Petualang Remblong
Minggu, 15 Januari 2017
Happy Trip With The Labib's
Alhamdulillah, nggak ada rencana buat datang ke tempat ini. tapi alhamdulillah, berkesempatan dan dapet spot yang instagram banget. heehee. trip ke dua sama Ahla setelah naik gunung kemarin,
#jalan-jalanterus ^_^
Kamis, 12 Januari 2017
Selasa, 21 April 2015
From Sky Celebration To Heart Celebration
kali ini gue gak posting soal petualangan gue seperti yang biasa gue lakuin di setiap langkah yang gue ayunkan dalam kehidupan gue. kali ini, bukan tentang awan yang berarak ringkih dan tingkah angin yang kerap memeluk raga yang sematawayang ini. apalagi tentang matahari terbit di sebelah timur yang selalu menjadi perburuanku di setiap pagi indahku. ini bukan, coy. ini juga bukan postingan yang berkaitan dengan perjalanan gue menyusuri ribuan jalan di tiap-tiap kota yang gue datangi, bukan juga percakapan sekedar yang gue lakuin dengan orang-orang yang gue temui di setiap jalan menuju tempat tujuan.
broh, ini juga bukan tentang pantai yang biasa dan begitu ciamik untuk gue nikmati di kala siang gue setibanya gue di tempat penuh pasir putih yang di muara pandang gue dapat gue temukan hamparan laut yang mengarah ke samudera lepas. ini juga bukan, bukan soal gunung dan tanjakan liarnya yang terus membayangi hidup gue di lima tahun belakangan ini, gunung yang membawa serta keheningan embun dan basahnya halimun di antara rintik-rintik hujan yang sepi di tengah belantara rimba semesta yang kerap menjadi nafas setiap perjalananku, bukan juga, bukan tentang edelweis yang merayakan kedatanganku dengan mekarnya. bukan...........
hhhhmmm, gue gak tahu mesti mulai dari mana. buat gue ini semacam Heart Celebration. hehehe, seperti itu, bro. berikut ini (jeileehh, udah kaya mau bikin surat aja, emang mau bikin nota dinas?) wkwkwwk, gue tuh sebenarnya males beralay-alay ria memposting foto ini. menurut gue ini terlalu sakral untuk jadi konsumsi publik. gue pikir, nih foto-foto gue posting bakal dilike sama jutaan nitizen dan bakalan dikoment sama ribuan designer dan make up artis. hahahaha, ya seperti itulah bro. ini terlalu sakral untuk gue posting dan pajang di depan umum. pengennya gue sih, tetap eksis dengan foto-foto petualangan dan pendakian yang biasa menuai like dari jutaan follower gue, (sumpret, gue boong bingiiitt, wkwkwkw) tapi, gue pikir lagi, nih gue perlu posting di media sosial (kali ini gue pilih Blog pribadi gue, yang paling aman dari hantaman para hacker dan hater gue di facebook maupun twitter, yeaahh)
okehhh, broooh (dari tadi kebanyakan broh nih gue. lama-lama overdosis broh), bakal gue posting beberapa foto sakral tersebut. lagipula, gue kemarin baru dapat pengalaman buruk soal foto. foto-foto gue yang gue bilang sangat ciamik karena ada awan yang membentuk asma Allah, eh malah simcard hape gue patah dan gue gak punya file cadangan, padahal gue udah bikin ancang-ancang mau posting tuh foto keren di fb gue, tapi yaahhhh........... kata suami gue, "ITU BELUM REZEKI KITA, SAYANG...." hehehe, seperti itu.
okeh, welll, this is Heart Celebration of Us ^_^
Bersama Pak Lek Ishak dan Bule (Keluarga dari Pati, Jawa Tengah)
Bersama Mas Najib dan Mbak Yanah (Mas dan Mbak Ipar)
Abah, Mama, Kakak, Nenek, dan Ponakan
Ibu Mertua dan Mas Aniq (Mas Ipar juga, ^_^)
Kakek dan Nenek gue
nah, ini dia Pemirsaaahhh............. #asseeekkk
segitu aje, yeee. gue mau melanjutkan petualangan gue bareng suami gue (yang juga seorang pendaki dan petualang, bahkan petualangan yang dia lakuin selama ini jauh lebih ekstrim daripada yang gue lakuin. hehehe)
doain barokah yaaahh, ^_^
Senin, 23 Desember 2013
Kemampuan Gramatikal Ini Mendadak Hilang, Kala Kujejaki Ringkih Tanahmu
hhhhmmmmm, gue bingung mau nulis apa. karena pesona Sumatra ternyata sudah
bikin saya amnesia, sampai-sampai lupa ngantor. aduuhhhh, parah nian awak niiii
. . . . . . wkwkwkwk. astaghfirullah . . . . . . keindahan Pesona Tanah Minang
serta sekerat tanah sorga yang jatuh ke Jambi cukup membuat saya kehilangan
kemampuan gramatikal untuk menjelaskannya. okeh, sudahlah, forget that, just
enjoy this. Gunung Tujuh, Kerinci yang menjadi PR di 2014.
SEKIAN.
thanks to the very very special GUIDE, Alhamdulillah . . . . . Engkau beri kesempatan lagi untuk menikmati alam ini. ^_^
SEKIAN.
thanks to the very very special GUIDE, Alhamdulillah . . . . . Engkau beri kesempatan lagi untuk menikmati alam ini. ^_^
Rabu, 30 Oktober 2013
Takkan Membunuh Apa pun kecuali Waktu dan Pacet
Welcome to the day . . . . . hari ngesot sedunia.
Ranting-ranting
berpikir yang terjebak dalam huruhara dan haru kemarau, meranggas buta
berguguran kekeringan. Merindu hijau yang ranum, menyejukkan. Radang dengan
kepulan puisi yang mempolusi. Dan rencana-rencana kita ternyata hanya tinggal
reruntuhan, puing, tapi aku masih berharap ada desiran yang menyelipkan kesahajaan
hari dan alamnya. Untukmu dan untukku.
Aseeekkkk,
canggih banget kan puisi gue. Wkwkwkw, dedicated deh buat siapa aja yang
sekarang sedang menggalau dan meradang karena merindukan sesuap udara bergumul
halimun dan embun. Aihhh, sedappp cak.
Nah, pokoknya
tuh puisi sedang menggambarkan gimana rasanya orang yang sedang sakau naik
gunung. Tapi karena adanya batas-batas yang harus dipatuhi maka sakau tersebut
harus diderita untuk sementara waktu, sambil menunggu waktu yang tepat, sambil
menahan hasrat merindu akan puncak-puncaknya. Yah, seperti itulah perasaan para
pendaki apabila telah overdosis dijejali timbal asap knalpot, sementara waktu
yang tepat untuk berjumpa dengan udara sejuk pegunungan, menghirup lagi
oksigen-oksigen dari dedaunan dan waktu untuk bertemu kembali dengan para
sahabat-sahabat harus ditunda dan ditunda karena sesuatu dan lain hal.
Alhamdulillah,
setelah melalui proses koordinasi, konspirasi, sedikit intimidasi, akhirnya tahap
sakau gunung itu terlalui juga dan terjawab juga. Akhirnya gue menemukan 2
orang manusia yang siap diintimidasi di pendakian ke puncak tertinggi Kalsel
sekaligus puncak paling romantis buat nenek dan alm kakek gue, karena gunung
ini pernah menjadi saksi pendakian kakek dan nenek gue waktu masih muda,
asseeekkkk. Wkwkwkwk. Yang paling dituakan di sini adalah, Ka Ahmad Gazali,
Mahasiswa STAI yang lagi rempong bikin skripsi (ka Icung) dan yang satunya lagi
adalah salah satu temen gue yang masih aktif ngajar di basecamp buku, yaitu
Fauzah. Yoyoyoyoyo, otomatis rombongan gue Cuma bertiga nih, meeennn.
Rada malas, nih
coy nyeritain gimana tracknya. Hahahhaha, entar pada ngiler pengen naik ke sini
lagi. Yang sepi aja nyampah, apalagi sekompi, ya. Wkwkwkwwk. Tapi serius, gue
males banget nyeritain kronologis pendakian secara rinci. Mengingat
engsel-engsel kaki gue aja masih rempong gini, bentol-bentol gigitan nyamuknya
aja masih belum ilang sampai sekarang (semoga nggak kena DBD gue. Amin.) belum
lagi red hole bikinan si cecunguk pacet juga masih membekas di kaki dan perut
gue. Masya Allah . . . . . membekas di hati gue juga deh, kacrut emang tuh
pacet. Coba aja ngisap darah gue pas di mall, udah keluar aja sumpah serapah,
untung ngisapnya di hutan, mafia-mafia gini kalau di hutan insya Allah ta eling
diri sendiri biar nggak nyebut kata-kata berhawa neraka. Hehehe.
Pokoknya ya gitu
lah, coy. Kalau gue certain dengan detail gue jamin pasti lo pada ngiri semua.
Secara kalau boleh sombong, nih bray . . . . . baru ini hutan yang benar-benar
perawan. Sambil nanjak, masih bisa lihat burung enggang yang lagi terbang, tau
burung enggang kan? Cendrawasihnya Kalimantan, yang paruhnya panjang terus ada
mahkota-mahkota gitu di kepalanya. (kalau nggak salah, sih gitu bray). Hutannya
masih rapat, malam kayaknya lebih cepat dari biasanya. Gue sama dua rekan gue
tiap lagi jalan ngiranya udah mau malam atau kayaknya bakal hujan. Padahal
emang dasarnya hutannya masih lebat dan rapat, men. Jadi suasananya gelap-gelap
temaram gitu lah.
Hadeeuuhh, 4
hari dari 27 September sampeeee 30 September berada di hutan home land.
Rasanya, tuh gimanaaaa ya booss. Belum lagi pas ngecamp, seingat gue waktu
ngecamp di hutan-hutan di Jawa, paling keren tuh denger suara burung malam atau
jangkrik kali ya. Lha ini, pas ngecamp terakhir dan pas banget posisi masih di
dalam hutan, yang didengar adalah suara binatang primata. Deket banget lagi
suaranya. Alamaaaakkkkk, nggak jelas itu sejenis monyet atau apaan. Yang jelas
bunyinya aneh banget, keras banget, dan dekat banget. Salah satu rekan
sependakian gue aja sampe sengaja nggak tidur buat jaga. Dan waktu itu gue juga
nggak tidur, makanya sampai sekarang suaranya masih terngiang-ngiang di telinga
gue (susah kalau gue contohin bunyinya lewat tulisan ya, hahahaha. Yang pasti
bunyinya khas banget) Cuma Fauzah yang tidurnya nyenyak banget. Sampe suara
keras primatanya hutan meratus nggak mempan buat bangunin tidurnya.
Jadinya tuh
acara ngecamp semacam horror gitulah, gan. Gue sih khawatirnya tuh primata
lapar, terus nyerang tenda. Masya Allah . . . . . . . . iya kalau tendanya
terbuat dari besi, atau minimal dari kayu lah. Lha ini kan tendanya tenda yang
terbuat dari kain biasa. (sejak kapan tenda terbuat dari besi, cuy????)
Jadi ya
begitulah. Semua moment dapet pokoknya. Heheheeh. Nah, untuk lebih jelasnya,
sila disimak foto-fotonya. And I believe that this scenery only on Borneo
Island. Cekitbrrrrrooooooooooooooooooooottt, guys.
ini, cuy sumber mata air terakhir. ^_^
setelah menanti-nanti, akhirnya nyampe puncak juga guys
cuma di puncak Meratus gue nemuin ada ayam, hahahah.
dan inilah ngecamp terakhir kita. targetnya hari terakhir udah keluar dari lokasi hutan, eeeehhhh karena udah pada rempong bin tepar akhirnya kita tetap ngecamp di lokasi hutan. tapi nggak masalah, enjoy bray. asal nggak kelaperan aja, bray. nah, ini nih gaya makan ala pengungsian cuy. habis bergerilya membunuh para pasukan pacet. wkwkwkwwk.
untung pas pulang ada hiburan air terjunnya, walaupun nggak mandi, yang penting tetap gaya lah. wkwkwwkwk.
demikianlah pemirsa, perjalanan di tanah sendiri, mencoba menggapai puncak tertinggi di Kalsel. perjalanan 3 orang, dalam 4 hari bersama flora dan fauna yang masih akrab mengintai di balik pilar-pilar hijau. hahahah. ucapan terima kasih buat tim pembunuh pacet yang kemudian mengganti prinsip pendakian dengan tidak akan membunuh apa pun kecuali waktu dan pacet, wkwkw. okeh, ucapan terima kasih untuk 2 rekan terbaik dalam pendakian ini. tetap jaga kekompakkan, dan kapan-kapan kita ke Juhu coy. haha. special thanks untuk ayah dan ibu yang telah memberikan izin, wah rasanya seperti mimpi berangkat ke gunung dengan terlebih dahulu sungkem dengan Beliau-beliau. biasanya langsung cabut karena sekolahnya jauh dari rumah, hehehe. dan the very-very special thanks untuk Allah yang Maha Indah, kembali bersama rekan-rekan seperjuangan bisa menikmati keindahan ciptaanNya.
sampai jumpa di petualangan Alay berikutnya.
Minggu, 15 September 2013
Jembatan Kayu Dari Masa ke Masa (sisi lain Kabupaten HSU)
Ceritanya, nih
mau bikin edisi lengkap. Setelah edisi Negara agraris, maritime dan sekarang
edisi rawa. Yang biasa ngetrip ke pantai, gunung, laut, pastinya udah biasa lah
ya. Nah, ini gue bakal ngajak lo ke rawa. Sejauh mata memandang isinya
rawaaaaaaaaaaaa semua. Kalau tadi biru langit sama kuningnya padi bertemu dalam
satu garis, kali ini biru langit dan hijaunya eceng gondok bertemu dalam satu
garis.
Daerah ini
adanya di Sungai Buluh yang letaknya di perbatasan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Nggak ada pemandangan gunung atau pantai tapi
yang ada adalah pemandangan rawa yang luas banget. Nih, tempat penduduknya ya
nggak punya pilihan lain selain hidup di antara rawa-rawa. Kebanyakan dari
mereka hobi banget jemur ikan asin dan ternak itik. Jadi kalau lewat kawasan
ini biasanya lo bakal nyium aroma khas makanan itik alias bama dan aroma khas
ikan asin.
Nah, gue
gabungin dua edisi keberangkatan dalam tulisan ini tapi lokasi pemotretan sama,
coy. Beberapa tahun lalu gue pernah ke jembatan kayu yang panjang dan pas 2013
ini gue ke sana lagi, ehhhh . . . .
jembatan kayunya tambah panjang.
Sepintas emang nggak
banyak objek menarik di sini. Secara isinya rawa semua sama perahu-perahu
kecil. Kecuali kalau lo mau ambil kegiatan anti mainstream di sini dengan
diving di area rawa, hehehhe. Tapi, bagi yang mau sekedar escape mencari
ketenangan tanpa harus mengeluarkan dana dan waktu persiapan yang mumet, ya tempat
ini bisa jadi alternative untuk itu.
Lagian juga, coy
point menting itu bukan pada keindahan tempat dari segi fisiknya. Kembali pada
kekayaan bathiniahnya yang kudu digali. Ada banyak keindahan yang lebih berarti
selain keindahan fisik semata. Kearifan lokal mereka adalah slah satu moment
penting jika kita memang ingin mengenal tanah ini dengan baik.
So, enjoy gan.
Ini foto waktu
beberapa tahun silam
Kalau ini foto
Jembatan kayu di tahun 2013, cekibrooootttt
Oke, lah buat
hari ini. Special thanks buat yang motion, dan for my Rabb yang Maha Indah yang
ajarkanku gimana melihat sisi yang kurang indah menjadi Nampak indah. Hahahahadoh,
mulai rancu kalimatnya nih, pokoknya keep travelling aja lah. Dimana pun dan
kapan pun. Yeeahhhh.
Langganan:
Postingan (Atom)