Welcome to the day . . . . . hari ngesot sedunia.
Ranting-ranting
berpikir yang terjebak dalam huruhara dan haru kemarau, meranggas buta
berguguran kekeringan. Merindu hijau yang ranum, menyejukkan. Radang dengan
kepulan puisi yang mempolusi. Dan rencana-rencana kita ternyata hanya tinggal
reruntuhan, puing, tapi aku masih berharap ada desiran yang menyelipkan kesahajaan
hari dan alamnya. Untukmu dan untukku.
Aseeekkkk,
canggih banget kan puisi gue. Wkwkwkw, dedicated deh buat siapa aja yang
sekarang sedang menggalau dan meradang karena merindukan sesuap udara bergumul
halimun dan embun. Aihhh, sedappp cak.
Nah, pokoknya
tuh puisi sedang menggambarkan gimana rasanya orang yang sedang sakau naik
gunung. Tapi karena adanya batas-batas yang harus dipatuhi maka sakau tersebut
harus diderita untuk sementara waktu, sambil menunggu waktu yang tepat, sambil
menahan hasrat merindu akan puncak-puncaknya. Yah, seperti itulah perasaan para
pendaki apabila telah overdosis dijejali timbal asap knalpot, sementara waktu
yang tepat untuk berjumpa dengan udara sejuk pegunungan, menghirup lagi
oksigen-oksigen dari dedaunan dan waktu untuk bertemu kembali dengan para
sahabat-sahabat harus ditunda dan ditunda karena sesuatu dan lain hal.
Alhamdulillah,
setelah melalui proses koordinasi, konspirasi, sedikit intimidasi, akhirnya tahap
sakau gunung itu terlalui juga dan terjawab juga. Akhirnya gue menemukan 2
orang manusia yang siap diintimidasi di pendakian ke puncak tertinggi Kalsel
sekaligus puncak paling romantis buat nenek dan alm kakek gue, karena gunung
ini pernah menjadi saksi pendakian kakek dan nenek gue waktu masih muda,
asseeekkkk. Wkwkwkwk. Yang paling dituakan di sini adalah, Ka Ahmad Gazali,
Mahasiswa STAI yang lagi rempong bikin skripsi (ka Icung) dan yang satunya lagi
adalah salah satu temen gue yang masih aktif ngajar di basecamp buku, yaitu
Fauzah. Yoyoyoyoyo, otomatis rombongan gue Cuma bertiga nih, meeennn.
Rada malas, nih
coy nyeritain gimana tracknya. Hahahhaha, entar pada ngiler pengen naik ke sini
lagi. Yang sepi aja nyampah, apalagi sekompi, ya. Wkwkwkwwk. Tapi serius, gue
males banget nyeritain kronologis pendakian secara rinci. Mengingat
engsel-engsel kaki gue aja masih rempong gini, bentol-bentol gigitan nyamuknya
aja masih belum ilang sampai sekarang (semoga nggak kena DBD gue. Amin.) belum
lagi red hole bikinan si cecunguk pacet juga masih membekas di kaki dan perut
gue. Masya Allah . . . . . membekas di hati gue juga deh, kacrut emang tuh
pacet. Coba aja ngisap darah gue pas di mall, udah keluar aja sumpah serapah,
untung ngisapnya di hutan, mafia-mafia gini kalau di hutan insya Allah ta eling
diri sendiri biar nggak nyebut kata-kata berhawa neraka. Hehehe.
Pokoknya ya gitu
lah, coy. Kalau gue certain dengan detail gue jamin pasti lo pada ngiri semua.
Secara kalau boleh sombong, nih bray . . . . . baru ini hutan yang benar-benar
perawan. Sambil nanjak, masih bisa lihat burung enggang yang lagi terbang, tau
burung enggang kan? Cendrawasihnya Kalimantan, yang paruhnya panjang terus ada
mahkota-mahkota gitu di kepalanya. (kalau nggak salah, sih gitu bray). Hutannya
masih rapat, malam kayaknya lebih cepat dari biasanya. Gue sama dua rekan gue
tiap lagi jalan ngiranya udah mau malam atau kayaknya bakal hujan. Padahal
emang dasarnya hutannya masih lebat dan rapat, men. Jadi suasananya gelap-gelap
temaram gitu lah.
Hadeeuuhh, 4
hari dari 27 September sampeeee 30 September berada di hutan home land.
Rasanya, tuh gimanaaaa ya booss. Belum lagi pas ngecamp, seingat gue waktu
ngecamp di hutan-hutan di Jawa, paling keren tuh denger suara burung malam atau
jangkrik kali ya. Lha ini, pas ngecamp terakhir dan pas banget posisi masih di
dalam hutan, yang didengar adalah suara binatang primata. Deket banget lagi
suaranya. Alamaaaakkkkk, nggak jelas itu sejenis monyet atau apaan. Yang jelas
bunyinya aneh banget, keras banget, dan dekat banget. Salah satu rekan
sependakian gue aja sampe sengaja nggak tidur buat jaga. Dan waktu itu gue juga
nggak tidur, makanya sampai sekarang suaranya masih terngiang-ngiang di telinga
gue (susah kalau gue contohin bunyinya lewat tulisan ya, hahahaha. Yang pasti
bunyinya khas banget) Cuma Fauzah yang tidurnya nyenyak banget. Sampe suara
keras primatanya hutan meratus nggak mempan buat bangunin tidurnya.
Jadinya tuh
acara ngecamp semacam horror gitulah, gan. Gue sih khawatirnya tuh primata
lapar, terus nyerang tenda. Masya Allah . . . . . . . . iya kalau tendanya
terbuat dari besi, atau minimal dari kayu lah. Lha ini kan tendanya tenda yang
terbuat dari kain biasa. (sejak kapan tenda terbuat dari besi, cuy????)
Jadi ya
begitulah. Semua moment dapet pokoknya. Heheheeh. Nah, untuk lebih jelasnya,
sila disimak foto-fotonya. And I believe that this scenery only on Borneo
Island. Cekitbrrrrrooooooooooooooooooooottt, guys.
ini, cuy sumber mata air terakhir. ^_^
setelah menanti-nanti, akhirnya nyampe puncak juga guys
cuma di puncak Meratus gue nemuin ada ayam, hahahah.
dan inilah ngecamp terakhir kita. targetnya hari terakhir udah keluar dari lokasi hutan, eeeehhhh karena udah pada rempong bin tepar akhirnya kita tetap ngecamp di lokasi hutan. tapi nggak masalah, enjoy bray. asal nggak kelaperan aja, bray. nah, ini nih gaya makan ala pengungsian cuy. habis bergerilya membunuh para pasukan pacet. wkwkwkwwk.
untung pas pulang ada hiburan air terjunnya, walaupun nggak mandi, yang penting tetap gaya lah. wkwkwwkwk.
demikianlah pemirsa, perjalanan di tanah sendiri, mencoba menggapai puncak tertinggi di Kalsel. perjalanan 3 orang, dalam 4 hari bersama flora dan fauna yang masih akrab mengintai di balik pilar-pilar hijau. hahahah. ucapan terima kasih buat tim pembunuh pacet yang kemudian mengganti prinsip pendakian dengan tidak akan membunuh apa pun kecuali waktu dan pacet, wkwkw. okeh, ucapan terima kasih untuk 2 rekan terbaik dalam pendakian ini. tetap jaga kekompakkan, dan kapan-kapan kita ke Juhu coy. haha. special thanks untuk ayah dan ibu yang telah memberikan izin, wah rasanya seperti mimpi berangkat ke gunung dengan terlebih dahulu sungkem dengan Beliau-beliau. biasanya langsung cabut karena sekolahnya jauh dari rumah, hehehe. dan the very-very special thanks untuk Allah yang Maha Indah, kembali bersama rekan-rekan seperjuangan bisa menikmati keindahan ciptaanNya.
sampai jumpa di petualangan Alay berikutnya.