Ngajak orang yang belum pernah naik perahu itu
emang REMPONG, ya bro. Perahu oleng dikit saja berasa dunia mau kiamat.
Hahahahaah.
Nah, sebenarnya cerita soal pasar terapung
udah pernah gue posting. Foto-fotonya juga udah gue scan dan gue upload ulang
di blog ini. Maklum aja, dulu gue masih pake kamera tustel yang pake film
(retro banget, bro) dan itu kalau nggak salah adalah trip jaman pra sejarah
gue, hehehe. Kali ini bisa dibilang closing trip sebelum puasa. Pas banget, nih
ada temen dari pulau seberang (pulo Jawa) lagi terdampar dengan sangat
tragisnya di pulau Kalimantan. Pliiissss welcome, bro . . . . . . . . (bunyi
drum dan bedug bertalu-talu) here he come, Bang Mamed,Terdamparnya
berbulan-bulan kayak bang Toyib. Karena terdamparnya disebabkan oleh kerjaan,
so ybs nggak bisa sering-sering ngetrip. Hhmmm, padahal kalau gue ke Jawa nih,
orang selalu jadi bodyguard gue kalau ke gunung (ya iyalah, gue kan artis
getoooooooooooohhhhh)
Mumpung si Bang Mamed ini lagi ke Kalimantan
Selatan, kebetulan juga ndeso banget kalau naik perahu, kebetulan juga baru
beli kamera DISINYALIR baru (cie ecieeeee . . . . .), kebetulan juga nggak tau apa itu perahu
(hahahaahah), akan lebih baik kalau gue ceburin aja kali ya di sungai Martapura,
hehehe, akan lebih baik sebelum puasa Bang Mamed diajak ke Pasar Terapung. Trip
kali ini agak unik, ya. Pasalnya rute ke Pasar terapung yang di Lok Baintan
malah lebih tahu Bang Mamed daripada gue (waaaahhh, kebangetan), itu dia
masalahnya Gas. Gue pernahnya ke pasar terapung di Kuin Banjarmasin. Itupun
udah lupa jalannya. Hehehe.
Okehh, bro. Pagi-pagi banget setelah subuh.
Jalanan masih lengang. Temaram lampu pinggiran masih redup berpendar di
sisa-sisa malam. Gue sama Bang Mamed yang masih dalam keadaan setengah nyawa,
langsung merapat ke Lok Baintan Port. Seperti yang gue bilang, baik gue ataupun
Bang Mamed adalah sama-sama nggak pernah ke sana. Jadinya, ya kita pakai
prinsip malu bertanya sesat di sungai. Ketika waktu masih gelap, kami mulai
memasuki kawasan pinggiran sungai yang ada jembatan kayunya. Sepertinya itu
sudah masuk kawasan Sungai Lulut Martapura. Next, ternyata kita salah dermaga.
Ada tempat parkir perahu yang menawarkan jasa mengantarkan pengunjung ke pasar
terapung, tapi harganya itu astaghfirullah . . . . . . . pagi-pagi udah dipalak
200rebo, masih pagi nih broooo.
Akhirnya, kita jalan lagi setelah nanya rute
ke Lok Baintan Port ke seorang anak asli sana. Katanya mesti menempuh jarak 3
km-an lah. Dan kita pun lanjutkan perjalanan, tentu saja sambil nanya-nanya
tiap kali ketemu orang di pinggir jalan. Ternyata saudara-saudara, medan menuju
Pasar terapung itu offroad, ya . . . . .
.(wewww). Perjalanan tempuh nggak sampe satu jam, tapi medan berbatu dan
panjang itu membuat perjalanan menjadi lama. Tapi demi pasar terapung, apa sih
yang nggak.
Waktu telah menunjukkan hampir pukul 6. sungai Lok Baintan mulai ramai oleh perahu-perahu yang membawa hasil kebun dan jajanan-jajanan pasar. ada juga perahu-perahu yang mencari udang di sungai. nah, mulai terasa suasana sungainya. sila dicheck, agan-agan hasil bidikannya;
Lok Baintan Port, nih gan. asli cuma ada di Kalsel, dijamin gak ada di negara manapun, suer brani di sawer. |
intraksi seperti ini terjalin di atas perahu. kalau ke pasar terapung, lo bakal lebih banyak menemui wanita lah yang paling banyak berjualan. wonder women, coy. |
inilah barang-barang komoditi di pasar terapung Lok Baintan |
sejak kecil anak-anak di sini sudah dibiasakan dengan perahu dan sungai. di antropologi namanya pewarisan budaya. |
yang sayang anak, sayang anak, sayang anak, heheheeheh |
okebro. tripnya kelar juga. akhirnya bisa lihat yang namanya pasar terapung. sekarang pasar terapung kabarnya akan diadakan revitalisasi. salah satu agenda pemerintah setempat dengan revitalisasi tersebut adalah dengan mengecat perahu-perahunya menjadi lebih menarik. okeh, semangat deh ngecatnya, Pak, Bu. asal jangan orangnya juga ikutan dicat. hahahha.
sekian perjalanan alay kita kali ini. seperti biasa, terima kasih untuk yang telah berpartisipasi, para penjual di pasar terapung (yg dengan sukarela menjadi objek kami) juga Bapak yang tak mau disebutkan namanya yang udah mengayuhkan perahu demi menikmati pasar terapung. terima kasih untuk Allah yang maha indah saking indahnya sampai-sampai dapat pisang gratis di tengah jalan. (weeewwwww) dan sampai bertemu lagi di perjalanan alay berikutnya. salam kompak selalu. yeeahhhhh.