Sabtu, 15 Oktober 2011

Gue, Bakso urat, Mie rebus, kuda, LA, Ubi Cilembu dan PERSIB (ekspedisi UBI CILEMBU, Sumedang Part II)


15 Oktober 2011

Menurut gue ini bukan pesiar panjang. Tapi akan lebih cocok dan mantaeb dan geulis pisan apabila disebut dengan pesiar kepanjangan. Gue udah mikir: BANGKRUT GUE KALAU PESIAR MODEL BEGINI. Ceritanya gue lagi menjalankan program nabung buat ekspedisi, hehehe. Makanya . . . dari barak gue udah niat gak bakal kemana-mana alias stay di barak wae. Tapi bukan berarti gue nggak keluar. Gue harus tetap keluar. Karena gue mesti ambil baju PDP gue di kostan sekalian ke Batu api buat balikin buku.
Dalam perjalanan menuju Batu Api, gue di SMS sama salah seorang rekan seangkatan gue. Wong BWI alias Banyuwangi. Ketua kelompok gue pas Praktek lapangan di Kuningan. Mas Yudi arek Jatim ini bilang kalau dia mau ke Sumedang sama temennya yang juga satu angkatan sama gue. Namanya Alfian, nama bekennya Fian dari Maros Sulsel (itu lho, bos. Daerah yang banyak kupu-kupunya di Sulsel). Gue ditanyain mau pesiar kemana. Gue jawab aja dalam keadaan bingung dan nggak jelas tujuan. Entah kayak gimana struktur gue berpikir waktu itu, hingga gue bilang . . . JOIN ke trip mereka berdua ke Sumedang. Yaappp . . . jadilah:
3 ORANG PENTING
3 ORANG KEREN
3 ORANG GAK JELAS
Akan menuju Sumedang . . .
Mas Yudi kayaknya terprovokasi oleh foto ubi Cilembu yang gue tampilkan secara tidak beradab di postingan blog gue yang lalu. Makanya . . . Mas Yudi yang juga satu jurusan sama gue ini NGIDAM BERAT sama yang namanya Ubi Cilembu yang terkenal di Sumedang ini. Wah wah wah, gue nggak bisa bayangkan. Kayaknya dia nafsu banget mungkin pas lihat foto Ubi Cilembu yang sedang dalam keadaan terbuka dan matang dengan warnanya yang khas wrna kuning, bonus lelehan madu pula. Hhhhhhhmmmm . . . hanya orang bego kayaknya yang nggak tergoda. Hahhaha . . . tuh ubi cilembu emang sengaja gue tayangkan dengan vulgar tanpa perasaan bersalah. Hahahaha . . .
So, target operation kita adalah . . . UBI CILEMBU. Bada Zuhur, sekitar pukul 12 lewat kita check point dulu di depan kampus IPDN. Lanjut dengan naik angkot 04 jurusang Sumedang. Baru gue nyadar . . . teman ngetrip gue pesiar kepanjangan kali ini emang KUMPULAN ORANG-ORANG PALING KEREN. Selama perjalanan entah udah berapa “korban” yang diajak ngobrol sama Mas Yudi. Emang Mas Jatim satu ini public speakingnya apik tenan. Cocok lah, dia udah punya modal dasar buat jadi promotor obat-obatan di pasar, hahahaha . . . maksud gue, udah punya modal dasar buat jadi Lurah. Komunikasinya bagus, padahal SKSD juga pada intinya wkwkwkwkw . . . ngga juga lah, gan. Sebagai salah satu wujud membantu lembaga, katanya masyarakat masih ngira IPDN itu ada kekerasannya. Padahal . . . haaddeeehhhh . . . up date dikit lah.
Sekarang mah di IPDN udah gak level lagi ngomong kekerasan. Lha wong akhir-akhir ini yang bikin ribut justru aerobik pagi dan jaga serambi . . . sepele banget saudara-saudara . . . lagian, kalau lihat orang-orang kayak Mas Yudi, yang lebih mirip Eko Patrio (coba lo entar lihat foto mas Yudi. Taruhan kita . . . mirip Eko Patrio atau mirip Leonardo Dicaprio) atau kalau orang lihat Fian yang lebih mirip Parto OVJ, masa sih, masih sempet mikir di IPDN masih ada kekerasan kalau muke-mukenya aja begono. Dan itu baru Mas Yudi dan Fian, belum lagi lo lihat Praja yang lain. Gue nggak jamin anggapan IPDNsoal kekerasan itu masih ada. So, yang bilang IPDN itu kekerasan . . . gue nggak bakal ngajak lo ke Gaza buat perang senjata, cuman kayanya lo perlu tau juga IPDN dari praja yang udah menetap selama 3 tahun dan menjalani hidup sebagai praja selama 3 tahun, bukan denger berita dari orang-orang yang hanya melihat sekilas dari IPDN dan masa lalu (pembelaan nih, ceritanya).
 Tapi emang gitu, bos. Di angkot . . . ada aja yang dia ajak ngobrol. Ibu-ibu, Teteh-teteh yang dari UPI sampe anak SD. Lain Mas Yudi, lain lagi gue. Gue pas angkot udah jalan di daerah mana, yang jelas Sumedang masih jauh kayaknya, ehhhh . . . gue ketiduran. Bahaya banget, tapi mungkin itu sugesti kali ya. Karena gue jalan sama dua orang cowok, di pikiran gue kayaknya bakal aman-aman aja kalau gue ketiduran. Coz . . . gue ngantuk setengah mati. Nguap aja kayaknya udah belasan kali. Mana perjalanan ke Sumedang setengah macet pula, cuacanya hareudang . . . dang . . . dang . . . dang . . . tepar lah gue di bukan pada tempatnya. Lebih tepatnya di belakang kursi sopir. Haaaaa, untung gue nggak tidur sandaran di punggung Aa Sopir. Waa, bad romance jadinya kayak Lady gaga. Wkwkwkwk. Yang jelas ini yang terparah. Ketiduran di angkot. Nggak biasanya, gan. Biasanya gue selalu waspada. Mata gue non stop kebuka. Mata gue awas, karena gue takut seperti yang dibilang Abah gue setiap kali gue mau ngetrip. HATI-HATI COPET, NAK!!!!
Begtiulah, parah banget. untung gue nggak sampe ngiler. Kalau sampe iler gue keluar dan dengan gagahnya menghiasi kursi angkot sopir itu . . . bukan parah lagi namanya, tapi RUSAK. Hahaha. Tapi gue malu juga sama dua orang partner gue yang katanya selama gue tidur sempat manggil-manggil gue. Tapi gue udah nggak sadarkan diri, sikon gue waktu itu udah kayak diinfus, salah . . . dibius maksud gue. Fian lain lagi, autis juga selama diangkot. Awal-awalnya ngajak ngobrol gue. Cerita ini dan itu, tapi gue sory banget, Fian. Cerita-cerita lo selama di angkot tuh ibarat dongeng sebelum tidur. Indah banget, bikin gue tambah semangat buat tidur.
Sumedang . . . kami DATANG . . . dengan setengah mengantuk gue turun dari angkot. Terus kita pada nyari makan siang dulu. Padahal sebelumnya kita bertiga udah melakukan analisa. Ya, analisa. Kami menganalisa tentang perlu nggaknya makan siang. Karena kemungkinan kalau kami ke rumah Ka Oman kita bakal dikasih makan (NGAREEEPPPPP . . . PAKE   P) karena kebiasaan seorang kakak senior kayak gitu . . . tapi berhubung udah lapar banget, dan untuk menghadapi kemungkinan terburuk yakni Ka Oman nggak ngasih kita konsumsi selama di rumahnya . . . maka kami mengambil kesimpulan . . . KAMI MAKAN DULU.
Kami makan di warung bakso Ijonk. 







ini mangkok bakso yang ke duanya Alfian (huaaaa, dalam rangka apa nih nambah bakso kayak orang lagi ngamuk aja bro.

Kami bertiga sama-sama mesan bakso urat pake mie. Nah, kalau di angkot wataknya Fian belum kelihatan. Hanya sebatas cerita-cerita sama gue dan Mas Yudi. Ternyata karakternya semakin kuat waktu makan di warung Bakso Ijonk ini. Gilaaaaa . . . gue aja belum habis satu mangkok bakso, dianya udah mesan satu mangkok bakso lagi . . . rupa-rupanya saudara-saudara . . .ckckckckckc . . . terbuat dari apakah perut Praja asal Maros ini. Ngakunya udah lama nggak makan bakso urat, haaaahhhh . . . gue nggak percaya. Nampaknya emang nih cowok cinta mati sama yang namanya makan. Hahahha . . .
Kenyang . . . kita lanjutkan perjalanan. Waktu itu udah menunjukkan pukul 2 siang. Kita bertiga naik angkot 02 ke Babakan buah, nama daerah tempat Ka Oman bermukim. Setelah nebeng angkot sekitar 30 menitan, kita nyampe di sebuah pertigaan yang jadi tempat mangkal para tukang ojeg. Di situlah ada papan plang yang bertulisan Babakan buah. Next . . . kita naik ojeg  dan ternyata pemirsa . . . jalan menuju rumahnya Ka Oman (the next target operation kita) jalannya rusak dan nyaris offroad. Rupanya pengaspalannya kurang sempurna. Tapi nggak papa, udah biasa bro. biasa juga jalan kaki ke Manglayang, kalau hanya jalan di jalan yang rusak, naik ojeg pula . . . kayaknya bukan hal besar yang layak untuk dikeluhkan, Juragan . . . ya nggak . . .????
Nah, formasi naik ojeg kita rencananya Fian dan Mas Yudi barengan. Jadi mereka bertiga bareng tukang ojegnya. Sedangkan gue . . . ya, gue sendiri lah. Berdua bareng tukang ojegnya. Ternyata saudara-saudara . . .
BANNYA KEMPES . . . AJJIIIIIBBB . . . 

gue nggak ngerti, nih. Kayaknya ini efek dari bakso urat yang disantap Fian sebanyak dua mangkok itu. Fiannya nggak overdosis, tapi bannya tukang ojeg yang malang itu yang overdosis angin, ekwkwkwkwkw . . . jadi formasinya diganti. Satu orang untuk satu ojeg. untung aja Pak tukang ojeg itu gak minta ganti ban ke kita. dan hingga gue nulis cerita ini alhamdulillah . . . gue belum denger, baca dan lihat ada berita di media yang memberitakan bahwa ada 3 ORANG PRAJA IPDN DITANGKAP POLISI KARENA MENJADI TERSANGKA KASUS PENGEMPESAN BAN MOTOR TUKANG OJEG.DI DAERAH SUMEDANG. biasanya kan gitu tooohhhh kalau ngeberitain IPDN, (harus lebay lah katanya . . . ampuunnn.)
Dan . . . welcome to the Ka Oman’s home . . .
Disambut dengan sangat ramah oleh Ka Oman dan dua orang kawannya yang ternyata kakak tingkat juga angkatan 17 dari Sukabumi. Tapi mereka udah pada mau pulang. Nama beliau Arlan. Ya itu lah sudah. Pertemuan antara senior dan junior. Selama di rumah Ka Oman (Purna Praja asal Sumedang) kami disuguhi mangga, kudapan-kudapan, Mie rebus (yang dibikin Ka Oman secara LIVE FROM SUMEDANG). Jadilah hari itu kenyang 100% gan. Apalagi Fian, udah makan bakso dua mangkok. Dikasih mangga, dikasih mie rebus pula. Aiiihhhhh . . . overdosis juga nih anak.
Selain makan-makan, kami juga punya tujuan lain. Kita-kita pada ngobrolin LA, alias laporan akhir. Ini sebenarnya juga proyek Mas Yudi dan Fian. Kalau gue ngiring wae mah, sekalian juga lah gue mau nanya soal LA gue. Emang bikin pusing, dan kayaknya rata-rata mahasiswa tingkat akhir emang punya problem yang sama. Yakni LA. Sebagai salah satu syarat utama untuk lulus. Hhhmmm . . . jadi acara talk show tuh di rumahnya Ka Oman. Talk shownya ada acara makan-makan pula. Kick Andy aja mungkin kalah sama acara kita nih, secara Kick Andy kan gak ada kegiatan makan-makan mangga, apalagi sampai pakai acara cuci piring, wakakakaka . . .
Obrolah tentang LA cukup santai. Mungkin inilah enaknya kalau kita konsultasi LA sama Kakak senior. Lebih santai dan lebih masuk ke otak dibandingkan dengan Dosen. Kalau sama Kakak senior cara menyampaikannya easy listening (emang lagu apa ya????) dan easy understanding. Gak pake istilah-istilah ilmiah yang terlalu banyak. Yang penting ngerti aja. Dan yang paling penting adalah . . . MOTIVASI. Yap, kita butuh banget dengan yang namanya motivasi. Salah satunya adalah motivasi dari kakak senior kita, dari motivasi itulah kita akan dapatkan inspirasi dan mampu menjalani proses penyusunan LA dengan lancar dan senang hati juga menikmati.
tapi kalau dari foto ini gue bingung, lagi ngomongin LA atau ngebelah mangga?? nah, yang pake kaos IPDN mirip sama Parto OVJ kan??? terus yang megang LA mirip Eko Patrio, kan??? so pasti, gan.

Hhhhhh . . . puas nge-LA bareng Ka Oman dan dua barudak nggak jelas yang ceritanya belum pada dapat judul dan mau curhat sama Ka Oman, kesimpulannya adalah, segera susun LA. nggak perlu yang WAH LAnya. yang paling penting lo ngerti sama LA lo sendiri, dan jangan keseringan nunda. jangan keseringan nunggu, kerjain dari sekarang, nyicil dari sekarang. GO LA, SEMANGATTT!!!!!.
kami pun pulang. Sebelum pulang, kita sempetin foto-foto di sekitar rumah Ka Oman. 









Nah, pulangnya kita waktu jam udah menunjukkan pukul 5 lewat. Tekhnis kepulangan kita adalah . . . Ka Oman nganterin Fian sama Mas Yudi dulu ke pusat kota Sumedang. Tadinya mau gue yang duluan diantar. Tapi karena gue cewek, kayaknya aneh juga kalau gue sendirian nongkrong di pinggir jalan buat nunggu mereka. Jadi lebih baik gue nunggu di rumah Ka Oman. Setelah selesai nganter Mas Yudi dan Fian, baru Ka Oman balik lagi ke rumahnya buat jemput gue. Waktu Ka Oman tiba di rumah, UDAH MAGHRIB BRO.
Firasat gue udah nggak enak aja tuh. Gue udah mikir bakal telat. Haaddeeeehhh . . . selesai shalat, baru gue sama Ka Oman chaw. Perjalanan cukup jauh ternyata saudara-saudara . . . mana macet pula. Terus Mas Yudi nitip beli ubi Cilembu. Maklum . . . target utamanya kan Ubi Cilembu. Jadi, gue sama Ka Oman markir dulu di depan Rumah makan pondok dayak buat beli Ubi Cilembu yang tepat berada di samping rumah makan itu. Gue beli 1kilo yang harganya 15 rebo. Lalu kita langsung go lagi.
Nah, ini dia begonya gue. Pas udah mau deket sama lokasi Fian sama Mas Yudi lagi mangkal, Ka Oman tuh ada bilang sesuatu sama gue. Tapi gue mendadak budeg. Maklum lah . . . itu lagi di jalan. Jalannya lagi malam minggu dan rame banget. gue nggak jelas dengernya. Dan pas udah berhenti . . . gue baru tau . . . kalau ternyata . . . tadi Ka Oman nyuruh gue buat nelpon Mas Yudi supaya segera memberhentikan bis yang di depan. Ka Oman bilang kalau bis yang ada di depan kami adalah bis yang tujuannya ke kampus kita. Tapi GUE NGGAK NGEHHH . . . alamaaakkkk . . . aasseeemmmm . . .
Gue ngerasa bersalah. Bersalah banget . . . kenapa gue bisa sebego itu???? Akhirnya kami kehilangan kesempatan emas untuk bisa pulang dengan bis itu. Hasilnya kita harus menunggu bis lagi. waktu itu udah pukul 7 kurang. Kita udah panik. Panik banget. pasalnya . . . sampe mau mendekati pukul 7 malam . . . bis yang dari tadi sangat kita harapkan BELUM MUNCUL JUGA PEMIRSA . . . kalau digambarin kondisi waktu itu emang agak memprihatinkan. Pikiran gue berkecamuk. Walaupun dua partner gue yang selalu optimis itu selalu menyemangati gue agar tetap optimis juga . . . tapi tetep aja susah bro. secara beberapa waktu yang lalu gue pernah telat masuk kampus 3 HARI. Gue trauma ceritanya, hahahaha . . .
Saking hampir nggak ada harapannya, Ka Oman sempat ngasih usul gila ke kita. Dia bilang cegat mobil aja, minta dianterin Ke Jatinangor. Karena kalau pakai angkot 04 pasti lama. Ngetem dulu soalnya. Wahwahwah . . . usulnya Ka Oman yang ekstrem itu udah bikin kita bertiga cukup terpengaruh. Hingga akhirnya kita sok-sokan ngasih kode ke mobil yang lewat supaya mobil itu berhenti. Kita udah coba dengan sangat keras . . . tapi saudara-saudara . . . apa lah daya . . . NGGAK ADA SATUPUN YANG NGERTI SAMA KODE KITA. Ya Allah . . . Ka Oman bahkan sempat turun tangan dengan ikut melambaikan tangan supaya ada mobil yang ngerti dan berhenti serta mau memberi  tumpangan ke kita. Haddeehhh . . .
Udah jam 7. . . gue udah pesimis. Sementara yang lain tetap optimis walaupun pada panik juga akhirnya mereka. Sampai dua rekan gue bilang: tenang . . . 2 menit lagi pasti ada Damri yang lewat. Gue kagum sama mereka. Di kondisi kepepet dan terdesak kayak gini . . . mereka masih bisa optimis. Sementara gue masih belum tenang, dan sepertinya gue harus belajar dari mereka.
Nasib kita ada di ujung tanduk. Gue udah pasrah waktu itu. Sambil tetap nyoba ngasih kode ke mobil yang lewat, ternyata malam minggu itu lagi pada ada acara masing-masing kayaknya, makanya nggak ada satupun mobil yang stop. Padahal kita udah panik setengah mati. Khawatir, harap-harap nggak jelas. Udah kayak mau mati . . . sungguh mendebarkan. Sempat gue mikir, kondisi bikin panik kayak gini jauh lebih memacu adrenalin daripada naik gunung. Gue dag dig dug, takut telat, takut nggak ada bis, gue mikirnya udah nggak karuan.
Hingga azan Isya berkumandang . . . dan . . .
“ADA BIS . . . ADA BIS . . .” seru Mas Yudi dan Fian.
Kami pun segera bersalaman dan mengucapkan terima kasih ke Ka Oman. Dan langsung cabut.
Di dalam bis lain lagi. udah lega??? Jujur . . . gue belum lega. Dan inilah saat-saat sulit gue. Hancur dah pokoknya. Nih, bis yang ongkosnya ternyata lebih mahal 2 rebo dari yang dibilang Ka Oman pas sebelum kita naik bis, yakni 7reboan ini jalannya kayak siput (TEORI BERBANDING TERBALIK DENGAN PELAKSANAAN). Laaaammmaaaaa bangeeetttt . . . sementara jam udah menunjukkan pukul 7 lewat 20 menit. Gue nggak langsung lega. Gue malah tambah curiga. Kalau jalan bisnya kayak keong gini, kapan nyampainya.
“Ya udah. Entar kamu coba tanya aja sama Bapak sopir.” Usul Mas Yudi. Gue setuju, dan tepat pukul setengah 8, gue langsung beraksi dan bertanya kepada Pak Sopir.
“Pak, punteun. Kira-kira nyampe Jatinangornya kapan ya Pak???” Tanya gue dengan muka memelas dan terus terang gue udah lemes banget waktu itu. Udah mulai pucat, kedinginan pula gara-gara bisnya ful AC.
Bapak Sopir menjawab dengan sangat enteng: “Ya paling besok pagi baru nyampenya, Neng . . .”
ALAMAAAAKKKKK . . . kenapa juga nih, sopir jawabannya kayaknya nggak niat banget. Sumpah, gue langsung bad mood waktu dia jawab gitu. Dia pikir ini lagi main overa van java apa ya. Ini lebih cocok disebut main film action GAK JELAS kayaknya Pak.
“Hehehehe . . .” Gue ketawa garing se garing-garingnya dari yang pernah ada. Wuuaassemmm . . .
“Hhhmmm . . . jadi kapan Pak?” Tanya gue lagi.
“Ya paling setengah jam lagi nyampe.” Jawab Pak Sopir dengan PD dan santainya.
Okai, walaupun agak ilfiil sama jawaban nyelenehnya Pak Sopir, tapi gue udah cukup lega. Karena setelah gue tanyakan soal kapan nyampainya itu, Pak Sopir udah mulai meninggikan kecepatan bisnya menuju Jatinangor. Bahkan yang tadinya selalu ngalah dengan alat transportasi lain, dia mulai berani menyusul transport di depannya.
Selama perjalanan yang menegangkan itu, ya sangat menegangkan bro. walaupun nggak ada adegan-adegan berbahaya seperti ngebut atau susul menyusul sesama bis, tapi kekhawatiran telat masuk kampus itu yang udah bikin suasana lebih mirip kayak nonton film kuntilanak di malam jumat kliwon, nontonnya di tengah kuburan pula misalnya, HOROR BANGET. Gue terus diajak ngobrol sama Mas Yudi. Karena gue hampir down waktu itu. Ada terbersit kekurangyakinan kalau bis ini bisa nyampe ke Jatinangor  tepat pukul 8 atau 8 lewat lah. Tapi Mas Yudi tetap ngasih semangat penuh keoptimisan lewat cerita-ceritanya. Emang gitu ya, Allah emang Maha Adil. Di saat ada makhluknya yang sedang berada dalam KESULITAN, Dia akan menciptakan seseorang yang lebih KUAT dan TANGGUH untuk mengimbangi kondisi orang yang lagi kesulitan itu. Subhanallah . . . SESUATU BANGET ya. Sementara Fian . . . nih, orang di saat kekhawatiran gue masih bersarang di otak gue, dia malah molor di kursi belakang. Hoooo . . . gantian nih, ceritanya Bro. gue shif siang dan dia shif malam. BAGGUUUSSSS . . .!!!
Ada kemajuan, dan emang masalah itu lebih baik dibicarakan. Setelah gue ngomong tadi sama Pak Sopir, bis makin melaju. Minimal nggak selemot tadilah . . . tadi tuh lemotnya nauzubillah saudara-saudara. Mana sekujur badan gue udah dingin karena panik, tapi lebih banyak karena AC kayanya. Perut gue tiba-tiba aja mual, sedangkan gue udah mikirnya bakal ada pertanda buruk. Misalnya: MUNTAH.
Dan . . . sebelum pertanda buruk yang menjijikkan itu menjadi kenyataan . . . pertolonganNYA pun datang di saat yang tepat. Dan gue makin yakin, bahwa kita hanya tinggal meyakiniNYA saja.
KITA NYAMPE KAMPUS DALAM KEADAAN SELAMAT DAN NGGAK TELAT . . .
“NORMAAAA . . . INI JATINANGOR . . .” Seru Mas Yudi antusias banget. Mata gue langsung berbinar melihat keramaian dan pijaran-pijaran cahaya kota Jatinangor yang menjadi objek peramai hidup gue selama jadi Praja. Soalnya dari tadi hutan-hutan terus, jalannya ular pula.
“Nooohhh . . . ITU APARTEMEN SETENGAH JADI YANG BARU DIBANGUN DI BELAKANG JATOS, NORMA.” Serunya lagi . . .
“LHA ITUUU . . . ITU JATOS . . . YANG ITUUUUU . . . ITU BELOKAN KE KAMPUS UNPAD . . .”
SUKSESSSSS . . .
Sesuatu banget yaaaaa . . .
Saking nggak nyangkanya gue sampai kegirangan nggak terkira. Alhamdulillah . . . masa-masa sulit itu terlewati juga. Benar-benar pesiar yang ekstream dan memacu adrenalin. Maklum lah, sekarang udah jarang berkegiatan yang membuat adrenalin di antara hidup dan mati. Tapi . . . ternyata ngetrip di perkotaan pun juga mampu memacu adrenalin. Terutama buat Praja yang nggak mau telat masuk kampus.
SETIAP PERJALANAN SELALU MENYIMPAN PELAJARAN
Okai, sampai ketemu di trip selanjutnya, Lur.
Thanks to Allah atas ijin dan anugerahNya,
Alfian untuk cerita-cerita “dongeng” yang sukses bikin gue molor di angkot,
Mas Yudi atas TRIP EDANNYA dan motivasi untuk tetap optimis dalam kondisi apapun,
Ka Oman untuk kudapan, mie rebus, mangga dan bimbingan LA yang inspiratif (Iraha nikah Ka??? Hehehe),
buat sopir angkot dan bis. Pis Pak . . . tunggu kami di trip berikutnya. Hatur tengkyu pisan.
Oh ya, buat Abah gue yang nelpon pas gue lagi bikin tulisan ini. Thanks Bah udah nelpon hampir tengah malam hanya untuk ngasih problem kelurahan buat ngasih tau ke gue. Tapi aku tetap milih cerita Abah yang dulu, tentang Raskin. Doakan anakmu ini Bah. Insya Allah setelah LA selesai dan anakmu bisa lulus, kita bertiga bareng Mama akan NGETRIP BARENG KE SANA. NEGERI IMPIAN KITA. AMIN YA RABB . . . ijabahlah doa hambaMU ini . . .
nyantolin foto satu nih, Ka Oman nganter dua juniornya ke alun-alun Sumedang. Terima kasih Senior. semoga Allah membalas dengan yang lebih baik (ya, besok-besok yang dibonceng bukan dua orang gak jelas ini, tapi isteri sendiri. hehehe . . . aminnnn)
 

waktu nulis: di bed paling ujung, suatu malam di Barak Aceh Bawah Petak C, malam minggu hingga minggu pagi yang imaji. Backsound: Kona Yuki by Remioromen

2 komentar:

  1. wuah..cerita yang panjaang...maaf bacanya cuma garis gedenya doang..koneksi lemot nih, yang pasti salam kenal dari ubi cilembu...saran:...praja2 lebih banyak senyum atuh, apalagi turun kedesa biar imej menakutkan buat orang awam(desa) berkurang..senyum kesiapa ajh, dimana ajh, pandangan sinis yang mau tidak mau, diakui atau tidak masih mellekat pada IPDN akan lebih indah bila dijawab dengan senyuman, oleh semua praja tanpa kecuali...maaf yah...soalnya saya deket dengan alumni yang sekarang menjadi camat kami diPamulihan, beliau betul2 banyak menghilangkan imez buruk IPDN bagi kami anak desa...tapi kenapa yah kalau dengan prajanya..kita ngeri untuk bisa deket..abisnya mahal senyum tuh...

    BalasHapus
  2. siap Bapak, sarannya diterima. insya Allah kami sudah usaha senyum Pak, coba Pak lihat foto-foto di blog ini, prajanya insya Allah gak kurang2 senyum. hehehe . . .
    terima kasih sarannya Pak. ditunggu saran berikutnya. salam hormat Pak.

    BalasHapus