Masih
ingat gimana hebohnya pembuatan Laporan Akhir. Subhanallah . . . jungkir balik
karena revisi yang seakan-akan gak berkesudahan. Sampai hati dan otak ini
bertanya-tanya, kapan nih, LA bereeesssss???? Berjuta serangan, dari
aksara-aksara nan abstrak, tanda-tanda dan symbol-simbol yang udah kayak sandi,
sampai kayaknya kita butuh banget buku panduan memahami primbon dan
bentuk-bentuk alam agar bisa paham artinya, pasalnya . . . tulisan Dosen tuh,
kayak lukisan realisnya para pelukis Yunani di jaman ulat Phyton, wkwkwkwkwkw .
. . . PARAHHHH!!!!
GALAU
udah jadi makanan sehari-hari. Dilematis banget, kompleks, rumit, kayak perawan
dipaksan kawinan, ahahahah. Pokoknya babaliyut lah, dan seperti biasa . . .
kejemuan selalu menghampiri mahasiswa tingkat akhir yang sedang menggarap sawah
Bapaknya, hehhehe . . . ya menggarap Laporan Akhirnya lah, broer. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengusir jemu. Walaupun sebetulnya kita harus tetap fokus pada
tujuan kita, yaitu menyelesaikan Laporan Akhir. Karena semakin cepat selesai,
nih LA semakin cepat lulus dan semakin cepat juga pulang kampung. Hhhhhh, udah
kangen banget sama suasana rumah.
Nah,
di tengah kegalauan tersebut, muncullah inisiatif yang sangat jenius dan
brilliant dari seorang kawan satu barak. Pas banget, ide tersebut didukung
dengan adanya peralatan yang mendukung dan bahan-bahan yang memang sengaja
disiapkan untuk menjalankan ide tersebut. Tepat di hari kamis, kita laksanakan
ide tersebut. Pas banget, jadwalnya lagi puasa. Jadi ada kegiatan buat
ngabuburit. Perkenalkan dulu, nih bahan-bahannya.
TKPnya
di ruang belajar barak gue, lebih tepatnya di meja belajar milik Ulfa, temen
gue asal Cimahi tapi ngerti bahasa Minang, hehehe. meja belajar inilah yang menjadi ranah eksperimental bikin bubur sumsum. meja belajar merangkap dapur. ada kompor listrik juga. maklum lah, udah tingkat 4 jadi barak nggak terlalu dicek. jadi boleh lah kita coba bawa kompor ke barak. hahaha . . .
Okeh, kita mulai, coy. Mulai
dari mengiris gula merah. Gak ada talenan, kertas pun jadi, paling juga rasanya
ada rasa kertas dikit, tapi itu bagian dari variasi, man. Hahahaha . . .
Next,
rebus air sama daun pandan, biar assoooyyyy aromanya, coy. Sebenarnya bisa juga
ngerebus airnya pake kembang tujuh rupa, bunga kenanga atau bunga melati.
Karena dengan begitu baunya akan lebih khas dan kuat. Hahahah . . . mulai gila.
Rebusan
air dan pandan tadi dicampur sama gula merah.
Dilanjutkan
dengan mempersatukan tepung rose brand, santan dan garam. Semoga mix, ya.
Diaduk
sampe berubah bentuk jadi bubur.
Naaaahhhh,
hitungan menit udah mau adzan magrib. Sempat lah kami nongkrong dulu di
aquarium dan beres-beres.
Alhamdulillahhhh
. . . berbuka puasa dengan bubur sum-sum dengan kawan sebarak. Moment-moment
terakhir di barak emang harus lebih sering dinikmati, terutama kebersamaannya
yang akan sangat dirindukan kelak.
Thanks
buat Ulfa (Cimahi), Mbak Lisa (Demak), Teh Nenden (Cimahi) dan untuk Allah Sang
Maha Indah. Sampai jumpa di petualangan alay berikutnya.
hahaha.. ada2 ja kalian...
BalasHapusenak gak tuh bubur sumsumnya.. :P
tp kami lebih seru lg norma..
kami goreng ayam, rebus ubi, goreng ikan dalam ricecooker tp sayang gambarnya tdk diabadikan..
dan parahnya lg bakar roti lewat setrikaaa.. haha kebayang tuh rasanya.. hahaha