Jumat, 23 November 2012

The Secret Paradise of Borneo


Adegan Film India di Terminal
Sore itu sedang hujan deras-derasnya. Sepanjang jalan dari rumah gue ke terminal Pantai Hambawang Nampak gelap dan hanya berjarak pandang 5-7 meter. tapi gue nggak mungkin lah batalin rencana gue buat ke Kaltim yang udah gue susun jauh-jauh hari. Hhhmmmm, untung aja Bokap plus ponakan gue bersedia nganterin gue ke Pantai Hambawang buat nyegat bis. Nah, sebelumnya gue udah mesan tiket nih di tempat yang sama. Tiket gue adalah tiket bis Pulo Indah keberangkatan Pantai Hambawang menuju Penajam seharga 105 ribu perak, eyeeehhhh . . . .
Hujan-hujan, masih deras dan menggigil. Sesampainya di terminal, gue nunggu ditemenin Bokap dan ponakan. Dan kayaknya nggak nyampe 10 menit gue nunggu, eh tau-tau itu bis udah datang.
“Lha itu lho bisnya, cepet sana cepet.” Seru Bokap gue dengan hebohnya, dalam kehebohannya menyupport keberangkatan gue, Beliau sempet-sempetnya nyuruh gue bawa payung. Maklum, saat itu hujan masih deras dan jarak gue sama bis lumayan jauh.
“Hah? Payung? Kan, naik bis Bah?” Gue ya heran, ngapain bawa payung? Orang gue juga bakal naik bis???
Akhirnya terjadilah adegan-adegan nggak jelas, Bokap gue nyodor-nyodorin gue payang sambil maksa-maksa, gue nolak sambil menggapai-gapai tangan kanannya buat salam pamitan, dan ponakan gue malah teriak-teriak karena dia ngelihat bis itu udah mau jalan.
Halaaahhh, prĂȘt banget pokoknya. Gue lihat tuh bis maen jalan aja. Ya udahlah, gue langsung lari-lari di derasnya hujan, pake nabrak genangan air segala pula, asli . . . mirip banget sama adegan film India yang lagi lari-larian di tengah derasnya hujan, tapi kali ini buat ngejar bis. Gue udah nggak peduli lagi sama celana dan baju gue yang basah, yang penting gue harus naikin tuh bis, hahahaha. Nah, pas gue udah dekat sama tuh, bis . . . eeeehhhh, tuh bis malah mau ninggalin. Stress banget coba, akhirnya gue teriak-teriak manggil kernetnya sambil lari-lari.
Alamaaakkkkk . . . adegan waktu itu nggak banget. Hampir aja gue ketinggalan bis. Ngejar bisnya pas hujan deras pula, belum lagi tuh kenek nyebelin banget. Udah jelas-jelas lihat gue lari-lari, respek dikit, kek suruh supirnya berhenti. Lagian gue, kan udah pasti ngejar tuh, bis. Apalagi coba yang gue kejar saat itu selain bis itu . . .???? hadeeeeeyyuuuh.
Dan akhirnya, pemirsaaaa . . . bisnya berhenti dan gue pun masuk bis dalam keadaan basah kuyup. Dan nggak ada waktu lagi buat jalan ke kursi yang bernomor 21, karena bisnya udah keburu jalan. So, gue pun disuruh kernetnya duduk di kursi paling depan, depannya depan pokoknya, alias kursinya kernet yang posisinya tepat di samping kursi supir. Oohhhhh, pemandangan makin jelas kelihatan.
Perjalanan pun dimulai. Nggak ada adegan lambaian tangan berpisah antara gue, Bokap dan ponakan gue. Tuh bis langsung cabut aja, pake ngebut lagi. Aiihhhh, Pulau Indah Jaya mulai nunjukkin kerasnya hidup dalam bis jurusan Penajam ini. Atas sopir Pak Peno dan kernetnya yang udah ngerelain tempat duduknya buat gue, bis pun mengarungi jalanan basah dan hujan deras menuju Kabupaten Balangan.
Untuk menuju Kaltim kalau dari Barabai emang harus melewati Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong. Setelah itu, barulah kita memasuki Provinsi Kalimantan Timur. Ini perjalanan gue yang pertama kali menuju Kaltim, waaaahhhhh . . . sesuatu. Baru kali ini gue jalan ke Kaltim. Padahal tetanggaan sama Kabupaten gue. Hehehehe . . . kemana ajeeeee . . .????? okei, perjalanan malam kali ini emang menyenangkan, karena gue bisa leluasa lihat keadaan jalan. Kan, posisi duduk gue ada di samping sopir. Hahaha, melek terus tuh mata gue. Wkwkwkw.
Nah, kita persingkat yang brow . . . gue udah nyampe Tabalong. Di sini diadakan pengecekan dan nunggu penumpang lain. Saat itu gue nggak mikirin lagi, tuh tentang nasib tiket gue yang katanya gue harus duduk di kursi nomor 21, bukan di kursi kernet. So, akhirnya kernet datang juga ke gue dan nagih biaya transport.
“Bayar??? Kan, aku udah bayar Bang?” Langsung gue pasang tampang paling lugu.
“Ha?? Masa?” Kernetnya bingung.
“Ho oh. Ini tiketku.” Weeeewww, mana tiketmu??? Hahha, dengan bangga gue pamerin tuh tiket. Dan makin bingung aja tuh kernet lihat tiket gue. Saking bingungnya, sampe-sampe dia nggak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Hahahaha . . . akhirnya dia turun dari bis dan langsung konsult ke sopirnya.
Ooooohhh . . .. trouble saudara-saudara. Hari itu juga gue langsung divonis . . . bahwa gue, SALAH NAIK BIS!!!!!!!!!
Mau tepok jidat, takut keliatan bego. Mau guling-guling sambil nangis di aspal kayaknya juga nggak guna. Gue pasrah saat itu, yuuuu . . . ini yang pertama kalinya gue naik bis ke Kaltim. Mana gue tau soal flat bis yang emang harus ditulis sama petugas ticketing. Dan sialnya, petugas ticketing gak nulis nomor flat bis di tiket gue. Hohoho, itulah yang bikin sopir dan kernetnya bingung saat itu. Dan akhirnya . . .
“Ya, udah Pak. Saya tetep ikut bis ini aja. Berapa kurangnya, biar saya bayar.” Kata gue, hhhmmmm . . . normeeeee . . . dalam keadaan kayak gini masih aja belagak sok banyak duit. Hahahaha . . . .
“Jangan, Mbak. Kasihan Mbaknya.” Kata pak sopir dengan ibanya ngelihatin gue. Pak sopir yang asli Jawa ini kayaknya nggak tega malak gue. Heeeehe.
Dan Sepertinya hari itu kemurahan tanganNYA sedang turun dengan sempurna. Keputusan pak sopir, dia bilang gue nggak usah bayar dan tetep ikut perjalanan selanjutnya. Alhamdulillah . . . . padahal tadi sempat gue mau ditinggal di terminal Tabalong buat nunggu bis selanjutnya. Karena kayaknya bis gue yang bener tuh adalah bis selanjutnya.
Oke, hampir saja gue diturunin. Dan akhirnya gue tetap duduk di kursi kernet. Subhanallah . . . duit gue nggak jadi berkurang, wehehehe. Sesuatu banget. Thanks God, thanks.
Perjalanan pun kembali dimulai. Berhubung saat itu perjalanan malam, jadi nggak bisa lihat pemandangan. Sekeliling sedang gelap-gelapnya. Awalnya perjalanan sangat mulus, man. Aspalnya mulus, lancar. Tapi pas di Kabupaten Tabalong, jalanan mulai berkelok-kelok dan agak menanjak. Samping menyamping juga udah mulai kelihatan siluet-siluet hutan yang lebat. Rata-rata kalau lewat daerah Tabalong emang bakal didominasi oleh hutan-hutan karet. Nggak terasa, sekarang udah memasuki daerah Tabalong yang dekat dengan perbatasan Kalsel dan Kaltim.
Pada pukul 09.30 WITA, bis udah memasuki wilayah Kaltim. Nampak kami semua disambut oleh gerbang selamat datang di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dari sinilah tiba-tiba saja track berubah lebih mencekam. Jalanan beraspal mulus udah nggak ada lagi, malah berganti dengan jalanan rusak. Hooohooo, bukan hanya jalan rusak, tapi juga menanjak dan sempit. Gelap udah pasti. Kalau gue persentasikan, sih . . . kayaknya rute Kalsel Kaltim 75 persennya adalah hutan.
Ceritanya emang kita lewat jalan aspal. Tapi sebenarnya kita sedang melewati daerah pegunungan yang berbukit-bukit dan . . . . samping menyamping adalah jurang yang menyuguhkan track-track menanjak. Bahkan katanya ada jurang juga, makanya perjalanan bis Pulau Indah Jaya selalu perjalanan malam, karena untuk menghindari penglihatan dari pemandangan jurang, biar nggak ganggu konsentrasi Pak supir ceritanya. Hahaha, kayaknya tuh jurang horror juga sampe enggan dilihat sama supir. Sampai bela-belain narik malam coba.
Yang jelas, perjalanan malam itu emang ngetrack banget. Terutama buat gue yang tepat berada di samping sopir. Gue ngelihat dengan sangat jelas sekali betapa kerasnya perjuangan pak sopir saat harus melewati tanjakan yang beraspal rusak dan tikungan setelah tanjakan, mana nggak ada lampu pula tuh, jalan. Halah halah . . . . butuh konsentrasi tinggi untuk melewatinya, apalagi bagi yang bawa sekian puluh nyawa orang, termasuk nyawa gue.
Banyak tempat-tempat sepi, maklum lah ini pada dasarnya adalah jalur hutan. Kalimantan geto, lokh. Hahaha. Mata gue saat itu awas. Yang namanya tanjakan, tikungan, hutan, sepinya . . . semua itu udah bikin gue nggak nafsu tidur. Nggak tega gue tidur, cuy. Sebenarnya udah ngantuk, sih. Apalagi pas jam udah nunjukkin pukul 11 malam. Mata gue udah tinggal 10 watt. Tapi ngelihat sopir di sebelah kanan gue dan kernet di sebelah kiri gue pada nggak tidur, yahhhh akhirnya gue juga ikutan nggak tidur. Belum lagi ya soal tanjakkan itu, tikungan itu, item-item itu bikin perasaan gue tetap awas, takutnya pak sopir lupa ngegas pas tanjakan, hehehehe.
Sungguh, kali ini gue baru tau tracknya Kalimantan. Beda sama di Jawa. Soal hutan nggak usah ditanya, lah. Tanjakkan dan tikungan serta lebar jalan yang sempit emang beda dengan di Jawa. Dan satu lagi, tiang listrik yang sangat jarang, rumah penduduk yang jarang-jarang, lebih horror daripada jalan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kalau track Jateng – Jatim masih mending rame, minimal macet lah. Lha ini, boro-boro ketemu macet, jalannya aja sempit, hutan, yang ada mogok kali ya??? Wkwkwkwwk.
Nggak sanggup nahan beban kantuk, akhirnya gue terkantuk-kantuk ketika bis udah mulai memasuki Kabupaten Paser. Dari sini gue udah mulai berkomunikasi dengan temen gue, Mbak Istiqomah, anak Kaltim yang berdarah Yojga. Nah, di rumahnya lah gue bakal nginap selama di Kaltim. Ooowwwyeaahhh.
Malam yang beranjak pagi akhirnya mengantarkan gue ke Kabupaten Penajam Paser Utara, tempat tujuan gue. Alhamdulillah, track melewati hutan itu akhirnya lewat sudah. Sekarang sudah memasuki jalanan yang rumah-rumah dan lampu-lampu mulai bermunculan. Rasa kantuk hilang, gue langsung sms mbak Qomah, melaporkan bahwa gue udah memasuki kabupaten tercintanya.
Waaaahhhhhh, saat-saat gue sedang terkantuk-kantuk, gue sempet-sempetnya disadarkan oleh kernetnya soal pemandangan di seberang. Saat itu bis udah memasuki wilayah di sekitar perkantoran Pemkab Penajam Pasir Utara. Medannya cukup tinggi. dari situlah nampak gemerlapan cahaya dalam satu lintasan di seberang sana. Penajam Paser Utara hanya dibatasi oleh teluk dengan Balikpapan. Yang gue lihat penuh dengan lampu-lampu dari kejauhan itu adalah sebuah daratan yang bernama Balikpapan. Sungguh menjadi hiburan tersendiri ketika menatapnya dengan kerlap-kerlip lugu. Gue yang tadinya baru bangun dan masih dalam keadaan setengah sadar, dan gue cukup terpukau dengan pemandangan yang gue lihat. Balikpapan terlihat sangat cantik bagi orang yang baru bangun kayak gue, dan baru menempuh perjalanan 8 jam dari Kalimantan Selatan. Sebuah ucapan selamat datang yang indah. Tapi, tujuan gue bukan ke sana.
Okaiii, atas intruksi Mbak Qomah, gue harus nunggu di pelabuhan. Pas banget, bisnya juga bakalan berhenti di pelabuhan. Sesampainya bis di pelabuhan, nggak nyampe berpuluh-puluh menit, Mbak Qomah udah datang jemput gue. Wehehehe . . . . Alhamdulillah, malam itu sangat indah, indah sekali ketika pukul 2 pagi yang bersangkutan harus bela-belain naik motor malam-malam Cuma buat jemput gue di pelabuhan. Hahaha.

Lost Sunset at Semilir Beach
15 November, rencananya mau ke Pantai Semilir buat nyari sunset. Yaapp, tema liburan kali ini tuh mau nyari sunset di pantai. Dapat nggak dapat yang penting kita nyari dulu. Akhirnya sore-sore setelah makan siang dan istirahat, gue sama Mbak Qomah langsung merapat ke rumah Ka Amin di Api-api.
Di tempat inilah gue sama Mbak Qomah dan Ka Amin menghabiskan waktu sore itu. Hehehe, kebetulan di pantai ini ada jembatan panjang banget. Biasanya selain dipakai buat bersantai, jembatan ini juga dipakai buat mancing. Sambil menyejukkan diri dengan hembusan-hembusan angin khas pantai, sambil ngobrol ngalor ngidul nggak jelas. Nah, di Pantai Semilir ini juga lagi diadakan persiapan buat acara pesta pantai. Pas gue ke sana baru persiapan, hehehe. Acara intinya entar minggu depan, gan. Walaaahhhh, kurang pas euy timingnya.
Sore itu mendung, alamat nggak dapat sunset. Waaahhhh, tapi masih aja optimis bahwa mendung hanya sebentar. kami pun duduk-duduk melepas penat perjalanan di jembatan yang mengarah ke laut lepas. yeaaahhh, mendung-mendung tapi tetap gaya . . .  hahahaah.

anak-anak berlarian . . . . yeeepp, free like a child . . .



nah, Jadinya, sambil nunggu senja, gue sama Mbak Qomah juga Ka Amin akhirnya merapat ke tempat penangkaran rusa dan sapi yang tempatnya nggak jauh dari Pantai Semilir. Di penangkaran ini masuknya gratis, bro. Alhamdulillah . . .
Selain lihat rusa juga bisa ngasih makan rusa, maunya sih juga bisa makan daging rusa, biar komplit hhahaha. Pas banget di belakang penangkaran rusa ada bukit-bukit dengan rumput yang berwarna stabilo. Wah wah . . . pengen lah ke sana juga. Akhirnya kami bertiga naik motor buat muter-muter bukit sambil lihat-lihat pemandangan. Sejuk, euy. Apalagi suasananya mendung. Dari bukit-bukit ini juga bisa lihat pantai Semilir dari jauh. Aseeekkkkk.
Nah, selain rusa, juga ada sapi, gan. Nggak hanya sapi lokal, tapi tempat ini juga menyediakan 2 ekor sapi Australia. Kami bertiga menyebutnya sapi bule. Dan emang penampilannya beda sama sapi lokal. Yang sapi bule ini lebih besar dan mirip bule, wkwkwkwwk. Untuk lebih jelasnya silahkan dilihat, cuy.

suasana peternakan sapi dan dan penangkaran rusa di Api-api


belajar jadi penangkar rusa. nih rusa tanduknya sering dipotong buat obat. obat apaaaaa???? hhhmmm, kasih tau gak yaaaaaaawwww???? silahkan tanya ke mbah google dan mbah-mbah yang lainnya, wkwkwwkwk . . . 

gue sama sapi Australi, sapinya bule, hehehehe

Tadinya, tuh mau muter-muter penangkaran jalan kaki. Tapi mengingat medan yang cukup luas, jadi akhirnya pake motor. Kalau nggak ya rempong juga, nih badan. Okai, sepertinya sudah waktunya kembali ke pantai. Tapi sepertinya juga sunset nggak bakal kelihatan. Karena mendung nggak beranjal dari tadi dan malah tambah gelap saja sore itu. Oohhhhh, agak kecewa. Dan untuk menutupi kekecewaan, ya sudah . . . mari kita bubar aja. Kebetulan Ka Amin lagi puasa. So, kita beli minuman dan gorengan buat disantap di ujung jembatan. Rasanya nikmat sekali menyantap gorengan di atas laut, dengan ombak dan anginnya. Tentu saja sambil bercerita. Tanpa sunset pun sore itu tetap indah . . . .

Secret Paradise of Penajam Paser Utara
Mwasssiiiihhhh ngwaaannnnnttttuukkkkkk . . . .
Pagi di Penajam Paser Utara msih berdekap embun dan mendung. Makanya perasaan ini mikirnya kasuuuuurrrrr trus. Hahaha. Apalagi tadi malam hujan cukup deras dan rintik ketika subuh. Akhirnya sekitar pukul 7 pagi gue masih meringkuk di tempat tidur. Waaaduuhhh, malu-maluin banget yach. Hahahah.
Pas bangun, Mbak Qomah udah nonton tv dan langsung nyuruh gue makan bihun, padahal gue aja baru bangun dan belum mandi. 
Hari sabtu ini, Mbak Qomah berserta rombongan yang terdiri dari Shiva (Ponakannya) dan dua orang kakaknya yang kebetulan banget, kakak iparnya adalah Kakak alumni kampus gue, hehehehe . . . mereka rencananya mau ke toko yang jualan gorden. Maklum, keluarganya Mbak Qomah emang lagi pada nyari-nyari gorden yang sesuai sama warna dinding kamar.
Nah, setelah kelar acara di toko gorden, next . . . . kami ke pantai lagi.
Tadinya gue nggak tau kalau ternyata habis dari toko gorden tujuan selajutnya adalah pantai. Makanya gue memilih buat gak ikut. Tapi Mbak Qomah maksa-maksa, ya udah akhirnya gue ikut juga.
Berbeda dengan yang kemarin. Penajam Paser Utara hari ini lagi cerah-cerahnya. Pas melewati daerah Petung aja udah kelihatan biru langitnya dan awan-awan putih. Weleehhh, giliran gue mau pulang kok cerah, gan??? Hahahaha. Jadilah kami semua langsung tancap gas menuju pantai Tanjung. Tempatnya bukan di Api-api seperti pantai Semilir kemarin. Tempatnya ada di Kelurahan Salo Loang, tepat di belakang kantornya Mbak Qomah, wahahahaha.
Enak banget nih Mbak, pulang kerja bisa duduk-duduk santai dulu di pantai. Suasananya pun damai banget. Jalanan yang lengang dan pohon-pohon kelapa yang berbaris rapi di pinggir jalan. Di sini juga bakal lo lihat gimana akurnya sapi sama burung bangau putih. Merek sama-sama sedang mencari makan di runput-rumput yang tepat berada di bawah pohon kelapa. Asri banget pokoknya.
Sebelum nyampe ke lokasi pantai, gue udah lihat pemandangan laut dari jalan. Warna yang berlapis-lapis biru dan hijau, wooooo bagusnyaaa . . . .
Mobil yang dikemudikan Kakak iparnya Mbak Qomah belum juga berhenti. Katanya Kakak iparnya ini sangat hafal dengan daerah Salo Loang ini, apalagi pantainya. Okeh, kita serahkan pada ahlinya . . .
Nggak lama kemudian, nyampe juga di pantai tempat tujuan . . . . 
waaaaahhhhhhh, pantai ini . . . . yang pertama terlintas di benak gue saat pertama kali melihantnya adalah . . . lagu Netral yang judulnya liburan dan lagu Mahadewi yang dinyanyikan Padi. Cocok banget, braadddd.
Berlibur di nirwana, cuci mata ganti suasana. Berburu pantai pasir putih, lautan biru matahari. Liburaaaaannnnn . . . .
Mengejar gulungan ombak, berlari dimainkan angin, menatap awan merubah rupa, langit latah berganti warna . . . .












 asli, nih foto fresh from hape gue. gak pake edit, dan bener nih pantai udah menggeser posisi pantai-pantai yang ada se-Gunung Kidul di Yogyakarta, yeaaahhhhhhh. this is secret paradise . . . . from Borneo island.

Assseekkk, yang di atas itu kutipan lagu Netral. Kena banget momentnya. Nggak nyangka gue di tempat seperti Penajam Paser Utara yang merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Paser. Hhhmmmm, great beach banget. Gue jamin nih pantai sanggup ngalahin seluruh pantai yang d di Kawasan Gunung Kidul Yogyakarta.
Di sini pantainya lebih luas dengan hamparan pasir yang terpotong-potong oleh aliran air laut. Jadi, kalau lo berada pada daratan berpasir, lo masih bisa nyebrang lagi ke daratan berpasir di sebelahnya yang hanya dibatasi oleh aliran air laut sebatas lutut. Dan potongan-potongan pasir itu luaaassss . . . . saingan luasnya dengan langit dan awan cerah yang menaungi pantai Tanjung. Indahnya, maaaakkkk.
Berhubung lagi bawa anak kecil, nih nggak seru kalau nggak lari-lari. Akhirnya kami bertiga, gue, Mbak Qomah dan Shiva pada lari-lari di luasnya hamparan pantai Tanjung. Anginnya nggak deras-deras amat, tapi secara konsisten mengikuti kemana langkah kami berlari. Sementara di daratan pantai yang lain, ada burung bangau yang sedang berjemur lalu terbang ke laut ketika mau kami dekati. Asyikkknnyaaaaa . . . .
Kalau mau surfing, jelas nggak cocok. Ombaknya terlalu tenang buat surfing. Tapi kalau mau ngecamp sambil menikmati sunset atau sunrise, berjemur atau berlari-lari kayak kami, yah . . . cocoklah.

gak cocok buat surfing, tapi kalau buat ciprat-cipratan bisa lah.


Semuanya didukung oleh hari yang cerah, membuat pantai menjadi indah. Saing keasyikkan dengan suasana pantai dan indahnya view hari itu, nggak terasa kami sudah berjalan dan berlari nyampe hamparan pasir paling ujung. Dan mobil kakak iparnya Mbak Qomah udah Nampak kecil dari posisi kami berdiri. Owowowow, udah saatnya kembali, nih.
Kami pun kembali dengan jalur yang sama. Tapi agak bingung juga, heheheeh maklum lah banyak daratan pasirnya. Hhmmmm, berjalan bersama angin lembut dengan background laut lepas yang biru dan hijau, jadi mirip adegan di video klipnya Padi di lagu Mahadewi. Kereeeennnnn. Kalau kita berdiri sejenak di bagian daratan berpasir yang menghadap ke laut, maka lo bakal lihat betapa langit dan awan juga menyaksikan kita dengan binar cerahnya. Indah banget, asli.
Hhhh, ngos-ngosan ngajak lari anak kecil. Terbingung-bingung melihat beberapa burung bangau yang terbang rendah lalu meninggi lagi ketika melihat kami, terkagum-kagum dengan langit luas dan awannya yang megah. Wah, indah banget. Pokoknya yang baca nih, tulisan kudu ke sana. Bawa tenda, bawa alat pemanggang, dan nikmati betul-betul suasananya dari pagi sampe malam. Hahahaha.


Gue nggak bisa berlama-lama di sini. Sebenarnya masih pengen, sih. Mau nikmatin pantai Tanjung pas sore, kayaknya sorenya mantab nih. Sunsetnya dapat, wuaaaaahahahha . . . gak pengen pulang gue. Tapi senin udah kerja. Hhmmmm.
Mungkin belum berjodoh dengan sunset. Jadi, cukup siang ini di pantai Tanjung udah ngasih gue view yang subhanallah banget, thanks Ya Allah . . . 
ekooooo, sekian dulu ngetrip kita di long weekend kali ini. ucapan terima kasih untuk Mbak Qomah serta keluarga, Pak Peno selaku sopir bis Pulau Indah jaya yang masih mau nerima gue sebagai penumpang, walaupun status gue penumpang gelappp, hahahaah . . .  buat Bang Rizki selaku kernet yang masih sempet ngebangunin gue buat lihat Balikpapan dari kejauhan, buat Abah dan Mama atas ijin dan sudah bersedia menajdi sponsor utama trip kali ini, ini untuk pertama kalinya disponsorin, hohoooo terharu, dan buat semua yang tak tersebutkan namanya, thanks banget. hehehe . . .
teruntuk yang Maha Indah, sekali lagi, Kau restui diri ini menikmati keagungan pantai dan item-itemnya yang nggak semua orang bisa menikmatinya. 
salam kompakk, cuy.

10 November yang lalu

yuuuhuuuuuu . . . . yeyeyeyewww. ekhheeemmmm . . . . gimana gimana saudara-saudara sebangsa setanah air dan seperjalanan . . .????? long time no climb, neh gan. kesibukkan baru telah menenggelamkan gue ke dalam sumur .. . . hahaha. sempet mati gaya, ketika yang lain pada planing ke gunung sana . . . ke gunung sini, ke pantai sana dan ke pantai sini . . . sementara gueee . . . masih bertahan dengan sangat machonya di sebuah Kantor yang bernama . . . Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah, wehehehe. untuk saat ini pengabdian emang berada di atas segalanya, gue sedang belajar akan hal itu. hhhhh, semangat, coy.

nah, sekedar mengisi waktu luang, dan berdasarkan prinsip hidup gue bahwa senin - kamis adalah wajib dan jumat-minggu adalah sunah, sooooo . . .. hari ini adalah waktunya untuk . . . . eksploring, guys. berhubung hari yang cantik ini adalah tanggal 10-11-12, dan bertepatan dengan hari Pahlawan, gue punya acara sendiri buat ngerayainnya. simple, tapi insya ALLAH dapat menginspirasi. hahaha,oke okeee??? lo semua udah siap???? kencangkan sabuk pengaman anda, dan kita meluncur ke dapur, let's cook, mamen . . .

pertama-tama, kita nyiapin bahan dulu. standar lah. legenda klasik jaman dulu. bawang merah dan bawang putih. kebetulan banget tema kita hari ini adalah merah putih, men.

belum lengkap kalau belum digoreng dulu. kebiasaan di rumah gue emang gitu, sob. sebelum diulek, bawang merah dan bawang putihnya digoreng dulu. nah, setelah digoreng, campur sama garam dikit dan gula secukupnya. dont forget . . . TERASI . . . heheh

untuk bagian ini gue bikin yang berwarna putih dulu. yang merah gue bikin dari nasi goreng yang putih. okeeeehhh . . . next, NGULEK.
GILAAAAAA, keringetan nguleknya. maklum . . . ulekannya terbuat dari batu yang bobotnya 100KG. hahahaha . . . gue boong banget. yyuuuu . . . kalau keringatan, keringatnya netes pelan-pelan dan mencampuri ulekan gue, wuuiiihhhh . . . pasti makin mantab aja sambal bikinan gue, neh. karena emang keringat adalah bumbu tambahan yang menyehatkan untuk masakan. wkwkwkwkw . . . lo yang baca, plis jangan muntah. haaaaa.

setelah ngulek, sambalnya langsung aja dimasukkan ke wajan yang udah gue kasih minyak tanah, wahahaahah . . . ya minya goreng lah, bossss. hhmmmmm, aromanya semerbak. tentu saja keringat gue udah bikin aromanya jadi lebih khas, hahaha, makin stres aja ya.

langsung, dah masukkin telor dan diacak-acak tuh telor ceplok pake FREE STYLE COOKING. baru, deh masukkin sepiring nasi. and yeeeepppp . . . silahkan gunakan gaya terserah lo. kalau gue, sih pake free style cooking dengan variasi berupa mukul-mukul wajan sebagai bentuk dari ritme memasak yang memelodi dalam alunan jiwa, ttsaaaaaahhhhh . . . .

okee sip, bos. bagian yang putih udah jadi.
bikin bagian yang merah, tinggal ditambah sambal botolan aja. sebenarnya bisa pake tomat. yah, suka-suka aja. gimana enaknya buat lo. kalau lo masih tanah nahan lapar, ya sok aja mau ngulek tomat. tapi kalau yang udah kelaperan, pake bunyi keroncongan di perut, tambah lagi mulut lo yang mulai meneteskan air liur, ya mending nggak usah ambil resiko. daripada lo dikira epilepsi, mending bersegera aja masukkin tuh sambal botol ke wajan.

eeeyyeehh, bagian merah dan putih udah bersatu. hhmmmm, saatnya dibentuk. kali ini gue pake bentuk yang melambangkan sebuah rasa . . .

kita akan bentuk dua bagian warna tersebut menjadi bentu amor, heheheh. ini bukan dalam rangka VMJ yaaaa. iya kalau amornya warna pink, okelah pake VMJ. tapi yang ini warnanya merah putih, warna bendera Indonesia, merdeka.

tinggal dikasih mata sama hidung dan jangan kelupaan ngasih bibir yang sedang tersenyum. pake sozis aja, ya. hehehe . . . maklum, udah lapar beraaattttt . . .  kagak sempet ngiris-ngiris timun.
okaaaiii, TARAAAAAAA . . . .



ketika kita mengibarkan bendera merah putih di seluruh penjuru Negeri ini, jangan lupa untuk mewujudkannya dalam bentuk lain yang tanpa mengurangi rasa cinta kita kepada bangsa ini. hari ini, merah putih juga berkibar di dapur. hhmmmmm . . . tapi, bukan berarti karena rasa cinta maka nggak boleh memakannya . . . justru dengan nggak memakannya maka kita sudah menyiksanya, menjadikannya basi, dibuang, tanpa memberikan manfaat bagi orang-orang.

paling nggak, inilah persembahan sebuah mahakarya sederhana dari gue, yang hari ini nggak bisa ikut apel untuk memperingati Hari Pahlawan. hahahaha, salam merdeka, dan makmurkan hidup para veteran, yeeeaaahhhhhhh.