun lama, kalau barengan ya tetep aja bikin rame. Jadi,
rombongan gue yang bakal menaklukan puncak monas ni terdiri dari Pak Suriyanto
(yang paling dituakan, punya style the leader, dan kemana-mana selalu ngerokok.
Hehehe, dan menurut gue Bapak ini cool. Punya anak namanya Aulia), Pak Basri
(hhhhmmm, Bapak lah pokoknya hehhe), Pak Jumberi (jago ngomong bahasa Inggris,
wkwkwkwwk), Ka Adul (partner kerja, bray) dan Pak Rusdi Hamdi (hhmm, seorang
Bapak lah pokoknya. Hahaha)
Yuppp, udah dekat
dengan lift yang bakal membawa gue plus rombongan ke puncak monas. Pak
Suriyanto udah ngasih arahan ke anak-anak sekolah yang kebetulan lagi bertugas
sebagai penjaga lift, bahwa kami berenam harus satu lift. Getoooo.
Dan akhirnya . .
. . . nyampe juga di puncak monas, cuuuuyyyyy. #sambil joget ala so imah.
Hahahah.
Ternyata seperti
inilah berada di atas monas. Kota Jakarta yang selalu identik dengan panas,
gerah dan global warming, seolah hilang. Yang ada adalah perasaan seperti di gunung.
Angin bergerak menerpa-nerpa. Sejuk. Apalagi pas lihat Istiqlal dengan kubah
putihnya. Langit lagi cerah, klop dah misinya bersama Bapak-Bapak. Dijamin
pulang ke Kalsel nggak bakal ngigau apalagi ngiler 13.000 pulau. Yeeaahh.
ini viewnya dari puncak Monas, bray
ini viewnya dari puncak Monas, bray
Okeh, udah siang
dan menjelang ashar. Bis ninggalin kita semua. Waaaahhhh, tapi tempat
penginapan sebenarnya nggak terlalu jauh kalau dari Monas. Nah, gimana kalau
mampir dulu di Istiqlal. Belum pernah ke sana Pak.
Dan kami pun ke
Istiqlal. Gue misah sama rombongan. Karena gue perempuan, saudara-saudara.
Hehehe. Ada yang norak banget selama di Istiqlal. Biasa, datang ke tempat yang
belum pernah gue datangi itu akan menghasilkan respon mangap-mangap nggak jelas
sambil celinguk-celinguk kayak sedang berada di planet lain selain bumi. Yaaah,
kata lainnya adalah udik. Hahahaha.
Tapi senjata gue
ya cuek-cuek aja. Toh yang penting gue nggak nyolong sandal orang. Nah, hape
gue sempat ketinggalan di wc. Macam Bokap gue punya toko hape aja, ya
sampai-sampai hape seolah begitu mudah diambil setelah hilang. Hehehe. Tapi
emang gue masih jodoh sama hape gue, akhirnya gue lari-lari dari tempat shalat
akhwat menuju wc. Dan Alhamdulillah . . . . ketemu pemirsaaaaahhhh. Ternyata
Jakarta nggak sekeras yang dipikirkan selama ini.
Nah, pas mau
shalat, ceritanya mau ngejar waktu Dzuhur di sini. karena ashar sebentar lagi,
gue agak cepet shalatnya. Hahaha, parah nih gue. Keasyikan di Monas sampe lupa
Dzuhur. So, pas rakaat ke dua . . . . ada Ibu-ibu yang negur gue.
“MasyaAllah
mbaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak . . . . mbaaaaaaaaakkk, salah kiblat
mbakkkkkkkkkkkkk.”
Malu udah pasti,
cuy. Apa-apaan nih pake acara salah kiblat ke arah lain. Lo kira ini lagi
shalat di Masjid kiblatain???????? Hahaha. Gue hanya bisa nyengir sapi sambil
ngucapin terima kasih karena udah diingatkan oleh Beliau. Dan langsung
melanjutkan shalat Dzuhur gue yang kepepet.
Hhhhhhuffff,
pengalaman spiritual banget. Nggal lucu pula.
Selanjutnya, Pak
Suriyanto manggil gue buat segera pulang. Dengan kata lain, gue nggak jadi
shalat ashar berjamaah di Istiqlal. Yaaaaaaaah, semacam kehilangan moment. Tapi
ini demi kepentingan kelompok. Jadi, ya oke deh kakaaaaaa.
Kami pun pulang
menuju markas besar membawa cerita-cerita GJ selama dari monas hingga Istiqlal.
Tapi pada akhirnya ngakak-ngakak semua karena keingat kejadian pas satu lif
sama cewek bule. Ceritanya Pak Jumberi mau ngomong waktu itu, tapi nggak pd.
Hahahah. Akhirnya hanya bisa bilang close the door. Dor dor dor . . . .
Capek boooossss,
jalan kaki dari Istiqlal lumayan juga lah. Pembakaran kalori. Dan petualangan
kali ini emang berasa bedanya. Karena dilakukan bersama dengan Bapak-Bapak yang
jauh lebih tua tapi masih mau diajak backpacker. Hehehe.